Teks dan Foto Luh De Suriyani
Balai Besar Veteriner (BBV) Bali memastikan dua sampel otak anjing yang ditemukan di Kabupaten Tabanan positif rabies, Rabu. Sebelumnya tujuh sampel anjing lain yang dicurigai terpapar rabies, hasilnya negatif. Ini adalah sampel anjing pertama positif rabies di luar Denpasar dan Badung yang sekitar enam bulan ini telah dinyatakan daerah wabah rabies. Kepastian hasil laboratorium BBV ini diakui Kepala Dinas Peternakan Bali IB. Alit.
Dua sampel anjing ini bisa diobservasi karena sesaat setelah mati langsung dilaporkan warga. Cairan otaknya bisa segera diobservasi, karena sebelumnya anjing yang dibunuh warga langsung dikubur.
“Secara resmi, Tabanan dinyatakan daerah terjangkit rabies. Vaksinasi pada semua anjing di Tabanan harus dilakukan segera,” ujarnya. Ia minta masyarakat mendatangi pusat-pusat pemberian vaksinasi di banjar-banjar seluruh Tabanan, mulai pekan ini.
“Eliminasi pada anjing-anjing liar juga dilakukan. Semua warga harus mengandangkan anjingnya. Akan berbahaya melepaskan anjing jika belum mendapat vaksinasi penuh,” tambah Alit.
Sebelumnya, salah satu warga Tabanan, I Nyoman Diadnya, meninggal 22 Agustus lalu karena rabies. Setelah itu Dinas Peternakan Bali langsung melakukan vaksinasi anti rabies (VAR) pada 5000 ekor anjing di Tabanan.
Menurut IB. Alit, VAR diberikan walau belum ada sampel anjing dari Tabanan yang dinyatakan positif rabies. “Sayangnya anjing yang mengigit korban sudah dibunuh langsung setelah mengigit empat bulan lalu,” ujar Alit. Pihaknya kemudian mengumpulkan tujuh sampel anjing lain yang dicurigai terpapar rabies, namun hasilnya negatif.
Berdasarkan protap, VAR pada anjing biasanya diberikan setelah sampel anjing dikonfirmasi positif. “Kami mulai memberikan VAR pada anjing karena karena masyarakat resah. Sudah banyak anjing liar yang dibunuh warga,” kata Alit.
Sementara itu data Dinas Peternakan Bali memperlihatkan pelaksanaan vaksinasi kedua atau booster di Denpasar dan Badung kurang dari 40 persen. Di Denpasar, hingga 31 Juli ini Var diberikan pada 35.982 ekor anjing, namun hanya 36 persen anjing yang berhasil mendapat VAR ulangan kedua.
Di Badung, dari 25.419 ekor anjing yang divaksin, kurang 30 persen saja yang bisa dibooster. “Masyarakat mengabaikan VAR lengkap pada anjing. Yang belum dibooster masih berpotensi tinggi terpapar rabies,” kata Alit.
Dinas Peternakan hingga saat ini masih memiliki dosis VAR sebanyak 12 ribu.
Sementara itu di Rumah Sakit Sanglah Denpasar, pasien gigitan anjing yang minta VAR terus berdatangan. Misalnya I Wayan Gunawan, warga Tabanan ini mengajak anaknya yang digigit anjing 10 hari lalu.
“Saya tidak mendapat VAR di RSUD Tabanan, katanya belum ada,” keluhnya. Padahal, sebelumnya Kepala Dinas Kesehatan Bali I Nyoman Sutedja mengatakan telah menyiapkan VAR di rumah sakit dan puskesmas di Tabanan pasca meninggalnya Diadnya.
Meluasnya virus rabies ini di Bali, sudah diprediksi I Gusti Ngurah Mahardika, dokter hewan ahli virologi dari Universitas Udayana Denpasar. Menurutnya program vaksinasi ulangan atau booster kurang efektif. “Anjing-anjing yang bisa divaksin ulang kurang dari 40 persen,” ujarnya.
Data Dinas Peternakan Bali memang memperlihatkan pelaksanaan vaksinasi kedua atau booster di Denpasar dan Badung kurang dari 40 persen. Di Denpasar, hingga 31 Juli ini VAR diberikan pada 35.982 ekor anjing, namun hanya 36 persen anjing yang berhasil mendapat VAR ulangan kedua. Di Badung, dari 25.419 ekor anjing yang divaksin, kurang 30 persen saja yang bisa dibooster.
Selain kendala memberikan VAR ke-2 pada anjing, Mahardika juga menggugat hasil laboratorium BBV yang belum mengeluarkan hasil booster. “Apakah VAR efektif? Sementara virusnya sudah bocor kemana-mana,” katanya. Ia mengibaratkan seperti paku di jalanan yang membuat ban motor bocor. Kalau pakunya tak disingkirkan, akan ada korban lain lagi.
Mahardika yang juga Kepala Laboratorium Molekular Fakultas Kedokteran Hewan Unud ini meminta surveilance vaksin dan anjing dilakukan secara ketat. “Masyarakat masih kurang sadar, karena itu surveilance kasus harus dioptimalkan agar mata warga terbuka dengan rabies,” ujarnya. [b]
prihatin namun tetap hrs semangat dlm penanggulangan penyakit ini. Single injection ok tdk kenapa, tdk harus di booster, dikarenakan beban kerja yg besar. Fokus saja ke hewan yg belum divaksin utk divaksin. Tapi bila ada kesempatan, booster juga tdk masalah dan lebih baik. Data post vaccinal , titer antibodi telah mencapai requirement yg baik. Do not worry by a single vaccination.
Selamat bertugas.