Oleh Angga dan Kadek Kartana
Desa Guwang adalah salah satu desa yang terkenal dengan seni ukirnya yang bertempat di Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Seni Ukir yang khas dari Desa Guwang seperti adalah Garuda Wisnu yang terdapat di tengah-tengah desa. Patung itu pun juga menjadi perlambang bahwa di desa ini hidup para seniman ukir yang hebat.
Selain itu, Desa Guwang memiliki banyak kisah sejarah pengrajin dan ukiran. Banyak seni ukir khas Bali yang dihasilkan dari Desa Guwang. Jejak perkembangan seni ukir di Desa Guwang tertinggal dengan didirikannya sebuah sekolah seni ukir. Namun, saat ini sudah pindah ke Desa Batubulan yang kemudian berganti nama menjadi SMK Negeri 2 Sukawati.
Desa Guwang sejak dulu sudah dikenal dengan desa adat yang menjunjung tinggi seni ukir. Desa Guwang memiliki banyak seniman ukir. Salah satunya, I Wayan Roman. Ia adalah salah satu pegiat seni ukir kayu asal dari Banjar Sakih Desa Guwang yang memasok permintaan patung kayu di pasaran.
I Wayan Roman mulai seni ukir kayu dari tahun 1971 sampai saat ini. Dulu ia belajar seni ukir dari ayahnya. “Dulu orang-orang Desa Guwang memilih seni ukir itu karena dulu belum ada lapangan pekerjaan, jadi warga Desa Guwang lebih tertarik belajar seni ukir,” kata I Wayan Roman.
Pekerjaan I Wayan Roman sebagai seni ukir kayu sehari-hari itu pagi jam 8 sudah mulai mengukir. Sampai jam 12 siang ia istirahat. Sehabis itu akan lanjut lagi mengukir sampai jam 5 sore.
Semakin bergulir masa, perkembangan lapangan pekerjaan semakin bertambah. Dampaknya berbanding terbalik dengan pegiat seni ukir di Desa Guwang. I Wayan Roman menyampaikan urun pendapatnya mengenai hilangnya seni ukir di Desa Guwang. Kenyataan ini akibat turunnya minat generasi penerus sekarang untuk belajar dan mendalami seni ukir. Ia memperkirakan seniman ukir di Desa Guwang saat ini yang masih bertahan sekitar 20 orang.
“Wisatawan lebih banyak suka karya seni ukir dari kayu seperti Tapel Ganesha, Tapel Celuluk, Patung Hanoman, Patung Dewi Uma dan Seni Ukir Wayang Bali,” kata I Wayan Roman.