Bicara Tahun 2020, boleh dikata adalah salah satu tahun monumental di Teater Kalangan. Tak bisa dipungkiri bahwa kehadiran pandemi juga telah mempengaruhi iklim kerja kami sebagaimana (mungkin) dialami juga oleh kawan-kawan. Inilah #memori2020 Kalangan.
Di satu sisi, ruang gerak kami sebagai sebuah kolektif jadi dibuat terbatas. Di sisi lain, justru karena keterbatasan inilah, kami jadi diberi kesempatan untuk mencari desain kerja baru guna mengakomodir aktivitas kami sebagai sebuah kolektif seni pertunjukan.
Dua bulan sebelum pandemi, seperti biasa, kami mengawali tahun dengan mempublikasikan refleksi proses tahun 2019 dalam program Catatan Awal Tahun Kalangan 2020. Pada bulan Januari juga kami sempat menggelar pertunjukan dalam acara Jagadkawarsa di Rumah Sanur dan pentas kolaborasi bersama Pinkygurl dan Enggohoi dalam acara Ravepasar.
Pada 1 Maret, kami menggelar Se(Angkep) Kalangan, salah satu rangkaian program baru yang kami rancang untuk tahun 2020. Se(Angkep) Kalangan sendiri merupakan acara diskusi seputar teater dengan berbagai kemungkinan kerjanya yang dipresentasikan oleh kawan-kawan lintas lembaga sebagai narasumber. Dalam acara ini, kami cukup beruntung dapat mengundang Andika Ananda (aktor teater) untuk berbagi pengalaman terkait salah satu kerja teater yang dilakukan di Tubaba, Lampung dengan tema Teater untuk Media Pemberdayaan Diri dan Masyarakat.
Setelahnya, berita pandemi pun merebak. Corona datang, memaksa kami pulang ke rumah masing-masing, Pada luang pertemuan yang kami cicil sedikit demi sedikit, dalam ketakutan buat berkumpul, kami sepakati ‘program tiba-tiba’ bertajuk Dini Ditu Kalangan yang digelar setiap hari Rabu dari bulan Juni-November. Program ini merupakan upaya Teater Kalangan untuk tetap membuat anggota kami bergerak sekaligus menjadi ruang baca kemungkinan yang dapat ditemukan di tengah situasi pandemi.
Kami mengawali program ini dengan menggunggah arsip pertunjukan Bali dan kutipan dari tokoh teater Indonesia sebagai pemantik acara. Dilanjutkan dengan subprogram yang digelar secara daring via live Instagram dan Youtube Teater Kalangan. Beberapa diantaranya ada Nyinggahin Timpal (bincang dengan kawan lintas lembaga), Playing Kontraborasi (diskusi dan pentas bersama kawan seniman lintas disiplin), Kami Bertanya Sastrawan Menjawab (bincang bersama sastrawan Bali), Utak-Atik Digital (pentas dengan medium digital), Tilik Titer (bincang bersama kawan teater luar Bali), Tari(K) Jack (pentas kolaborasi dan diskusi), dan Monolog kepada Kamera (presentasi keaktoran di ruang digital).
Di tengah acara Dini Ditu Kalangan, kami berkesempatan pula menggelar beberapa pertunjukan virtual seperti ‘Seandainya Kata-kata Pecah di Gawaimu’ pentas virtual UPTD Taman Budaya Disbud Bali, ‘Menunggu Pintu Rumah Dibuka’ yang berhasil menjadi 20 terbaik Jejak Aktor Virtual Indonesia Kemendikbud, serta ‘Dongeng-dongeng yang Tersesat di Sekitar Kita’ dalam acara Festival Pembacaan Lakon Indonesia Badan Bahasa Kemendikbud.
Yang tak kalah penting adalah kami berhasil meluncurkan platform baru bernama ‘Seletan Lnggis’. Ini adalah platform kolaborasi bersama Niskala Studio bekerja sama dengan Idep Foundation yang khusus menampilkan konten bondres-film dengan mengusung isu-isu sosial sekitar masyarakat Bali. Pada session I ini mengangkat Bali Beradaptasi dalam 8 Episode.
Pada bulan September, kami menerima tawaran kembali berkolaborasi dengan kawan-kawan Minikino. Kali ini membuat audio description film pendek khusus untuk kawan tuna netra dan low vision. Ada pula kolaborasi audio komik bersama Beluluk dalam acara Bali Water Protection Festival pada November lalu.
Sebagai penutup tahun ada dua kegiatan yang kami gelar. Yang pertama adalah pertunjukan ‘Be.Kas’. Project kolaborasi lintas disiplin ini kami canangkan jadi salah satu pertunjukan dengan proses yang cukup panjang dimulai dari tahun ini. Pentas perdana dengan versi daring digelar Oktober lalu serangkaian Festival Bali Jani Disbud Bali, sementara pentas versi luring digelar dalam acara Mebraya pada bulan November. Yang kedua, adalah program Siar Siur Kalangan.
Program ini merupakan acara tutup akhir tahun merayakan terbitnya buku puisi dan cerpen kawan-kawan kami yang kemudian direspon oleh kawan-kawan musisi. Karya-karyanya dapat dinikmati pada akun youtube Teater Kalangan. Acara juga diisi dengan kegiatan diskusi buku, workshop penulisan puisi dan cerpen, serta pentas musik.
Terakhir adalah liburan Kalangan yang dilangsungkan pada awal Januari 2021 lalu. Meski dikata liburan, sesungguhnya acara digelar dalam rangka refleksi ulang kerja yang telah kami lakukan sepanjang tahun lalu merumuskan hal-hal yang akan kami lakukan di tahun ini. Tahun 2021 menuju 5 tahun Teater Kalangan. Sebagai sebuah kelompok tentu umur yang masih terbilang kanak. Di umur ini pulalah anak-anak mulai belajar sekolah. Menaja pada lingkungan luar rumah.
Mengenal anak lainnya, mengenal guru, bahkan mengenal negara lewat segala macam atribut dan aturan yang dilekatkan pada mereka. Bahwa dunia tak hanya sebesar balon tiup warna-warni atau tak sesemarak lagu ‘Obok-obok’ Joshua yang diputar setiap mandi sore. Bahwa kerja pertunjukan tak sebatas panggung sekian kali sekian meter dengan sorak tepuk tangan penonton.
Tahun 2021 adalah awal kerja kami dalam rangka memperluas proyeksi teater sekaligus membesarkan institusi sebagai ruang tinggal bagi ‘seka’ yang hidup di dalam dan di luar Kalangan. Pada kawan sekalian yang senantiasa mendukung, kami haturkan terima kasih. Nantikanlah kerja kami selanjutnya. Tabik!
Comments 2