Singaraja kini memiliki festival baru bertajuk Singaraja Literary Festival. Festival ini digagas oleh Kadek Sonia Piscayanti dan Made Adnyana Ole, dari Yayasan Mahima Indonesia yang bertujuan untuk menghidupkan, mendiskusikan, mementaskan, dan mengalih wahanakan kembali legacy bidang sastra dan intelektualisme masa lalu yang dimiliki Singaraja.
Mengambil tema Gedong Kirtya sebagai pusat intelektualisme bangsa, festival ini memiliki visi mengajak pendidik, peneliti, mahasiswa, dan pelajar untuk mengapresiasi dan merayakan kembali kekayaan di bidang kesusastraan dalam berbagai bentuk alih wahana karya yang bersumber dari lontar di Gedong Kirtya. Upaya ini juga selaras dengan tujuan aktivasi ruang publik Gedong Kirtya
dan kawasannya sehingga dapat diakses oleh siapapun yang ingin hadir dan menyaksikan festival.
Menurut Sonia, festival ini mengambil nafas sastra karena itulah penggerak kebudayaan di masa lampau yang menggerakkan masa kini dan nanti. Festival sebagai sebuah jembatan untuk menghidupkan ingatan soal kehidupan di masa lalu, sebagai sebuah cermin refleksi di masa kini. Ada kurang lebih 30 program di dalam festival terdiri dari lomba, workshop, kuliah umum, diskusi
public, bedah buku, pameran, akustik musik, teater dan tari, serta pertunjukan naratif dalang dan kolaborasi lintas komunitas. Adapun beberapa program di antaranya lomba baca puisi se-Bali, kuliah umum dari Sugi Lanus soal Gedong Kirtya dan kontribusinya dalam membangun kebudayaan, bedah buku kumpulan cerita pendek Singaraja, musik tribute kepada seniman Gde Dharna, pertunjukan wayang berdasar cerita lontar, dramatic reading Mlancaran ka Sasak, dan banyak jenis workshop seperti workshop untuk guru, workshop untuk penulis pemula, workshop teater dan tari berdasarkan cerita dari lontar. Sasaran kegiatan ini adalah pelajar, mahasiswa, pencinta seni budaya, kritikus, akademisi, peneliti, penerjemah, dan para pakar sejarah.
Acara ini berlangsung sejak 29 September hingga 1 Oktober 2023 di Kawasan Gedong Kirtya Buleleng dan didukung oleh komunitas kreatif di Bali Utara seperti Komunitas Mahima, Tatkala, Singaraja Menonton, Omah Laras, Rumah Belajar Bali, Kopi de Kakiang, Irama Utara, Hulutara, Rumah Belajar Gebang, Rumah Usaha Cerik, dan beberapa komunitas pesepeda, pengarsip musik, dan penggerak literasi. Acara ini juga didukung oleh beberapa brand lokal Buleleng seperti Kopi Banyuatis, Pagi Motley, Kedai Panji, Pia Cinta, Ratu Bali, Warung Pudak, dan bantuan pribadi dari sejumlah tokoh yang memiliki perhatian terhadap sastra dan kekayaan intelektual di Bali.
Para narasumber dalam festival ini di antaranya Sugi Lanus yang bicara soal kontribusi Gedong Kirtya dalam perjalanan sejarah bangsa, Ni Wayan Giri Adnyani selaku Sekretaris Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan bicara soal Sastra dan Pariwisata, Marlowe Bandem akan bicara soal arsip dan pengetahuan budaya, Devi Asmarani akan bicara soal perubahan sosial di Bali dari kacamata jurnalis, Anne-Lot ahli sejarah Bali asal Belanda akan bicara soal AA Panji Tisna dan pengaruhnya. Ada juga penulis muda Juli Sastrawan, Wayan Sumahardika, Wulan Dewi Saraswati, Desi Nurani yang akan bicara soal sastra dalam konteks masa kini. Dan juga ada Esha Tegar Putra, Made Sujaya, Ari Dwijayanthi, Carma Citrawati, dan masih banyak lainnya dengan beragam program menarik. Acara ini juga didukung oleh Ubud Writers and Readers Festival yang menghadirkan penulis Andre Syahreza, Henry Manampiring, dan Gde Aryantha Soethama.
Program dan jadwal acara dapat diakses di instagram @singarajaliteraryfestival