Apa daya tarik paling eksotis dari Bali?
Apa yang membuatnya begitu dikagumi, sehingga orang berbondong-bondong mengunjunginya? Alamnya? Suasananya? Pariwisatanya? Seni budayanya? Atau, apa? Mungkin masing-masing orang punya pilihan dan alasannya sendiri. Boleh jadi jawabannya ada di antara pilihan di atas. Bahkan, mungkin saja tidak sama sekali.
Lalu jika kita balik pertanyaannya; kira-kira apa yang membuat Bali tidak seistimewa itu? Saya pilih salah satu jawaban adalah… sampah!
Permasalahan inilah yang akhirnya menjadi akar terciptanya sebuah festival kreatif yang bertema lingkungan, yaitu TrashStock Festival. TrashStock Festival merupakan acara tahunan yang digagas oleh Hendra Arimbawa dan Julien, berangkat dari keresahan mereka akan meningkatnya jumlah sampah plastik di Bali.
Tahun 2018 ini, TrashStock akan dihelat di Kulidan Kitchen | Space (Jalan Garuda Wisnu, Guwang, Sukawati) pada tanggal 4 dan 5 Agustus.
Festival ini bisa jadi sebuah alternatif untuk melihat Bali dari kaca mata berbeda.
Kali ini TrashStock Festival hadir dengan tema Tumpek Kandang, sebuah prosesi budaya sebagai wujud kearifan lokal masyarakat Bali dalam menyampaikan cinta kasih dan apresiasi kepada binatang. Tema ini dipilih sebab pelaksanaan festival bertepatan dengan 1 minggu menuju hari Tumpek Kandang yang jatuh pada Sabtu Kliwon Wuku Uye.
Namun, tak semata karena pelaksanaannya yang berdekatan, Hendra lebih jauh menjelaskan alasan khusus di balik tema itu. Beberapa waktu lalu, ada pemberitaan dari sebuah media yang cukup besar tentang sampah plastik yang berimbas buruk terhadap binatang, terutama binatang laut. “Maka dari itu, dalam pelaksanaannya kali ini, segala bentuk kegiatan, pameran, maupun workshop akan dikaitkan dengan Tumpek Kandang untuk meningkatkan kepedulian terhadap binatang yang terdampak bahaya sampah plastik,” ujarnya.
Dikutip dari siaran pers, TrashStock festival ini bisa memberi perspektif seni yang lebih kritis dalam menanggapi isu sampah yang telah merusak ekosistem. Itu dikarenakan habitat hewan yang seharusnya kita jaga, terancam rusak oleh sampah yang kita hasilkan. Padahal, manusia dan hewan harus hidup berdampingan dan saling membutuhkan.
Dalam festival yang sudah memasuki kali ke-4 ini, para seniman akan mempersembahkan karya mereka yang diwujudkan melalui lukisan, foto, instalasi, maupun video. Salah satu seniman yang berkontribusi adalah Made Bayak dengan instalasi berbentuk hiu, yang memanfaatkan sampah sandal dari pinggir pantai Sukawati. Proses pengerjaannya memerlukan waktu sekitar satu bulan.
Masih mengusung jargon “Musik – Artistik – Plastik”, TrashStock adalah bentuk dari misi penyelamatan lingkungan yang dikemas dengan tak hanya menampilkan karya yang diolah dari sampah, tetapi juga menyuguhkan pertunjukan kesenian dan musik dari musisi-musisi pilihan yang telah melalui proses kurasi sebelumnya.
Musisi-musisi yang akan meramaikan panggung TrashStock antara lain, Geekssmile, Pluto, Lily of the Valley, Supersoda, The Hillkillies, Antrabez, Zat Kimia, Cassadaga, Svaha, Spin Sugar, Marco PunxBali, Gia & Friends, Alien Child, Nymphea, Matilda, dan Krisna Floop.
Windu, salah satu personil band Supersoda membagi sedikit cerita tentang keterlibatannya di TrashStock Festival yang sudah dimulai sejak setahun lalu. “Tahun 2017 saya menjadi salah satu volunteer. Saya pikir ini adalah acara yang keren dan kebetulan saya memang merasa satu visi dengan teman-teman TrashStock yang memiliki concern pada masalah lingkungan dan sampah,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia juga menyatakan bahwa pada keterlibatannya kali ini sebagai salah satu musisi pendukung, Supersoda telah menyiapkan sebuah rencana kolaborasi dengan TrashStock berupa pembuatan single yang temanya masih seputar kepedulian terhadap lingkungan.
Jika mencintai Bali, kita harus menjaganya tetap lestari. [b]