Prinsip terbaik buat saat ini adalah semua orang membatasi mobilitas dan hindari berkumpul di keramaian. Jangan abai dengan infeksi menular cepat Covid-19 ini.
Sesungguhnya yang terbaik adalah dengan membatalkan segala acara pengumpulan orang banyak. Apakah pawai ogoh-ogoh termasuk sebuah acara yang mengumpulkan orang banyak di satu tempat? Jawabannya jelas YA. Imbauan Pemprov Bali, PHDI, dan Majelis Adat terkait Nyepi sudah disampaikan di postingan ini.
Pasti banyak yang protes keras. Karena sudah mempersiapkan semua sejak lama dan ini sebuah tradisi yang diteruskan. Walau ada edaran-edaran yang membatasi dan ada usul membatalkan, sampai hari ini masih ada banjar-banjar yang tetap melaksanakannya. Baiklah, jika tetap ingin melabrak pandemi medis ini dengan menomerduakan permasalahan kesehatan, yang dibutuhkan kemudian adalah komitmen untuk pencegahan maksimal. Kita akhirnya tidak pernah tahu lagi saat ini jika yang hadir ada yang terinfeksi.
Berlebihan? Virus tidak pandang bulu. Virus tidak pandang orang, agamanya, sukunya, jabatannya, semua bisa kena. Sebagian masih sangat percaya bahwa kalau memang harus sakit itu sudah nasib. Itu sudah ditakdirkan Tuhan. Hyang Widhi. Ini pemikiran keliru, karena justru Tuhan juga yang menganugerahkan ilmu pengetahuan, juga ilmu kesehatan, sehingga kita tahu bagaimana pencegahan agar tidak sakit dan tidak menulari orang banyak.
Sebagai sebuah catatan, Pulau Bali ratusan tahun lalu pernah terkena wabah cacar. Semua pada menyerahkan diri dan ramai berdoa tanpa melakukan pencegahan karena memang pencegahan belum diketahui, yang membuat lebih dari setengah penduduk tidak selamat.
Padahal jika semua waspada dan komitmen terhadap pencegahan, semua bisa dikendalikan. Jika semua sanggup menjaga kesehatan, andai terinfeksipun akan bisa sembuh dan pulih lagi. Tetapi dalam kenyataannya masih banyak yang abai, tidak melakukan pencegahan. Ampah.
Di saat yang sakit harus ke dokter atau istirahat untuk dipantau di rumah, tidak dilakukan. Diminta tetap di rumah, malah jalan-jalan ke tempat ramai. Warung-warung dan kafe kopi gaul masih ramai malam-malam dipadati anak muda. Ada yang sakit batuk dan demam tetap ikut nongkrong. Dan masih banyak upaya pencegahan tidak dilakukan. Pawai ogoh-ogoh juga menyediakan keramaian masa berkumpul. Ini akhirnya tidak sejalan dengan himbauan pemerintah.
Stop atau berkomitmen. Jika acara dibatalkan, itu hal baik dalam konteks ikut memutus atau paling tidak menghambat rantai penularan. Jika akhirnya tetap diadakan, harus berkomitmen. Komitmen melakukan pencegahan. Lalu, apa saja yang harus dilakukan? Ini yang bisa dilakukan:
1. Membatasi mobilitas.
Pastikan arak-arakan ogoh-ogoh hanya dalam radius yang tidak luas, cukup di depan banjar dan berjarak cukup jauh sekitar minimal 4 meter dari penonton.
2. Membatasi jumlah masa pengarak.
Tidak usah berlebihan jumlah pengarak ogoh-ogoh. Secukupnya saja, kalau perlu tanpa banyak tim tambahan.
3. Membatasi lama paparan.
Tidak usah dilaksanakan berlama-lama. Secepat mungkin semakin baik. Ini mengurangi risiko lama paparan. Karena semakin lama bisa semakin besar kemungkinan paparan jika ada yang terinfeksi di lokasi.
4. Membatasi penonton.
Masyarakat sebaiknya menonton dari rumah. Menonton live dari media sosial atau youtube yang ada. Itu terbaik. Kalaupun datang menonton pastikan tidak sedang sakit. Panitia juga sebaiknya tegas membatasi jumlah yang hadir agar tidak ramai. Mungkin dengan teknis yang diatur berupa jatah. Dengan kupon atau perwakilan kesinoman. Di luar itu dilarang. Umumkan sebelumnya teknis ini ke masyarakat.
5. Memproteksi pengarak.
Pengarak dipastikan dulu semua sehat. Jika ada yang sakit, diganti. Ukur suhu badan sebelum tampil. Jika di atas 37,5 derajat pulangkan buat istirahat. Boleh pakai masker. Dan selalu cuci tangan sebelum dan sesudah mengarak ogoh-ogoh.
6. Skrining penonton.
Seharusnya panitia menyiapkan juga upaya deteksi penonton yang hadir dengan melakukan cek suhu tubuh dan siapkan hand sanitizer di tempat strategis. Pecalang juga mesti memproteksi diri dengan masker dan rajin cuci tangan.
7. Manfaatkan media.
Ada baiknya pawai ogoh-ogoh menjadi senyap penonton di lapangan tetapi ramai di dunia maya. Manfaatkan kesempatan dan situasi ini dengan menggunakan media sosial untuk live dan rekam video untuk diposting di fb, ig, twitter, WA group, youtube, dll.
8. Jangan pamer dulu.
Jangan pamer dulu kehebatan atau keunggulan ogoh-ogohnya di media sosial sebelum acara pawai. Ini akan membuat orang-orang ramai datang ke banjar. Ini akan membuat penambahan jumlah keramaian. Ingat saat ini keramaian tidak diharapkan. Silakan pamer sebanyak-banyaknya setelah pawai selesai.
9. Jangan turunkan imunitas.
Jangan ikutkan keberadaan alkohol di acara. Juga acara yang berlama-lama akan membuat lelah. Ini akan menurunkan.imunitas. Ini berlaku buat pengarak dan juga penonton.
10. Bersih-bersih lagi.
Pastikan setelah usai, semua bersih-bersih diri yang baik. Mandi dengan sabun yang mengandung antiseptik dan disinfektan.
Demikian. Apa bisa berkomitmen dengan langkah-langkah pencegahan tersebut? Bisa? Kalau tidak, mending acara dibatalkan. Jika bisa, harus dengan komitmen ketat terutama di area yang penduduknya memiliki mobilitas tinggi setiap harinya. Bisa jadi ini terbaca lebay, tetapi jangan sampai justru pawai ogoh- ogoh ini menjadi ajang penularan lewat kerumunan masa. Dan apapun pilihannya, tentu saja pawai ogoh-ogoh tahun ini akan dikenang sepanjang masa.
Saat sekarang repotnya memang ada yang bergejala ringan atau dirasa tidak ada gejala (asimtomatik). Sudah tertular, virus berbiak di tubuh. Virus ini akan relatif cepat menggerogoti organ yang ada reseptornya yaitu saluran nafas dan sedikit di saluran cerna. Karenanya keluhan dan fatalnya karena masalah saluran nafas.
Untungnya, selama daya tahan bagus dan tidak sedang punya penyakit lain virus bisa kalah dan pengidap jadi sembuh. Artinya bisa begini, jika kita tidak sadar, tertular, dan tidak tahu tertular, tapi tetap jaga kesehatan, bisa sembuh tanpa disadari juga. Itu untungnya.
Sialnya kita tetap bisa nulari ke yang lain. Sialnya lagi kalau yg ditulari adalah yang daya tahan tubuh lemah seperti lansia, anak-anak, orang dengan HIV/AIDS, atau diabetes. Nah mereka ini yang bisa menunjukkan gejala serta bisa fatal.
Pasukan perlindungan tubuh akan mulai mendeteksi musuh sebenarnya sejak baru musuh datang, tetapi koordinasi dan lain- butuh waktu. Pasukan antibodi untuk melawan virus mulai dikoordinasi hari ke 5-7 dan ramainya hingga pertempuran terakhir di hari ke 10-14. Karenanya karantina itu 14 hari.