Lahir dan besar dekat dengan pantai membuat Suarbawa akrab dengan laut.
Pemilik nama lengkap I Wayan Suarbawa ini lahir 43 tahun silam. Tepatnya di Nusa Lembongan, 11 Maret 1972. Karenanya Suarbawa kecil sehari-harinya gemar mencari ikan dan bergelut dengan suasana laut.
Itu pula menjadikan dirinya memiliki kecintaan kuat pada laut. Saking cintanya akan laut, sampai-sampai nama akunnya di Facebook mengambil nama mali-mali yang berarti abalone, salah satu satwa laut.
Menghabiskan masa sekolah di Lembongan, Suarbawa tercatat tamat SD Negeri 1 Lembongan tahun 1979 dan SMP Kertha Wisata Lembongan 1985. Kemudian ia melanjutkan SMA Negeri 1 Semarapura Klungkung, tamat pada tahun 1991. Suarbawa melanjutkan kuliah di Fakultas Sastra Universitas Udayana dan lulus pada 1996.
Laut yang telah memberinya hidup dan tempat bermain di masa kecil, membuat I Wayan Suarbawa menjadi pribadi yang menghargai betapa pentingnya menjaga pelestarian lingkungan. Untuk itu ia aktif dibeberapa organisasi pelestarian terumbu karang, mangrove dan satwa laut.
Di bawah naungan TNC ia aktif dalam edukasi pelsetarian mangrove dan terumbu karang. Gerakan Hutan 1 Juta pohon (Gerhan) juga dilakoni Suarbawa untuk melestarikan dan menghijaukan Nusa Penida, Klungkung.
Tambun
I Wayan Suarbawa mudah dikenali dari tubuhnya yang tambun. Ia pun tipe orang yang mudah akrab bergaul. Karena itu ia memiliki banyak teman. Berawal aktif di berbagai kegiatan di desanya, Suarbawa terpilih menjadi Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa Lembongan, dari tahun 2003 sampai dengan 2006.
Dari situlah ia aktif dalam program pemberdayaan masyarakat. Bahkan mulai tahun 2006 sampai 2008 Suarbawa terpilih menjadi Fasilitator Kecamatan Manggis pada Program Pengembangan Kecamatan. Kemudian pindah tugas menjadi Fasilitator Kecamatan PNPM MPd di Gianyar dan Kecamatan Nusa Penida tahun 2009 sampai 2014.
Pengalaman menjadi fasilitator kecamatan membuat I Wayan Suarbawa banyak mengenal karakter dan teknik pemberdayaan masyarakat.
Sembari aktif di pelestarian lingkungan dan pemberdayaan masyarakat, I Wayan Suarbawa yang tamatan sarjana tidak malu dan sungkan menjadi petani rumput laut. Ia telah terbiasa membudidayakan rumput laut. Mulai mengikat, membudidayakan sampai kering terjual.
Bila rumput laut dijual tanpa diolah harganya relatif murah, Suarbawa tidak kehabisan akal. Melalui kelompok perempuan yang ia fasilitasi, mereka membuat makanan khas dari olahan rumput laut.
Kini makanan khas rumput laut yang bisa dinikmati adalah dalam bentuk krupuk, dodol, minuman maupun jajanan. Bisa kita jumpai ketika kita mengunjungi goa gala-gala. Goa gala-gala dibuat oleh kakek I Wayan Suarbawa yang kini ramai dikunjungi wisatawan di Lembongan.
Kini I Wayan Suarbawa aktif sebagai anggota Coral Triangel Center (CTC), lembaga swadaya masyarakat yang konsentrasi dalam konservasi laut. Tugasnya menjadi konsultan UPT. Kawasan Konservasi Kelautan Nusa Penida menjaga, menata, mengelola kawasan perairan laut Nusa Penida yang telah ditetapkan oleh Menteri Kelautan pada 9 Juni 2014 lalu.
Penghargaan
Tidak berlebihan bila I Wayan Suarbawa dinobatkan menjadi penjaga laut Nusa Penida. Karena ia bersama Pokmaswas, CTC, Polairud berupaya melindungi laut Nusa Penida dari ancaman kerusakan terumbu karang, penangkapan ikan yang menggunakan bahan peledak dan pengerusakan mangrove. Untuk itu ia aktif mengajak siswa menanam mangrove dan wisatawan menanam terumbu karang di Nusa Penida.
Atas ketekunannya, I Wayan Suarbawa diganjar beberapa penghargaan. Sebut saja penghargaan Ketut Nadha Nugraha tahun 2005 sebagai petani rumput laut inovatif dan penghargaan dari TNC sebagai Guardians Of Nature tahun 2012.
Pada tahun 2014 ia menerima coastal Award 2014 kategori kelompok masyarakat atas kepedulian dan komitmen dalam pengelolaan wilayah pesisir laut dan pulau pulau kecil dari Kementerian Kelautan. Penghargaan-penghargaan ini semakin mengukuhkan I Wayan Suarbawa sebagai pemberdaya masyarakat sekaligus pelestari konservasi laut yang gigih.
Baginya, pemberdayaan dan upaya konservasi seperti dua sisi uang logam yang sebenarnya sama tapi dengan muka berbeda. Konservasi dan pemberdayaan, menurut Suarbawa, seperti dua sisi mata uang logam. Sama saja, walau kelihatannya berbeda.
“Hidup bekerja dengan hati itu sangat penting agar tidak terasa terbebani,” katanya.
“Karena pariwisata tanpa konservasi, pelestarian tanpa melalui edukasi tidak akan memberikan dampak positif secara jangka panjang,” Suarbawa melanjutkan.
Menurut Suarbawa Nusa Penida khususnya Lembongan sebagai tujuan wisata harus dilestarikan, baik laut maupun lingkungannya agar bisa menjadi pariwisata berkelanjutan.
“Penjagaan laut, menjaga kebersihan dan upaya pelestarian lainnya adalah langkah konkret yang harus kita lakukan secara bersama-sama,” ujar I Wayan Suarbawa yang biasa dipanggil Pan Rama ini. [b]
Apakah ada nomor kontak atau email I Wayan Suarbawa yang bisa dihubungi. Saya ingin tahu lebih lanjut tentang potensi Nusa lembongan. Mohon dibalas secepatnya berkaitan rencana ke lembongan tgl 15 okt ini. Terima kasih.