Kendaraan pribadi di Bali terus bertambah ketika angkutan umum terus berkurang.
Sebagian orang menilai Bali masih sulit menggalakkan angkutan umum sebagai moda transportasi. Salah satu alasannya karena pertumbuhan kendaraan terus meningkat pesat, sementara angkutan publik terus menurun.
Jumlah angkutan publik di Bali saat ini hanya 2,5 persen dari total jumlah kendaraan di Bali. Sisanya didominasi sepeda motor 65 persen, mobil, dan sepeda hanya 0,7 persen. Angkutan massal Denpasar, badung, Gianyar, dan Tabanan (Sarbagita) diharapkan meningkatkan pergerakan angkutan publik menjadi 10 persen.
Berdasarkan Data Dinas Perhubungan dan Informasi Komunikasi Bali, hanya 0,8 persen penduduk Bali yang menggunakan angkutan umum di Bali. “Artinya sangat sedikit warga yang menggunakan angkutan umum,” kata Kepala Bidang Angkutan Darat pada Dinas Perhubungan, Informasi dan Komunikasi Provinsi Bali Sugeng Sugianto, Rabu.
Menurut Sugeng, pada 20 Juli ini sebanyak 15 unit bus Sarbagita akan diserahkan oleh Departemen Perhubungan. Lalu pada September diharapkan bus ini secara resmi beroperasi penuh.
“Kemungkinan banyak tantangan seperti rendahnya animo masyarakat, tapi kita akan mencoba,” ujar Sugeng soal proyek percobaan angkutan public massal yang menjangkau Denpasar, Tabanan, Gianyar, dan Badung (Sarbagita) ini.
“Bali mulai dari nol dengan Sarbagita ini untuk menggalakkan penggunaan transportasi public di tengah ancaman kemacetan saat ini,” ujar Sugeng.
Sementara saat ini menurut Dishub sebanyak 300-500 unit sepeda motor didatangkan ke Bali tiap hari. Pertumbuhan kendaraan pribadi per tahun yang mencapai 12 persen. Perbandingan jumlah kendaraan pribadi dengan penduduk Bali adalah 1:2.
Pada 1998 pemilik kendaraan di Bali berjumlah 569.305 unit. Pada akhir 2010 meningkat tiga kali lipat menjadi 1.765.372. Sekitar 80% di antaranya adalah sepeda motor.
Sejumlah warga sudah tak sabar menunggu uji coba bus Sarbagita ini, terutama karyawan yang tiap hari melewati area kemacetan Denpasar-Nusa Dua.
Kadishub dan Infokom I Made Santha mengaku Bali harus segera melakukan manajemen rekayasa dan trasportasi public terutama di kawasan Bali Selatan. “Kami sedang membangun fasilitas control manajemen rekayasa lalu lintas, dengan membangun area traffic control system. Untuk mengendalikan tingkat kemacetan di persimpangan padat seperti Simpang Siur, Kuta, dan lainnya,” katanya.
Dengan teknologi ini, lampu lalu lintas akan diubah secara otomatis dan bisa dikendalikan dari Dishub. Program ini akan dimulai tahun ini.
Pengendalian lalu lintas di Bali Selatan diharapkan selesai pada 2013, saat berlangsungnya APEC 2013. Di antaranya dengan pembangunan underpass dan jembatan layang.
Momentum APEC 2013, digunakan untuk pembangunan infrastruktur di kawasan Sarbagita. “Ini hajatan dunia dan pemerintah pusat sudah mengucurkan pembiayaannya,” kata Santha.
Sementara rencana makro pembangunan transportasi darat dan udara lainnya adalah pembangunan bandara baru di Bali Utara, dermaga barang di Bali Timur, dan jalur jalan raya Pantai Utara.
http://www.thejakartapost.com/news/2011/07/14/vehicle-growth-creates-traffic-nightmare-bali.html
Transportasi memang akan tinggal mimpi dan Bali akan jadi pulau neraka seperti dikatakan majalah time. Banjar adat memungut pajak setinggi tingginya, rebutan perbatasan, pura, kuburan, memelihara judi, sabung ayam, cafe cafe mesum. Juga sudah muncul berbagai laskar mafia. Dll dst etc …