Oleh Ni Luh Made Intan Paramitha Apsari
Serangan. Dulunya sebuah pulau, bagian selatan Pulau Bali. Reklamasi tahun 1997 membuat hamparan terumbu karang dan biota laut lainnya menjadi rusak. Meski luas wilayah berkembang tiga kali lipat, dari 112 hektar menjadi 481 hektar, terjadi penurunan ekologi, ekonomi dan budaya di wilayah ini.
Ini bukan kali pertama saya mengunjungi serangan. Minggu (11/12) sekitar pukul tujuh pagi, cuaca Serangan masih tak begitu menyengat. Hujan baru saja turun malam sebelumnya. Padahal, dua hari lalu ketika saya mengunjungi Serangan, saya merasa cuaca panas Desa Serangan terasa lebih menyengat dibanding dengan kota lain di Denpasar.
Saya bersama dua teman saya memang senggaja mengunjungi Serangan untuk snorkeling. Menikmati wisata bawah laut di Taman Safari Bawah Laut Pulau Serangan. Tak ada akses transportasi umum untuk Untuk masuk ke kawasan Serangan. Di pintu masuk, pengunjung akan dikenakan biaya retiibribusi Rp 1.000,- untuk motor dan Rp 2.000,- untuk mobil.
Saya langsung menuju Balai Kelompok Nelayan Pesisir Karya Segara. Kelompok Nelayan yang berkonsentrasi untuk konservasi terumbu karang di Desa Serangan. Hari sebelumnya saya memang sudah menghubungi Wayan Patut untuk mengatar kami snorkeling di Taman Safari Bawah Laut. Kelompok Nelayan yang berdiri atas kesadaran bersama menuju perubahan lebih baik, pasca reklamasi.
KPN Karya Segara ini setiap bulannya menangani 300-400 wisatawan asing yang akan menggunakan jasa snorkeling dan diving. Dan hampir 200 orang pelajar tiap tahunnya. Untuk biaya snorkeling dikenakan Rp 150.000,- per orang, sedangkan untuk diving Rp 300.000,- per orang.
Wayan Patut dan enam teman lain sedang membuat substrat, ketika kami datang. Media untuk transplantasi terumbu karang di Pantai Tanjung Cerik, Serangan. Bentuknya menyerupai jamur. Namun ada lubang di atasnya.
Tak butuh waktu banyak untuk mempersiapkan alat snorkeling. Hanya masker snorkel dan sepatu katak saja. Baju renang sudah kami kenakan sebelum tiba di Desa Serangan. Hanya satu yang ditanyakan Patut kepada kami. “Kalian bisa berenang, kan?” Kami mengiyakan. Tak ada persiapan lain.
Langsung saja kami berjalan kaki ke arah pelabuhan. Sekitar 300 meter dari Balai Kelompok. Sebenarnya satu orang di pandu satu anggota Kelompok Nelayan Pesisir. Namun karena di waktu yang sama mereka akan memanen terumbu karang, maka kami pergi bersama dengan enam nelayan.
Kebun Terumbu Karang
Lima menit meninggalkan pelabuhan kami telah sampai di Tanjung Uban-uban. Di sinilah kebun transplantasi terumbu karang milik KPN Karya Segara dibiakan. Tanjung ini tak begitu dalam. Hanya 2-3 meter. Meski bisa berenang, saya memutuskan tetap menggunakan pelampung. Hanya melihat sambil terapung, kebun terumbu karang ini.
Awalnya kami khawatir. Ketika akan turun pukul delapan pagi, cuaca masih mendung. Pak Patut bilang, airnya akan dingin, dan belum ada matahari. Matahari akan sangat membantu untuk melihat bawah laut dengan lebih jernih. Ia memutuskan untuk menyelam lebih dulu. Kemudian Ia member kode bahwa air tak begitu dingin. Kami kemudian bergegas mengenakan masker dan kaki katak. Kemudian melompat ke air.
Banyak meja beton berbagai ukuran terusun rapi di bawah laut. Tak ada alga. Tumbuhan yang biasanya selalu ada dimanapun ada terumbu karang. Kebun ini luasnya 2 hektar are. Ah. Kemudian saya mengerti. Jika seperti menanam padi, kebun ini selayak kita sedang menyemai tanaman padi. Menyemai bibit untuk menjadi bahan transplantasi. Sehingga jika ingin membiakannya, tak perlu mengganggu habitat aslinya.
Ketika pagi, air laut masih pasang. Waktu yang baik untuk snorkeling. Kami hanya melihat-lihat dan bercanda di air, setengah jam saja. Kemudian kami diminta untuk naik. Dan menuju Taman Wisata Bawah Laut.
Kuda Laut
Hanya butuh lima menit untuk menuju Pantai Tanjung Carik. Dan Ah! Tempat ini selayak wisata terumbu karang asli. Padahal, taman wisata ini adalah taman wisata buatan. Kami di sapa dua candi bentar bawah laut, gapura khas Pulau Bali. Kedalaman air di pantai ini bervariasi. Ada yang tiga meter, dan paling dalam tujuh meter. Airnya biru pekat. Dan beberapa kali disapa gelombang.
Ada patung kuda laut besar, berbaris tiga memanjang selayak anak SD. Kuda laut merupakan hewan yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia. Terumbu karang dan kuda laut adalah dua biota laut yang berusaha di konservasi oleh KPN Karya Segara.
Taman Bahari Bawah Laut ini meman di konsep untuk memperlihatkan seluruh biota laut yang coba di konservasi oleh KPN Karya Segara. Tak heran jika kita melihat dua biota laut khas. Terumbu karang dan kuda laut.
Pemandangan di Taman Bahari bawah Laut lebih bervariasi. Kami melihat banyak rumput alga. Juga ikan hias yang tak terhitung jumlahnya. Lokasinya sangat bersih dan bebas sampah. Tampak satu-dua sampah plastic yang kemudian langsung dibersihkan oleh anggota nelayan.
Nelayan disini memang sedang mengemas, bagaimana Serangan tetap bisa menjadi kawasan wisata, namun tak meninggalkan kesadaran untuk melindungi biota laut. Reklamasi membuat kerusakan terumbu karang seluas 10 hektar. Program Konservasi yang dilakukan oleh KPN Karya segara baru berlangsung dari tahun 2003 dan baru berhasilmengkonservasi 2 hektar terumbu karang. Target 15 tahun hingga tahun 2018, harus ada 5 hektar kebun konservasi terumbu karang. [b]
Wah..menarik sekali ya memang snorkeling di Serangan, kalau ada foto2nya saya pengen banget liat dong…Pasti indah2!