Malam merambat. Nada-nada cinta terus dilantukan. Pelan.
Cahaya di Art Cafe malam itu memang agak temaram. Meja kursi di halaman kafe semuanya penuh terisi awal Desember lalu. Di dalam kafe pun demikian.
Kapasitas meja kursi kafe di kawasan Seminyak, Kuta Utara ini memang tak terlalu banyak. Hanya cukup untuk sekitar 30 orang. Namun, tiap Rabu malam, kursi-kursi ini penuh terisi.
Begitu pula ketika saya ke sana awal Desember lalu. Malam itu bulan separuh di atas terlihat terang. Bersaing dengan temaram lampu kafe malam itu. Adem.
Pengunjung asyik ngobrol. Merokok. Minum bir, kopi, atau jus. Menu makan di kafe ini juga beragam. Indonesia dan Barat. Kedua jenis menu ini tersedia. Harga? Terjangkau. Kalau saya ke sana sendiri cukuplah Rp 50.000 untuk makan, minum, dan menikmati suasana plus lagu-lagu cinta.
Makanan dan minuman di tempat ini memang tak jauh berbeda dibanding tempat bersantap lainnya. Namun, untuk suasana plus lagu-lagunya, saya belum menemukannya di tempat lain setidaknya hingga saat ini. Art Cafe tetap berbeda.
Hal yang membedakan Art Cafe dengan tempat lain, pertama, adalah suasananya. Jika kafe lain di Kuta rata-rata berada di pinggir jalan sehingga riuh oleh para pelintas, maka kafe ini agak masuk dari jalan raya.
Kafe ini berada di kawasan Seminyak, utara Kuta. Jalan masuknya biasa lewat Jalan Oberoi, Seminyak. Persis sebelum hotel Oberoi ada jalan selebar satu mobil yang lebih mirip gang. Menyusuri jalan ini dan berbelok beberapa kali, sampailah di Art Cafe.
Beberapa teman yang pernah saya ajak ke sini biasanya terkesan. Mereka pikir tempat ini jauh dan aneh setelah melewati gang ini. Ternyata, mereka malah senang setelah melihat suasana kafe yang tenang dan temaram. Jauh dari hiruk pikuk Kuta dan Seminyak saat malam.
Hal kedua yang membuat Art Cafe adalah musisi yang main di sini, Dialog Dini Hari (DDH). Oke, saya memang lebay kalau sama band trio folks dari Bali ini. Selain karena saya memang suka musik dan lirik mereka juga karena memang dekat dengan mereka.
Tapi, nyatanya toh hampir semua teman yang saya ajak ke kafe ini untuk menikmati musik DDH memang pada terkesan. Artinya, DDH memang keren. Apalagi saat tampil langsung di kafe ini tiap Rabu malam.
Inilah yang membuat Art Cafe benar-benar berbeda. Setiap Rabu malam pengunjung akan mendapat asupan musik dan lirik nan bergizi dari penembang lagu-lagu cinta ini. Suara sang biduan dan gitaris, Dadang SH Pranoto bersanding mesra dengan ketukan kajon (kotak musik sebagai pengganti drum) Deny Surya dan petikan bas Brozio Orah.
Lagu-lagu cinta mereka akan menemani pengunjung Art Cafe pada Rabu malam antara pukul 8 sampai 11-an malam. Selain hari Rabu malam, setahu saya, mereka tidak tampil di Art Cafe kecuali ada acara khusus.
Meski hampir semua lagunya berbahasa Indonesia, DDH toh masih bisa memikat tamu-tamu kafe yang sebagian juga bule. Saat terakhir saya ke sana, teman-teman saya malah dari Timor Leste, Vietnam, Maldives, Kamboja, dan lain-lain. Nyatanya, meski tak bisa Bahasa Indonesia, mereka mengaku senang banget dengan lagu-lagu DDH.
Malah, saking senangnya, begitu DDH selesai main, para perempuan teman saya itu berebut foto bersama dengan para personil DDH. Padahal pas mau berangkat ke sana, salah satu di antara mereka pasang muka cemberut.
Malam itu, Art Cafe mengobati wajah teman saya yang cemberut itu. Mungkin juga membuai Anda jika ke sana dan DDH sedang menyanyikan lagu-lagu cinta. [b]
Art Café
Jalan Saridewi no. 17 Seminyak, Kuta
Email : info@iloveartcafecom
Telp: +62 361 736751
Website: www.iloveartcafe.com