WD pulang kampung ke Bali, tanah kelahirannya.
Sejak November tahun lalu, street artist yang kini tinggal di Athena, Yunani itu membuat proyek pribadi (solo project) di beberapa tempat. Misalnya, Gianyar dan Denpasar.
Karya-karya itu tetap seperti minatnya semula, sarat kritik.
Si Wild Drawing mengungkapkan kegelisahannya terhadap globalisasi, cengkeraman pariwisata di Bali, ketidakadilan sosial, ancaman terhadap lingkungan, dan lain-lain.
Setelah membuat karya di beberapa tempat, street artist yang disejajarkan dengan Banksy ini ingin menutup masa mudiknya di Bali dengan pameran bersama The Pojoks. Ini komunitas tukang ngebom tempat dia pernah bergabung sejak komunitas tersebut berdiri.
Sesuai tiket yang dia beli, seharusnya WD sudah balik Januari ini. Tapi, dia lalu menunda rencana balik ke Yunani jadi Maret saja. “Aku masih mau ngerjain beberapa proyek pribadi di Bali,” kata WD ketika kami bertemu tanpa sengaja di Taman Baca Kesiman, Denpasar.
Street Art Event bersama The Pojok Sabtu malam lalu merupakan salah satu proyek tersebut. Mereka membuat tiga karya berukuran raksasa, sekitar 8 x 3 meter. Karya WD berupa lukisan yang diambil dari foto tersohor karya Eddie Adams, Saigon Execution.
Foto tersebut berupa seorang tentara yang menembak mati anggota Vietkong di Vietnam. Adams memenangkan Hadiah Pulitzer, penghargaan tertinggi dalam jurnalisme Amerika Serikat karena foto tersebut.
Oleh WD, foto itu diubah jadi karya berjudul Money Kills. Kepala sang tentara pembunuh dalam foto Saigon Execution diganti jadi kepala babi. Adapun pistol berganti jadi uang.
“Karena sekarang banyak orang dibunuh atau membunuh karena uang,” kata WD.
Begitulah karya WD menyampaikan kegetiran tentang kehidupan dalam karya-karyanya. Kali ini dia juga membagikan harapannya agar Denpasar memberi tempat terhadap street art.
“(Denpasar ini) katanya Kota Budaya. Mulailah kota ini dibikin apik. Tidak dengan patung-patung megah tapi dengan memberi tempat kepada publik agar bisa berinteraksi langsung menggarap ruang publik ini,” harap WD. [b]