Dikirim Kelompok Tulus Ngayah
Tak ada yang mati sesungguhnya,
bila engkau menanam dirimu searif umbi rumput teki,
tak padam walau cuaca tak lagi curahkan hujan.
Tetap tumbuh dan menegak dalam hari
Sahabat, bersama ini kami mengundang Anda untuk malam kenangan bagi orang tua kami Alm DR Djelantik dan Mekele Astii pada
Sabtu, 2 Agustus 2008
di Taman Ujung (Soekasada) Karangasem, Bali.
Acara:
– 15.00 Wita : Diskusi Buku bersama Goenawan Mohamad, moderator Sugilanus
– 16.30 Wita : Pameran Film, dengar cerita mengenai DR Djelantik oleh Cok Sawitri dkk
– Dinner, band Ayu Laksmi & Tropical Transit serta persembahan tari oleh keluarga (anak, ponakan dan cucu diantaranya Bulan Trisna, MAdelif, Widura dan Surya juga Dayu Agung, Gus De, Gung Ayu Sasih,dll)
Salam kasih dan hormat
Biyang Bulan Trisna Djelantik dan adik-adik
—
Informasi lebih lanjut silahkan hubungi Sugi Lanus HP. 085237012038
kedengarannya eksotis. berharap dapat berkunkung ke ujung karangasem.
terkenang kepada mendiang dr. djelantik. beliau adalah seorang dokter yang memegang teguh sumpah hippokrates.
nyawaku pernah ditolong oleh beliau tahun 1958, ketika aku menderita penyakit malaria. kala itu aku sudah pingsan, beliau sudi datang kerumahku pukul 2 malam, mengobati dan menjaga sampai aku siuman. setelah siuman aku menggigau dan mengamuk. keesokan hari ibuku memarahi aku, katanya, mengapa engkau kemarin malam ngamuk dan berani memukuli dr. djelantik. aku bilang, aku tak sadar. mohon maaf kepada arwah dr. djelantik.
denpasar tempo doeloe hanya ada 3 dokter :
dr. oei, yang istrinya orang belanda, di-wangaye.
dr. angsar, di kayumas.
dr. djelantik, rumahnya di-carik, banjar balun.
mereka semuanya dokter2 yang pandai dan berjiwa sosial.
seandainya denpasar masih memiliki dokter2 seperti mereka, angkatan tua yang berjiwa sosial dan tidak mata duitan, niscaya orang2 indonesia tidak perlu berobat ke-singapura.
terima kasih setulusnya kepada ketiga dokter2 tua denpasar.
semoga dokter2 yang sekarang praktek di denpasar bisa mengikuti jejak ketiga dokter tua tersebut.
salam untuk anak2 dr. djelantik dan anak2 dr. angsar yang segenerasi dengan aku.
Saya merasa senang sekali bisa menghadiri acara ini pada hari Sabtu lalu, 2 Agustus 2008. Saya sudah membaca buku biografi Dr Made Djelantik, baik yang Memoirs of a Balinese Prince dan Against All Odds dan sangat terkesan dengan pribadi almarhum. senang juga membaca pengalaman Nyoman Oken tentang dokter-dokter berjiwa sosial di Denpasar, dan bahwa Dr Djelantik adalah salah satunya.
By the way acara di Taman Ujung juga sangat eksotis, apalagi bagi saya yang bukan orang Bali. Bahkan dalam pejalanan pulang ke Jakarta di pesawat, masih terbayang-bayang di benak saya beberapa lukisan beliau yang dipamerkan sambil membaca ulang bukunya (yang sengaja saya bawa dari Jakarta untuk meminta tandatangan penulis dan anggota keluarga)
Bagaimana kl ditanyakan ke anak2x dr Angsar, siapa saja dokter2x generasi tua di Denpasar tahun 1950-an yg memegang teguh sumpah hippocrates.
Ada dua anak dr Angsar yg sekarang spesialis kebidanan (jg bergelar Prof doktor) di Surabaya. Coba dihubungi. Paling gampang sebenarnya tanya langsung ke orang2x tua di Denpasar. Masih banyak saksi2x hidup kok. Saya orang asli Denpasar, dan kakek-nenek saya tidak pernah nyebut2x dr Djelantik. Kl dr Angsar, mereka sangat hormat.
Kalau dr Angsar, bolehlah jiwa patriotismenya, bahkan beliau sampai pernah dipenjara penjajah Belanda. Lalu gimana ya dgn dr Djelantik? Kl baca bukunya sih keliatan hebat.
Lg propaganda ya Biyang Bulan, ikut terjun ke politik di PNI Marhaen, dan pakai2x Ibu Sukmawati untuk keperluan tertentu :). Kirain bozz dr Lanang sudah sakti banget 🙂
Peace
Wowo Maskerdam
hati-hatilah memakai istilah patriot, pahlawan, pejuang, tetek bengek yang mengkultuskan individu. setiap manusia yang setiap hari bekerja keras membanting tulang adalah seorang pejuang. setiap warga yang jujur membayar pajak adalah pahlawan. setiap warga yang patuh kepada undang2 negara adalah patriot.
saudara sepupu istri saya tahun lalu meninggal dunia, dia dimakam di taman makam pahlawan. setahu saya, sebagai seorang keluarga dekat, dia seumur hidup kerjanya hanya memeras mengintimidasi orang2 kaya yang tidak memiliki backing yang kuat, dengan kekuasaan teman2-nya perwira2 tinggi abri. inilah contoh gelar pahlawan yang salah kaprah.
saya lebih menyanjung para saudara2 kita yang jadi tki & tkw. mereka2 inilah pahlawan bagiku. mereka terpaksa menjual diri diluar negeri, karena kita hanya menyanjung penguasa2 yang korup.
dalam laut dapat diukur, dalam hati siapa yang tahu ?