Oleh I Wayan Artawa
Jika mendengar energi terbarukan pikiran kita mengarah ke panel surya, kendaraan listrik, dan bahan bakar nabati atau biofuel. Beberapa masyarakat Desa Kerta pernah mengembangkan reaktor biogas sebagai energi alternatif dalam pemenuhan gas rumah tangga.
Salah satu warga adalah I Wayan suartawan, 52 tahun dari Banjar Penyabangan hang berprofesi sebagai guru. Ia membangun reaktor biogas pada 2010 didukung program Biru. Pada awal pembangunan seingatnya mengeluarkan biaya sekitar Rp 4,5 juta dan mendapat subsidi dari program Biru sebanyak Rp 1,5 juta.
Kubah reaktor yang dibangun saat itu berkapasitas 6 kubik. Untuk pemenuhan kotoran ternah, ia mengisi dengan kotoran 3 ekor sapi dan 20 ekor babi.
Reaktor biogas berjarak sekitar 20 meter dari dapur rumahnya. Setelah kubah penuh, dibiarkan selama 7 hari baru keluar gas dan bisa digunakan untuk memasak.
Setelah pengisian pertama, berikutnya ia mengisi kotoran sekitar 20 kg per hari. Namun saat ini, reaktor biogas tidak aktif memproduksi gas karena tidak diisi kotoran lagi.
“Dulu, gasnya sangat berguna untuk masak. Tapi beberapa bulan ini tidak diisi kotoran lagi karena perlu repot mengangkut kotorannya,” ujar Suartawan.
Ia berencana melanjutkan lagi mengaktifkan reaktor biogas. Dengan cara membersihkan dan menguras bak digister. Saat ini baknya berisi air.
Kepala Desa Kerta, I Made Gunawan mengatakan sedikitnya 64 KK yang memiliki instalator biogas, dimulai sejak 2008. Karena warga peternak sapi dan babi.
Pada 2012, Desa Kerta mendapat predikat Desa Mandiri Energi. Karena warga dinilai mampu mengurangi emisi gas rumah kaca dengan mengelola kotorannya ternaknya dan mengelola limbah menjadi biogas.
Namun kini, sebagian besar reaktor tidak memproduksi gas atau karusakan. Misalnya karena korosi di instalasi material besi misal keran.
Gunawan berharap biogas masih bisa dikembangkan dan dimiliki peternak. Misal memperbaiki instalasi seperti menciptakan alat yang tahan korosi. Kedua, pendampingan. Berikutnya subsidi pengembangan reaktor, dan membangun reaktor yang lebih efektif dan efisien. “Biar mengurangi beban mengangkat kotoran ke reaktor,” tambah Gunawan.
Pada 2011 juga mendapat Desa Penghijauan Konservasi dan Alam oleh Presiden Susilo Bambanv Yudhoyono karena mampu menjaga kelestarian hutan misal hutan adat, bambu, dan penghijauan di daerah aliran sumber mata air.