Oleh Ni Luh Astiti
Perkenalkan nama saya Ni Luh Astiti, biasa disapa Astiti. Saya berasal dari Desa Muntig tetapi sekarang mengungsi di Desa Culik. Di pengungsian saya dan keluarga tidur di atas karpet dan makanan kami nasi telur dan mie.
Di sana kami hidup mandiri dan saling bagi-berbagi. Setiap pagi saya bangun pukul 4.30 mengantar orang tua pulang dan bersiap-siap mau ke sekolah. Di pengungsian saya pun dapat belajar Bahasa Inggris. Kami dibimbing oleh kakak-kakak yang ada di Rumah Sehat.
Hal yang paling membuat saya malu ialah di saat mandi kami mandi bersama-sama. Putra-putri bercampur hanya memakai celana pendek dan baju dalam.
Sebenarnya kami sudah bosan tinggal di pengungsian karena setiap malam orang-orang ribut bercerita, saya jadi susah tidur.
Dan makanannya hanya mie telur nasi itu yang membuat saya bosan.
Hal paling terkesan ialah di saat kami dikunjungi artis dan ibu Bupati Karangasem. Kami pun dapat foto selfie di pengungsian.
Kami bermain setiap pagi kami berangkat ke sekolah. Sekolah kami hanya menumpang. Awalnya kami sekolah di SMKN 1 Kubu tetapi sekolah kami ditutup. Karena itu kami menumpang sekolah di SMK 1 Abang. Di sana siswa-siswanya ramah. Halaman sekolahnya dipenuhi tanaman obat.
Hal paling menyenangkan di saat sore kami olahraga bersama seperti bulutangkis, voli dan yang lain. Malamnya kami menonton karena sudah disediakan televisi oleh-orang yang menyumbang.
Jika hari petang kami diajak sembahyang di tempat pengungsian. Karena tempat yang kami tinggali adalah Pura Dalem Setra, maka kami diajak sembahyang setiap hari memohon lindungannya.
Di tempat pengungsian banyak orang-orang yang menyumbang. Hal yang membuat saya sedih saya harus berpisah dengan kakek nenek saya. Kakek saya dirawat di rumah sehat. Hal yang paling membuat saya sedih setiap malam saya teringat almarhum ayah saya karena saya baru ditinggalkan.
Hal yang membuat saya bertanya-tanya kapan Gunung Agung akan meletus. Kami sudah lama mengungsi tapi Gunung Agung tidak kunjung meletus hanya berstatus Awas, Awas dan Awas.
Yang membuat saya malu kepada ibu saya setiap pagi saya meminta uang bekal untuk ke sekolah di samping itu ibu saya tidak bekerja hanya mengandalkan hewan ternak. Ibu saya kebingungan kemana harus mencari uang untuk bekal saya. Setiap pagi saya hanya bisa mengantar pulang dan sore menjelang malam saya menjemput ibu saya. [b]