Oleh Susi Andrini
Bagi sebagian orang atau etnis, jenis kelamin anak yang dilahirkan memegang peranan penting. Contohnya, bagi etnis Bali atau Batak bayi laki-laki adalah hal yang mutlak dimiliki bagi pasangan suami-istri. Hal itu karena, garis keturunan dilanjutkan oleh bayi laki-laki nantinya. Jika pasangan itu tidak mempunyai bayi laki-laki maka tamatlah garis keturunan mereka. Bagi masyarakat Bali yang tidak mempunyai anak laki-laki, garis keturunan itu bisa dilanjutkan jika ada menantunya (laki-laki) yang mau nyentana (diangkat anak).
Oleh karenanya berbagai upaya dilakukan bagaimana caranya agar mendapatkan anak laki-laki. Secara medis, kini sudah memungkinkan untuk memilih jenis kelamin bayi sesuai keinginan. Caranya dengan mengenali sifat sperma, maka upaya yang lebih praktis dapat dilakukan sendiri oleh suami-istri.
Saya jadi teringat pelajaran Biologi saat di SMU dulu, laki-laki dalam hal ini sel sperma, memiliki kromosom seks jenis dan Y. Sedangkan wanita punya dua kromosom seks yang sama yaitu X dan X. Bila dalam berhubungan intim, sperma X membuahi sel telur maka terjadilah pertemuan kromosom X dengan X, sehingga yang didapat adalah bayi perempuan (XX).
Sebaliknya bila sperma Y yang membuahi sel telur, maka kromosom Y akan bertemu kromosom X sehingga akan mendapat bayi laki-laki (XY). Jadi intinya, anak laki-laki bisa diperoleh jika sperma Y lebih dulu membuahi sel telur. Sedangkan untuk mendapatkan anak perempuan maka sperma X yang harus lebih dulu membuahi sel telur.
Menurut sumber internet (www.google.com/ovulasi), laki-laki normal mengeluarkan sperma dua sampai lima semprotan setiap ejakulasi. Dalam durasi tersebut, sperma yang dihasilkan sekitar 2 – 5 cc. Sperma yang normal tiap cc mengandung 60- 200 juta spermatozoa. Jadi setiap seorang laki-laki mengalami ejakulasi, 120 sampai 1 milyar sperma dikeluarkan dari tubuhnya.
Hasil penelitian juga menunjukkan masing-masing kromosom memiliki karakter sendiri-sendiri. Sperma Y berbentuk bundar, ukurannya lebih kecil atau sekitar sepertiga kromosom X, bersinar terang, jalannya lebih cepat, dan usianya lebih pendek serta kurang tahan dalam suasana asam. Sedangkan sperma X ukurannya lebih besar, berjalan lamban, bentuknya lebih panjang, dan dapat bertahan hidup lebih lama serta lebih tahan suasana asam.
Dari data itu bisa disimpulkan jika ingin memperoleh anak laki-laki maka ada dua hal yang harus diperhatikan. Pertama hubungan intim harus dilakukan bertepatan atau segera setelah terjadi ovulasi (saat keluarnya sel telur dari indung telur atau masa subur). Dengan begitu, sperma Y yang masuk ke dalam rahim dapat langsung membuahi sel telur.
Kedua, bisa juga hubungan intim dilakukan pada saat atau sehari sebelum ovulasi. Ovulasi adalah saat terlepasnya sel telur dari indung telur dalam rahim perempuan. Cara berikutnya adalah membasahi vagina dengan satu liter air yang terlebih dahulu telah dicampur dengan dua sendok soda kue. Selain itu mengonsumsi seafood dan daging juga sangat membantu proses ini. Dan yang paling penting dari rangkaian usaha di atas adalah, sang suami harus mengeluarkan sperma sedekat mungkin dengan mulut rahim. Hal ini diharapkan mempercepat Y melakukan perjalanannya membuahi sel telur.
Sedangkan untuk memperoleh anak perempuan juga harus memperhatikan beberapa hal. Pertama, sebaiknya hubungan intim dilakukan sebelum ovulasi terjadi. Misalnya, ovulasi diperkirakan terjadi pada tanggal 10, maka hubungan intim sebaiknya dilakukan tiga hari sebelumnya sehingga pada saat ovulasi terjadi tinggal sperma X yang masih hidup dan membuahi sel telur. Metode ini memang tidak praktis karena pasangan harus tahu saat tepat berlangsungnya ovulasi. Padahal untuk mengetahui hal itu seorang wanita harus mengukur suhu basal tubuhnya selama tiga bulan berturut-turut. Proses pengukurannya pun tidak boleh salah, yakni dengan meletakkan termometer khusus di mulut setiap pagi sebelum turun dari tempat tidur.
Kedua, ada beberapa syarat lain, seperti suhu ruang harus normal dan wanita tidak dalamkeadaan sakit. Lalu, hasil pengukuran itu dicatat dalam sebuah tabel. Bila suatu hari, suhu tubuh menunjukkan peningkatan dibanding suhu basal, berarti saat itulah ovulasi sedang terjadi.
Ketiga, dengan menghitung masa ovulasi atau puncak masa subur seorang perempuan yaitu dengan mengetahui tanggal awal masa bersihnya seorang perempuan setiap bulan. Misalnya setiap tanggal 5. Diketahui tanggal akhir masa bersihnya seorang perempuan setiap bulan, misalnya setiap tanggal 27. Rumusnya: (tanggal awal setiap bulannya) – (tanggal akhir setiap bulannya) dibagi 2 = n. Kemudian n + tanggal awal masa bersih dari seorang perempuan = masa ovulasi atau puncak masa suburnya seorang perempuan penerapan. Hitungannya adalah (27-05) dibagi 2 = 11. Kemudian 5 + 11 = 16. Setiap hari ke-16 dari sejak awal bersihnya seorang perempuan adalah puncak masa subur dari seorang perempuan atau masa ovulasi. Sayangnya, bagi wanita yang siklus haidnya tidak teratur, hal ini tentu sulit dilakukan. Keakuratan metode ini juga rendah karena biar bagaimana pun kita tidak tahu apakah sperma X atau Y yang berhasil membuahi sel telur.
Keempat, lakukan hubungan intim 2 hingga 3 hari sebelum masa ovulasi. Langkah selanjutnya, sebelum berhubungan badan, sang istri bisa membasuh vagina dengan satu liter air yang dicampur dengan satu sendok air cuka. Larutan ini tidak membahayakan. Larutan asam dalam air cuka bermanfaat untuk melumpuhkan sperma Y yang berperan besar membentuk gen laki-laki. Selain itu sebaiknya sang calon ayah mengeluarkan sperma tidak seperti cara di atas, melainkan agak mengambil jarak dengan mulut rahim. Cara ini memungkinkan untuk mendapatkan bayi perempuan. Mengkomsumsi makanan yang mengandung asam seperti yoghurt, buah dengan rasa asam, sayur segar dan kacang-kacangan juga membantu proses.
Jadi, jika Anda saat ini menginginkan atau mau memprogram jenis kelamin bayi Anda, tidak ada salahnya mencoba tips-tips ini. Meskipun semua keputusan tergantung pada Yang Maha Kuasa, tak ada salahnya mencoba kan? Semoga berhasil.J [b]
Susi Andrini, ibu rumah tangga dengan tiga anak, penggiat seni budaya dan pendidikan. Tulisan ini hanya untuk berbagi pengalaman pribadi. Pengalaman yang unik dan berbeda bisa terjadi pada masing-masing individu.
ada 1 ralat dan ada 1 tambahan.
ralat:
mestinya: Kedua, bisa juga hubungan intim dilakukan pada saat atau sehari sesudah ovulasi.
tambahan: berhubung penentuan anak laki dan perempuan ditentukan oleh sperma laki, maka laki juga harus mengatur bagaimana mengeluarkan lebih banyak sperma X atau Y dari makanan. kalau mau anak laki, si laki banyak2 makan daging. kalau mau anak perempuan, si laku banyak2 makan sayur.
kalau tentang mengkonsumsi daging atau sayur bisa ikut menentukan jenis kelamin anak nantinya ini tentu saja masih mitos dan belum terbukti kebenarannya.
cara dengan pendekatan asam basa dan konfirmasi dengan waktu ovulasi tentunya sangatlah tidak mudah, dalam dunia kedokteran sekarang sudah dikenal upaya yang keberhasilannya jauh lebih besar, yaitu dengan TEKNIK SEPARASI SPERMATOZOA, jadi kromosom X dan Y nya sudah disaring terlebih dahulu.cuma saja teknik ini tidak terlalu populer di dunia karena secara global saat ini posisi anak laki-laki dan perempuan sudah semakin ekual.di Tiongkok teknik ini masih banyk digunakan. Untuk jelasnya bisa hubungi ginekolog atau androlog anda.
hi…saya eva,mahasiswa pascasarjana Fak psikologi UGM. saya ingin bertanya apakah mba’ susi andrini, yang meriset film aku bukan maling, Indocs…saya ingin bertanya dan berdiskusi mengenai desa pegayaman bali mba….ingin mencoba menganalisisnya dari teori psikologi…mohon bantuannya.