Banyak kalangan menyebut Bali darurat sampah plastik. Pameran seni yang diadakan di Kulidan Kitchen and Space pada 12 Januari 2020 pun mengusung tema Menjadikan Plastik sebagai Sejarah.
Karya seni berukuran 80 cm X 60 cm berjudul Terperangkap yang dibuat oleh I ketut Jaya. Pada Karyanya terdapat figuran berbadan manusia dan berkepala barong yang badannya dibungkus plastik. Badan itu ditempelkan oleh isolasi di papan.
Papan- papan dihiasi tutup botol. Badan dan kepala barong yang terletak persis di tengah papan dan dililit isolasi melambangkan pulau Bali yang terlilit sampah plastik. Latar papan yang penuh coretan coretan hitam, gambar, ekspresi muka sedih di pojok kiri atas dan warna biru laut di kanan menunjukkan pencemaran plastik yang parah di laut dan kesakitan alam Bali.
Sampah plastik amat marak di Bali. Mulai dari kantong plastik, sedotan, pembungkus makanan dan botol plastik. Dua hal terkahir adalah produk junk food, junk drink, dan air kemasan. Rata-rata makanan dan minuman yang dikemas dalam botol plastik di mana tersedia di supermarket dan toko kelontong mengandung gula, lemak jenuh, pengawet ,dan garam yang melebihi ambang batas.
Makanan itu dapat bertahan lama meski disimpan lebih dari satu bulan. Oleh karena itu mengurangi sampah plastik juga turut berperan menurunkan jumlah konsumsi hal hal tersebut yang mendorong perbaikan kesehatan publik. Perhatikan, hampir separuh botol dan gelas plastik yang dibuang adalah air kemasan buatan korporasi yang memiliki agenda privatisasi air. Ini menyebabkan rakyat kehilangan hak asasinya atas akses air minum.
Manusia tidak dapat hidup lebih dari tiga hari tanpa air minum murni. Korporasi mengeruk sumber mata air dan mengemasnya ke dalam plastik. Kemudian setelah airnya diminum konsumen, kemasannya berakhir di selokan, sungai, danau dan laut. Sampah plastik yang berada di selokan, dan sungai menyebabkan peluapan saat hujan lebat yang memicu banjir.
Plastik tersebut akan mencemari lautan. Partikel plastik yang terpecah jadi ukuran mikro (seperti butiran pasir), akan dimakan oleh biota laut. Saat ikan disantap manusia, partikel plastik masuk ke tubuh. Apa yang dilakukan korporasi air minum adalah eksploitasi sumber mata air dan menimbulkan efek samping pencemaran air muka dan air laut. Di segala penjuru lautan Bali, sampah plastik berterbaran membunuh penyu hingga lumba-lumba.
Pernah terjadi juga bangkai paus terdampar setelah dibedah terdapat plastik di dalam ususnya. Sampah plastik harus dihentikan dengan mengurangi produksi. Hulu adalah sumber aliran sampah plastik dimana produsen menciptakan sampah ini. Penggunaan kembali adalah salah satu cara untuk menguranginya. Oleh karena itu, kita harus mempunyai instalasi pengolahan limbah.
Ada hal hal yang dapat dilakukan yang dapat dilakukan untuk menanggulangi ini. Pertama di tempat umum, pemerintah harus siapkan air minum sehat. Mulai dari tempat ibadah, bale banjar, gedung pemerintahan, dan fasilitas publik lainnya. Orang-orang dapat datang, bawa wadah untuk ditampung air minum.
Kemudian perusahaan air minum harus dimiliki dan dikelola oleh daerah. Air minum bukan komoditas tapi hak asasi setiap orang. Lembaga penyedia air minum bertanggung jawab pada publik secara langsung bukan kepada pemegang saham seperti perusahaan swasta. Ini mengurangi belanja air minum kemasan dan membuat masyarakat membawa wadah masing-masing.
Kedua, sosialisasikan bahaya plastik sekali pakai yang tidak dapat didaur ulang dan mengkampanyekan bahaya lingkungan yang ditimbulkan dari itu serta biaya yang harus ditanggung secara keseluruhan akibat efeknya. Setelah persepsi publik berubah, dapat dibuat larangan peredaran plastik sekali pakai. Ini membuat produsen plastik memaksakan diri untuk mengikuti persepsi publik.
Ketiga, fasilitasi produksi kantong biodegradable berbahan tanaman lokal yang dapat ditanam di Bali. Penelitian dan pengembangan dilakukan pula untuk hal ini. Pemerintah selayaknya mengeluarkan dana dan mengajak partisipasi rakyat untuk mengawasi dana itu agar transparan.
Pemerintah daerah bersama rakyat mendirikan fasilitas daur ulang, perbaikan dan penggunaan kembali limbah padat non organic seperti plastik yang dikelola secara kooperatif. Fasilitas ini dapat menjadi pusat pendidikan dan ilmu pengetahuan bagi siswa siswi untuk belajar secara partisipatif mengolah sampah.
Banyak sampah plastik yang dapat dimanfaatkan kembali tanpa didaur ulang. Ini mengurangi produksi sampah plastik dan menciptakan lapangan kerja. Fasilitas pemilah dan pengolahan plastik perlu didirikan. Botol dan sedotan plastik yang masih layak pakai dibersihkan. Barang plastik yang cacat dapat dibentuk lagi agar sempurna menjadi layak pakai sedangkan yang sudah tidak layak pakai dan tidak dapat diperbaiki, didaur ulang jadi produk baru seperti mainan. Reuse menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan menghemat biaya daripada recycling atau dibakar.
Untuk plastik seperti bungkus permen dan makanan dapat dilebur untuk dijadikan bahan lain. Ada juga upaya kreasi kerajinan tangan dari limbah bungkus minuman dan makanan yang dijadikan tas atau keranjang. Mulai sekarang, semua sampah plastik di selokan harus dikeluarkan karena ia akan mengalir ke sungai yang bermuara di laut. Sungai perlu dibersihkan secara rutin. Sosialisasi pada masyarakat terus dilakukan agar buang sampah pada tempatnya.
Kemudian petugas yang mengangkut sampah harus diberi hidup layak. Petugas ini bukan hanya mengangkut sampah tapi juga memilah sampah dan mengolah sampah hingga menjadi barang berguna. Jadi di sini ada kombinasi kerja bukan pembagian kerja. Pengelolaan sampah dikelola oleh publik. Pengelolaan sampah harus mengadakan dialog dengan masyarakat untuk meningkatkan kualitas hasil olahan.