Oleh Yogy Sagitha
Tahun kembar 2020 merupakan tahun tikus logam.
Ini tahun yang berat bagi kehidupan di seluruh dunia dengan karakter tikus itu sendiri. Akan ada banyak kejutan ditimbulkan di tahun tikus ini, salah satunya adalah pandemi COVID-19. Flu ini disebabkan oleh sebuah virus sangat mematikan. Seseorang yang terinfeksi hanya memiliki waktu tiga minggu untuk bertahan.
Ketika virus berhasil berinkubasi dengan sel kekebalan tubuh manusia, yang biasa disebut dengan sel T manusia, kekebalan tubuh manusia (CD4) menurun. Bakteri yang sudah bersarang di tubuh manusia kemudian akan berkembang menjadi penyakit mematikan.
Wabah ini berawal dari kejadian di Wuhan, China di mana salah satu dokter mulai memberikan informasi kepada WHO bahwa terjadi suatu wabah di kota Wuhan tepatnya di daratan Cina berupa serangan flu yang sangat mematikan. Ketika informasi tersebut ditindaklanjuti WHO, satu minggu setelah perayaan tahun baru Cina berakhir, WHO memberikan peringatan ke seluruh dunia bahwa kita sedang menghadapi wabah flu.
Wabah ini hampir mirip dengan kejadian pada tahun 1918 di Spanyol, bertepatan dengan Perang Dunia I di mana sebuah barak, base camp pasukan Inggris merekrut warga Spanyol untuk ikut membela Inggris melawan Jerman. Saat itulah terjadi wabah yang diberi nama spanish flu yang merenggut puluhan ribu tentara Inggris di base camp tersebut. Jenis dan sifat penularan flu tersebut sangatlah sama.
Setelah berita yang membuat seluruh dunia bersiap-siap menghadapi pandemi COVID-19 ini begitu cepat menyebar ke seluruh dunia. Kasus baru di luar Wuhan pertama kali dilaporkan di Amerika, Spanyol, Italia, Brasil, India, dan negara lain termasuk Indonesia. Semua negara pun harus menyiapkan protokol kesehatan, seperti menggunakan masker dan menjaga jarak agar menekan penularan virus dari manusia ke manusia melalui droplet yang dikeluarkan saat kita batuk bersin dan berbicara.
Dengan semakin cepatnya penyebaran virus ini sampai sebuah negara melakukan lockdown pintu keluar masuk dari negara lain antara lain pelabuhan dan bandara di seluruh dunia. Hal ini berakibat berdampak buruk bagi indonesia khususnya Bali yang hanya mengandalkan pariwisata yang menyumbang devisa tertinggi di Indonesia. Hotel, vila, tempat wisata yang sudah tertata dengan sangat baik tidak bisa berjalan sesuai rencana.
Pariwisata Bali yang terpuruk pasti akan berimbas pada sektor lain khususnya di Bali. Banyak pekerja hotel, vita, toko-toko yang berada di sepanjang jalur wisata semuanya ditutup. Roda ekonomi di Bali khususnya di daerah pariwisata sudah berhenti. Warga menutup tempat usahanya dan mengurangi jumlah pegawai hanya untuk bisa bertahan. Entah sampai kapan ini bisa kita lewati.
Sebuah negara akan melakukan sistem agar ekonomi kita bisa berjalan lagi dengan menerapkan “new normal”. Tentunya dengan protokol kesehatan sangat ketat di setiap pintu masuk Bali maupun di tempat-tempat umum agar menerapakan protokol kesehatan yang disarankan Gugus Tugas COVID-19. Gugus Tugas yang dibentuk presiden untuk memulai kehidupan new normal secara langsung ini memang tidak terlu berdampak terhadap pennggulangan HIV pada masa pandemi. Namun, lambat laun pasti akan berdampak karena semua sendi kehidupan tidak akan bisa bertahan jika tidak ada solusi dan bantuan dari pemerintah pusat untuk menjagan keamanan bangsa Indonesia. Hal ini karena Indonesia masih masuk dalam negara berkembang.
Kendala yang sangat jelas dirasakan di masa pandemi ini adalah ketersediaan stok ARV di wilayah Bali bagi orang-orang yang hidup dengan HIV (ODHIV). Contohnya sempat terjadi kelangkaan beberapa jenis obat yang masih dibeli dari negara lain antara lain India sebagai produsen obat ARV ke indonesia. Baru beberapa obat yang bisa diproduksi oleh Kimia Farma.
Harapan besar kami para ODHIV, semoga kita semua diberikan kekuatan untuk melalui pandemi ini. Ámin.. [b]
Catatan: tulisan ini merupakan juara pertama kategori komunitas dalam lomba menulis HIV AIDS Yayasan Kesehatan Bali (Yakeba) periode September 2020 dengan tema Suka Duka Penanggulangan HIV AIDS di Tengah Pandemi COVID-19.