Ubud Village Jazz Festival (UVJF) masuk tahun kelima.
Sebentar lagi, kawasan Agung Rai Museum of Art (ARMA), Ubud akan meriah dengan alunan musik jazz dari musisi-musisi kenamaan. Rangkaian acara menuju puncak festival jazz berbasis komunitas lokal akan dimulai dari awal hingga pertengahan Agustus.
Sudah menjadi agenda UVJF untuk mengadakan berbagai Pre dan Post Event di berbagai tempat di seluruh Bali, seperti Candi Dasa, Ubud, Seminyak, dan Uluwatu. Selain menjadi ajang pemanasan bagi musisi yang akan tampil di Ubud Village Jazz Festival 2017 nanti, acara ini sekaligus sebagai media promosi untuk menarik minat wisatawan asing maupun lokal.
Selain konser musik berkualitas, venue acara akan disulap oleh tim kreatif Ubud Village Jazz Festival 2017 menjadi suasana “desa” dengan berbagai macam gerai yang menjual makanan dan minuman. Ada pula pameran produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) lokal binaan Kementrian Koperasi Republik Indonesia sebagai bentuk dukungan terhadap UVJF.
Yuri Mahatma, seorang musisi jazz dan juga selaku co-founder UVJF menambahkan, festival ini tidak hanya menampilkan musisi besar dan band internasional serta nasional dalam dua hari, tetapi juga memberikan pengalaman mengesankan kepada penonton. Pelaksana memberikan beberapa nilai tambah seperti desain lay out canggih namun membumi.
“Tata letak dirancang sedemikian rupa oleh tim arsitektur kami (Archimetriz Design) untuk memastikan bahwa penonton masih bisa merasakan kearifan lokal,” katanya.
Co-founder yang juga bertanggung jawab di bidang produksi, AA. Anom Wijaya Darsana, atau yang lebih akrab disapa Jik Anom, menyatakan segenap tim UVJF 2017 menaruh perhatian dan usaha ekstra untuk setiap detail acara. Mereka percaya bahwa keindahan berasal dari sesuatu yang detail dan hal tersebut sudah dijalankan sejak perhelatan pertama festival jazz ini pada 2013 yang lalu.
Bertemakan “Beautiful Music or Beautiful Minds”, festival yang digagas pertama kali pada 2013 ini menyuguhkan lineup yang lebih imajinatif dan eklektik. Konsep ini menyatukan para musisi dari berbagai variasi jenis musik mainstream, modern, tradisional dan Latin.
Highlight dari festival tahun ini adalah musisi muda berbakat Gerald Clayton Trio yang akan tampil dengan Joe Sanders (pemain bass) dan Gregory Hutchinson (pemain drum). Gerald telah empat kali dinominasikan oleh penghargaan bergengsi , GRAMMY.
Clayton, yang memenangkan posisi kedua di ajang Kompetisi Piano Jazz Thelonious Monk Institute pada 2006, juga memperoleh nominasi GRAMMY tahun 2010 untuk Best Improvised Jazz Solo atas karya aransemen Cole Porter “All Of You”. Sementara “Battle Circle,” komposisinya bersama The Clayton Brothers, menerima nominasi Grammy untuk Best Jazz Instrumental Composition pada tahun 2011.
Dia juga menerima nominasi GRAMMY pada tahun 2012 dan 2013 untuk Best Jazz Instrumental Album for Bond: The Paris Session (Concord) dan Life Forum (Concord), album kedua dan ketiganya.
Joe Sanders merupakan salah satu pemain bass muda paling dicari di generasinya. Baru-baru ini ia dinobatkan sebagai runner-up di final International Society of Bassist Jazz Bass Competition dan Thelonious Monk Institute’s International Jazz Bass Competition.
Kehadiran pemain drum jazz modern, Gregory Hutchinson akan memberi warna tersendiri pada penampilan Gerald Clayton. Martin Kunzler, mengatakan bahwa permainan drumnya sangat hidup dan berbeda, mengingatkan pada Roy Haynes dan Philly Joe Jones. Bahkan menurut Jazz Magazine, ia adalah “drummer dari generasinya”.
Aransemen Baru
Akan hadir pula Glen Buschmann Jazz Academy Big Band, yang merupakan gabungan dari 22 musisi asal German akan tampil membawakan komposisi dan aransemen baru lagu-lagu jazz standard dan beberapa lagu popular, seperti “Come with me” dari Tania Maria.
Tak ketinggalan pula salah seorang putra Bali yang sudah tidak asing lagi namanya, juga akan memeriahkan panggung UVJF untuk kesekian kalinya. Balawan, gitaris Bali yang sudah diakui dunia internasional ini akan menampilkan konsep musik dengan campuran gamelan Bali (Batuan Ethnic). Yang menarik lagi dari penampilannya mendatang adalah dengan melibatkan musisi-musisi muda berbakat.
Dalam jumpa pers Kamis lalu, Balawan menyatakan bahwa potensi yang dimiliki musisi muda akan berkembang lambat jika tidak ada musisi yang dituakan. Oleh sebab itu, Balawan akan berkolaborasi dengan pianis, vokalis, dan drummer yang masih berusia belasan tahun.
Menurutnya, hal ini menjadi semacam kegiatan belajar bersama antara musisi muda dan tua.
Lineup UVJF tahun ini akan dimeriahkan pula dengan penampilan pemain trombone legendaris Indonesia, Benny Likumahua. Benny akan berbagi panggung bersama anaknya, yang juga merupakan salah satu pemain bass muda yang disegani di Indonesia, Barry Likumahua.
Sebagai bagian dari dukungan kebudayaan, Kedutaan Besar Australia mendukung kedatangan Steve Barry Quartet, pemenang Bell Award 2013 untuk Young Artist Jazz Australia of the Year dan runner-up di National Awards Jazz 2013. Tak hanya seorang pianis, Steve Barry juga seorang organis, komposer, dan improviser yang berbasis di Sydney, Australia.
Masih banyak musisi lain yang akan menghidupkan Padi, Giri, dan Subak Stage di UVJF mendatang. Festival ini dibuka mulai pukul 15.00 – 23.30 WITA setiap malamnya. Untuk jadwal lengkap dan lineup lainnya dapat dilihat di situs resmi UVJF www.ubudvillagejazzfestival.com.
Tidak dipungkiri, bahwa saat ini di Bali telah bermunculan festival-festival jazz seperti UVJF. Namun hal itu tidak menjadi kekhawatiran bagi tim Ubud Village Jazz Festival 2017 sendiri.
“Meskipun sekarang di Bali makin banyak ada festival jazz semacam UVJF, tapi kami tidak menganggap itu sebagai kompetitor. Jangan bikin Bali yang kecil ini makin sesak dengan pikiran seperti itu. Mending dianggap teman. Bahkan kami ada keinginan untuk bikin acara bareng,” jelas Yuri dengan santai. [b]