Hari Raya Galungan merupakan hari raya suci umat Hindu yan jatuh setiap 6 bulan sekali, tepatnya pada Buda Kliwon, wuku Dungulan. Galungan merupakan perayaan atas kemenangan dharma melawan adharma. Umat Hindu di Bali memiliki tradisi yang berbeda-beda dalam menyambut hari raya Galungan.
Begitu juga dengan warga di Desa Les, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng. Persiapan sudah dimulai sejak satu minggu sebelum Galungan. Seperti membuat dodol, lalu membungkusnya dengan kulit jagung. Berbagai macam Jenis dodol yang biasa dibuat oleh warga di Les seperti dodol karet hitam, dodol kacang, dodol eerah, dan dodol besikan.
Persiapan lainnya menjelang Hari Raya Galungan adalah dengan melaksanakan persembahyangan pada saat Sugihan Bali di kawitan (tempat sembahyang pura leluhur) masing-masing. Namun, tidak semua warga melaksanakan persembahyangan tersebut. Ada warga yang pelaksanaan persembahyangan di kawitannya setiap satu tahun sekali (ketika Sugihan Bali), ada yang melaksanakan persembahyangan setiap satu setengah sekali, dan sda juga yang rutin setiap enam bulan sekali.
Persiapan Galungan dilanjutkan dengan membungkus beberapa camilan dan juga membuat sampiaan (rangkaian janur) pada hari Senin, dua hari sebelum Galungan atau disebut dengan Hari penyajaan. Camilan biasanya dibeli dalam jumlah banyak kemudian dibungkus dan digunakan untuk banten persembahyangan. Sampiaan juga dibuat pada hari yang sama. Beberapa nama sampian yang biasa dibuat pada saat Galungan, seperti jerimpen, petangas, sampian gantungan dan penjor, dan juga canang sari. Kemudian dilanjutkan dengan “ngisinin sampian” atau menghias sampian dengan bunga.
https://www.instagram.com/reel/Cef8tUUgqO1/?utm_source=ig_web_copy_link
Sehari sebelum Galungan, tepatnya pada hari selasa (penampahan Galungan), warga biasanya melaksanakan “patungan”. Patungan merupakan istilah yang digunakan oleh warga untuk sebuah perkumpulan menyembelih babi pada saat Hari Raya. Patungan ini menggunakan sistem mencicil setiap bulan. Cicilan setiap bulannya biasanya dimulai dari Rp 15.000-Rp 25.000. Apabila uang yang dikumpulan kurang, maka warga yang ikut patungan akan dikenakan biaya tambahan, disesuaikan dengan harga daging babi saat hari raya.
Salah satu warga yang ikut “patungan” ini adalah keluarga Made Nariana. Dia sudah mengikuti patungan tersebut sejak lima tahun lalu. Dia juga mengatakan, dengan adanya patungan ini, tidak lagi susah-susah untuk membeli daging babi pada saat hari raya dan juga bisa dicicil setiap bulannya.
Selain digunakan untuk membuat sate, seperti warga lainnya, daging babi patungan tersebut biasanya digunakan untuk membuat lawar. Tradisi setiap enam bulan sekali di keluarga Made Nariana pada kususnya adalah membuat sate untuk banten dan juga membuat lawar untuk dimakan bersama keluarga.
Di sore harinya, di hari yang sama pada penampahan Galungan, warga membuat penjor. Penjor dibuat dengan semenarik mungkin, sesuai dengan kreativitas warga.
Ciri khas lain di hari Raya Galungan di Desa Les adalah dengan membuat Tape Injin. Tape ini biasanya dibuat dua hari sebelum Galungan atau tepatnya pada saat penyajaaan Galungan. Tape dibuat dua hari sebelum Galungan karena memerlukan waktu untuk permentasi sebelum diisi gula pasir dan siap untuk digunakan sebagai sarana banten.
Seperti itulah, sedikit cerita persiapan Hari Raya Galungan di Desa Les.