Setelah menempuh perjalanan sekitar 5 km selama hampir 1 jam dari Stasiun Pusat (Central Station) Amsterdam, kami sampai juga di Taman Vondel (Vondelpark) di sisi selatan kota. Begitu tiba di taman ini, kami disambut tari khas Bali, pendet. What a surprise..
Semula saya ragu kalau gadis berusia sekitar 10 tahun itu sedang menari Bali. Pertama, ini di Amsterdam di mana buanyak sekali orang dari berbagai negara. Kedua, karena gerak tubuh gadis itu jauh dari gemulai penari Bali. Tarian gadis itu lebih mirip breakdance karena patah-patah tidak lemah gemulai.
Tapi, setelah saya tanya pada pemuda yang membawa pemutar musik, saya baru yakin kalau gadis itu memang sedang menari pendet. Mereka anggota komunitas Indonesia di Belanda.
Tarian itu salah satu atraksi yang ditawarkan ribuan pengunjung taman seluas 47 hektar itu. Selain tari Bali, di taman itu juga ada peniup saksofon, penabuh drum, pelukis, penyanyi akapela, peniru wajah tokoh film, dan masih banyak lagi penampilan lain dari pengunjung.
Voldenpark, yang namanya diambil dari nama penyair Joos van den Vondel ini, adalah taman paling populer di Amsterdam. Taman di sisi selatan kota ini menjadi salah satu tempat paling ramai untuk merayakan Queens Day 30 pada April lalu. Menurut saya inilah tempat terbaik untuk merayakan Queens Day.
Queens Day, peringatan hari ulang tahun Ratu Belanda, adalah hari libur nasional. Pada hari ini sebagian besar warga merayakannya di luar rumah. Amsterdam, ibu kota Belanda, jadi salah satu pusat perayaannya. Meski demikian, hampir di setiap kota juga ada perayaan ini.
Tidak jelas apa yang dirayakan. Tapi semua orang terlihat bergembira. Mereka berlalu lalang di jalan. Karena kendaraan umum seperti bis dan trem libur, maka tiap orang bisa berjalan seenaknya di jalan. Ada yang bernyanyi dengan teriakan sekeras-kerasnya. Ada yang meniup terompet. Ada yang mengibarkan bendera berwarna oranye bertuliskan Holland.
Oya, oranye. Ini juga yang menjadi ciri khas Belanda. Oranye warna kebesaran Belanda. Hari itu, pada perayaan Queens Day, oranye ada di mana-mana. Kaos. Sepatu. Rambut. Celana. Bendera. Wajah. Wig. Semua berwarna oranye.
Lalu warna-warna ini memenuhi seluruh kota. Stasiun. Jalan. Bar. Kanal. Taman. Semuanya dipenuhi lautan manusia yang datang dari berbagai penjuru dan luar kota.
“Kami akan berkunjung ke rumah saudara di Amsterdam,” kata Jeltje Harnmeyer, yang satu gerbong bersama kami dari Bussum. Dia bersama temannya Els der Linden termasuk mereka yang menuju Amsterdam untuk merayakan Quuens Day.
“Paling hanya satu jam di rumah saudara. Empat lima jam setelah itu ya minum-minum saja,” tambahnya lalu tertawa.
Sekitar pukul 9.30 pagi ketika kami baru tiba di Amsterdam, kota sudah dibanjiri manusia. Kami bisa berjalan dengan leluasa melewati jalan utama. Tapi, setelah pukul 3 sore, kami harus berdesak-desakan ketika berjalan.
Saya lihat hampir tiap orang membawa bir di tangannya. Karena, seperti dikatakan Jeltje dan Els, Queens Day adalah waktunya berpesta. Musik ala pesta (house music) berdentum-dentum seperti menggetarkan bangunan-bangunan tua di Amsterdam. Orang-orang berjoget ria di tengah jalan dan di atas perahu yang melaju di kanal.
Tempat publik adalah tempat untuk merayakan Queens Day ini. Kawasan Royal Palace dan Leidseplein adalah dua di antaranya. Tapi, salah satu yang terbaik menurut saya adalah Voldenpark. Tempat ini juga jadi salah satu tujuan lautan manusia di Amsterdam. Ibarat air mengalir, lautan manusia ini menghilir ke Voldenpark.
Tidak ada perayaan khusus di taman ini. Misalnya dengan upacara seperti halnya di Bali atau konser musik layaknya pesta. Tapi, Voldenpark adalah panggung untuk setiap orang. Bahkan, bukan hanya panggung. Taman ini juga tempat untuk menunjukkan bakat dan.. mencari uang!
Jalan selebar sekitar 5 meter yang mengelilingi taman ini dipenuhi orang yang menggelar barang dagangan. Quuens Day memang sekaligus Vrijmarkt alias hari pasar. Di semua kota di Belanda, warganya akan menjual barang-barang bekasnya di pinggir jalan.
Di Amsterdam sih banyak yang nakal. Mereka menjual barang baru dari toko, bukan barang bekas. Tapi lebih banyak lagi yang menjual barang bekas, termasuk di Voldenpark. Mereka menjual barang bekas seperti baju, mainan, buku, alat rumah tangga, dan lain-lain. Harganya murah tenan..
Saya, misalnya, membeli dua mainan robot seharga 1,5 euro. Padahal di toko bisa 10x lipat. Empat mobil mainan saya beli seharga 1 euro. Padahal di toko biasa bisa 5 euro tiap satu mobilnya.
Selain menjual barang bekas, banyak pula pengunjung menunjukkan atraksi. Salah satunya ya gadis yang menari Bali itu tadi meski gemulainya beda jauh dari penari Bali sesungguhnya. Hehe..
Melihat tari Bali di Belanda tetap saja senang rasanya. [b]