Saya belum pernah bersua dengan pria muda ini sebelumnya. Hanya melihat sekilas karyanya di Facebook. Mungkin di-share rekannya yang berteman dengan saya, sehingga terlihat di timeline. Saya perhatikan timeline-nya kok produktif sekali. Ada komik strip dan kartun.
Swa, panggilannya juga senang membuat sketsa dan tergabung di komunitas Urban Sketcher di Bali. Jadilah saya inbox dia dan menawarkan membaca karya-karya pewarta warga Amed dan Tulamben. Dia menyetujui untuk barter karya, beberapa hari kemudian bukannya kirim satu karya tapi 6. Saya tentu saja syok-syok bahagia.
Saat karyanya dipamerkan di desa, figur-figur dalam kartun ini tertawa dan membahasnya. Ibu-ibu pengangkut tabung oksigen untuk penyelam (porter) ini mengajak anak dan cucunya mengisahkan dirinya lewat kartun yang dipamerkan.
Ketika pertama kali diajak “Bakar Ikan”, perasaan dan responnya bagaimana?
Senang dan semangat #aisspeh
Kenapa tertarik ikut dan memilih topik yg sudah dibuat?
Tertarik karena ingin terlibat dalam kegiatan-kegiatan pewarta di pelosok, menambah pengetahuan dan menambah teman tentunya.
Topik yang dipilih berdasarkan artikel tim pewarta warga yang dikirim, saya coba imajinasikan kemudian eksekusi sesuai waktu yang tersedia.
Apa (harapan, kegiatan, dll) yang ingin Anda dorong untuk Tulamben dan Amed setelah ikut barter dan melali? Untuk Karangasem secara umum?
Saya berharap Tulamben dan Amed memiliki kegiatan seperti pasar Papringan di Temanggung. Baru-baru ini tokoh-tokoh di Temanggung yang ingin menjaga lahan bambunya dari pembangunan, mengemas lahan bambu menjadi pasar keren, lahan bambunya tetap dilestarikan, masyarakatnya juga tetap mendapat keuntungan secara ekonomis dari adanya pasar di lahan tersebut.
Kalau di Tulamben dan Amed ada pasar di pinggir pantai, desain pondok dari bambu atau jukung bekas, dengan menjual ikan segar, garam berkualitas dan produk lokal lainnya pastinya keren.
Saya pikir biaya pembuatan tidak begitu besar karena menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitar dan tenaga warga sekitar (gotong royong).
Apa yang ingin Anda kolaborasikan di masa mendatang untuk mendukung pengembangan jurnalisme warga di Karangasem?
Selama berkaitan dengan dunia kartun/karikatur, kalau diperlukan saya siap bantu jurnalisme warga.
Soal personal, bisa ceritakan proses kreatifmu dalam membuat karya, biasanya apa yang menginspirasi?
Biasanya saya membaca artikel yang berkaitan dengan tema yang diangkat. Memetakan permasalahan dari artikel dengan teknik mind mapping kemudian eksekusi dengan simbol-simbol semiotika. Inspirasi saya secara umum dari kartunis-kartunis senior di Bog-bog, yang sering mengangkat permasalahan orang Bali di jaman globalisasi, hal yang dekat dengan lingkungan saya.
Organisasi atau komunitas apa saja yang pernah memanfaatkan karyamu untuk kampanye atau kegiatan tertentu?
Kebanyakan ambil bagian untuk lomba-lomba seperti lomba karikatur Bali Mandara yang diadakan Pemprov yang mengkampanyekan program Bali Mandara, karikatur persma Akademika Unud yang mengkampanyekan lucunya hukum di negeri ini, karikatur anak teknik ekstensi Unud yang mengkampanyekan keberlangsungan arsitektur Bali, karikatur museum kartun yang mengkampanyekan emansipasi wanita dan pernah menjadi kontributor kartun di majalah Wiyata Mandala dan Bali Post.
NamaLengkap: I Komang Swakarma Satwika
Tempat dan tgl lahir: Denpasar, 20 Januari 1990
Website karya dan akun sosmed: Komostudio.tumblr.com/Facebook: Swakarma Satwika
*Bakar Ikan adalah barter karya, informasi, komunitas, dan antusiasme. Mengajak pekerja kreatif berkolaborasi dengan warga yang mulai bergerak mendokumentasikan desanya. Untuk kali pertama dilaksanakan di Amed dan Tulamben, Kabupaten Karangasem oleh Tim Pewarta Warga Amed, Tulamben, dan Sloka Institute didukung Conservation International Indonesia.