Warga yang di pegunungan pun turut menolak rencana reklamasi Teluk Benoa.
Kali ini, penolakan terhadap reklamasi Teluk Benoa terdengar dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) Wahana Peduli Lingkungan (Wanapeling) Batur, Kintamani, Bangli.
Hari ini, mereka menggelar acara pemungutan sampah plastik dan pemasangan baliho Tolak Reklamasi Berkedok Revitalisasi Teluk Benoa di Pura Batur, Kintamani Bangli. Acara yang dimulai pukul 09.00 diikuti oleh puluhan pemuda.
Acara tersebut dimulai dengan melakukan persembahayangan di Pura Ulun Danu Batur, kemudian dilanjut dengan aksi bersih-bersih dan pemasangan baliho.
Ketua LSM Wanapeling Batur, Yogi, menerangkan ada satu baliho Tolak Reklamasi yang dipasang dengan letak posisi di depan Kantor Camat Batur Utara. “Kami melakukan aksi solidaritas terhadap gerakan di Bali Selatan untuk menolak reklamasi berkedok revitalisasi Teluk Benoa,” ungkapnya.
Menurut Yogi, solidaritas ini perlu mengingat proyek reklamasi seluas 700 ha ini dilakukan di Teluk Benoa yang awalnya merupakan kawasan konservasi. Teluk tersebut juga merupakan kawasan suci.
“Kami tentu sudah pelajari dampaknya, dan yang paling terpenting, kami di Batur ini juga memiliki sebuah danau yang juga memiliki nilai konservasi dan tidak ingin juga suatu saat dieksploitasi,” terangnya.
Yogi bersama pemuda lainnya dari LSM Wanapeling juga menuntut Presiden Jokowi agar mencabut Perpres 51 tahun 2014 “Kami berharap tidak terjadi kerusakan lagi seperti kasus reklamasi di Pulau Serangan, kita harus belajar dari masa lalu,” ujarnya.
I Putu Sucipta, sekretaris Wanapeling menyampaikan bahwa Bali memiliki prinsip nyegara gunung sehingga alam Bali harus dijaga dg konsep keseimbangan. “kami dari pegunungan menolak reklamasi berkedok revitalisasi Teluk Benoa, karena proyek reklamasi Teluk Benoa akan memberikan dampak negatif bagi pulau Bali. Kami percaya konsep nyegara gunung sehingga harus menjaga kelestarian gunung dan pesisir di Bali,” ujarnya.
Acara tersebut juga dihadiri Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa (ForBALI). “Kami sangat mengapresiasi kawan-kawan Wanapeling yg ikt menyuarakan penolakan reklamasi Teluk Benoa,” ujar Miasa selaku perwakilan ForBALI yang hadir.
Miasa menerangkan gerakan tolak reklamasi Teluk Benoa semakin berkembang dimana saja, ini menandakan bahwa persoalan reklamasi Teluk Benoa bukan hanya persoalan masyarakat Tanjung Benoa saja. Hal ini sudah persoalan masyarakat seluruh Bali bahkan menjadi masalah nasional. Miasa mengajak Sekaa Truna Truni dan elemen pemuda di Bali untuk ikut dan aktif menyuarakan penolakan reklamasi Teluk Benoa bersama-sama dengan ForBALI.
Disinggung mengenai acara bersih-bersih sampah plastik, Miasa menegaskan ini sebagai bentuk kerja tulus ikhlas. “Kami sadar sampah plastik mengancam kehidupan manusia di masa depan. Karena itu kami melakukan kegiatan kecil ini sebagai sumbangsih kami kepada lingkungan,” katanya.
“Kami sekaligus juga mengingatkan kelompok-kelompok yang sering mengklaim melakukan kegiatan bersih-bersih namun tidak ikhlas karena dibalik kegiatannya hanya ingin mereklamasi Teluk Benoa,” sindir Yogi.
Selain pemasangan Baliho, mereka juga melakukan persembahyangan dan aksi bersih-bersih Pura Ulun Danu Batur sebagai bentuk nyata kepedulian terhadap lingkungan hidup. [b]