Oleh Yoseph A Kebe
Ada pertanyaan klasik yang selalu ditanyakan soal Bali, “Kapan enaknya ke Bali ?” Namun sebenarnya akan lebih lengkap lagi kalau ditambahkan dengan, “Dari mana enaknya berlibur di Bali?”
Menjawab dua pertanyaan itu gampang-gampang susah. Gampang kalau asal jawab, susah kalau kemudian ditanya lagi dengan, “Kenapa ?” atau “Yang bener?”
Dengan apa yang ada saya coba menjawab dua pertanyaan tersebut.
Kapan Enaknya ke Bali?
Secara umum, Bali akan bisa sangat dinikmati keindahan alamnya dan kesemarakan ritualnya pada saat di mana bukan bulan libur sekolah dan di saat mana penduduk Bali yang Hindu merayakan upacara keagamaannya.
Pada saat liburan sekolah dan liburan panjang lainnya, Bali akan dikunjungi banyak wisatawan domestik. Secara ekonomis harga kamar hotel dan tiket pesawat akan lebih mahal, mobil sewaan susah didapat, tempat makan selalu penuh, tempat tujuan wisata demikian juga, termasuk lalu lintas yang padat disekitaran Kuta.
Sebagai orang yang tinggal lama di Denpasar, Kuta di saat liburan panjang sekolah bukanlah tempat yang enak untuk saya lewati.
Kondisi di atas berbeda terbalik di saat bukan libur panjang sekolah dan libur long weekend lainnya. Bali akan menjadi sangat nyaman dinikmati. Mau ke mana saja lebih gampang, mau menawar baju di Pasar Sukawati pun bisa dapat super duper murah tanpa harus berdesakan, mau makan pun leluasa tanpa rebutan meja, kamar hotel mudah didapat dengan harga lebih murah dan seterusnya.
Kesemarakan ritual akan bisa dijumpai pada saat masyarakat Bali menghadapi perayaan keagamaan Hindu Bali-nya. Yang datang di dua minggu ini akan melihat betapa Pulau Bali di sepanjang jalannya dipenuhi oleh jejeran penjor beraneka rupa bagusnya. Penjor, canang, barisan orang Bali berbaju Bali, Pura yang berhias janur dan rangkaian pajekan dan pejati, harum wangi dupa disemilir angin. Hal ini dikarena Bali sedang merayakan Hari Raya Galungan (Rabu minggu lalu) dan Kuningan yang jatuh pada hari Sabtu ini.
Bulan Juni juga merupakan bulan yang bagus, lepas dari high season liburan sekolah, karena ada cara Pesta Kesenian Bali yang berlangsung sebulan penuh.
Mau tahu kapan saja hari raya di Bali, bisa lihat dari website tentang Bali.
Dari mana Enaknya?
Banyak dari wisatawan kita menjadikan Kuta sebagai tujuan utama berlibur di Bali. “Belon ke Bali kalo kagak nginap di Kuta” itu pameo yang ada dan diyakini. Tidak salah, saya yakin itu benar. Karena Kuta telah menjadi ikon utama bagi wisatawan domestik dan juga asing yang ke Bali. Tapi seringkali kita tidak sadar bahwa pilihan itu tidak tepat seluruhnya. Bali tidak sama dengan Kuta. Wisata Bali bukanlah berwisata di Kuta.
Awalnya banyak protes yang datang saat saya menyusun itenarary tour teman-teman. Karena saya selalu mengarahkan mereka untuk tidak masuk Kuta pada awal kedatangan mereka dan menjadikan Kuta sebagai perhentian terakhir sebelum meninggalkan Bali. Selalu saya tempatkan di Ubud atau di daerah yang lain, seperti Lovina, Kintamani atau Candidasa.
Bermalam di Ubud, Lovina, Kintamani, Candidasa atau yang lainnya akan membuat kita langsung bersentuhan, minimal merasakan dari dekat, denyut budaya Bali dan keindahan alamnya. Semua ketenangan dan kenyamanan Bali bisa kita rasakan di sana! Dan itu pun diamini oleh para teman yang melaksanakan saran saya tersebut. Yang telanjur masuk Kuta pun berjanji untuk ke Ubud atau daerah lainnya terlebih dahulu kalo ke Bali lagi.
Kenapa bukan di Kuta duluan ? Aduh, Kuta terasakan sebagai sebuah kosmopolitan baru, jadi bagaimana bisa merasakan budaya Bali yang begitu indah secara total? Ke mana-mana mata memandang hanya hamparan toko yang menjual barang-barang bermerk yang Anda bisa jumpai di kota besar lainnya, di Jakarta, Surabaya, Bandung bahkan di Singapura!
Kalau tour dimulai dengan tingggal di daerah lain, maka Kuta menjadi suatu tempat untuk menyiapkan diri menuju “peradaban” di kota asal Anda. Mau dugem seperti di Jakarta anda bisa, mau belanja baju bermerk seperti di Plaza Senayan anda boleh, mulai bisa merasakan lalulintas yang padat merayap… Jadi pas balik ke kota asal, anda tidak akan mengalami cultural shock yang keras ! (Bah, aneh juga neh.. Hehehehe)
Hal lain yang terpenting yang sering tidak disadari banyak orang, dengan tinggal di daerah yang lain mereka secara langsung turut serta dalam meratakan nikmatnya “kue” pariwisata ke daerah lain. Liburan maksimal dan perkembangan pariwisata di Bali menjadi lebih merata.
Kesimpulannya :
Kapan: saat di Bali penuh dengan perayaan keagamaan* atau adat dan bukan saat libur panjang
[*yang paling mudah didapat yaitu saat Bulan Purnama dan Bulan Mati (istilah Balinya : Tilem)]
Dari mana: dimulai dari bukan Kuta.
Bagaimana biar pas ? : Ya banyak bertanya dan mencari informasi.
So, kenapa harus ke Kuta duluan jika Bali memang tak hanya Kuta?
Matur suksma’
note : tulisan ini diposting juga di milis jalansutra. [b]
beh, pan yos buka bisnis guide juga neh. ingat, jangan nampangin foto anda di web bisnis guide anda jika ingin bisnisnya lancar. tampang tidak meyakinkan.. hehe
cheers…