Film-film India akan menyambangi penggemar film di Pulau Dewata.
Selama empat hari, film-film tersebut akan diputar di Bentara Budaya Bali pada Kamis hingga Minggu pekan ini. Festival Film India ini kerja sama Kedutaan Besar India, Konsulat Jenderal India dan Bentara Budaya.
Festival Film India ini merupakan salah satu rangkaian dari Festival of India in Indonesia 2015 dengan tema “Sahabat India”.
Film India yang diputar kali ini merupakan karya terpilih peraih berbagai penghargaan internasional. Mereka pernah diputar di festival bergengsi seperti Berlin International Film Festival, Sundance Film Festival, Beijing International Film Festival dan lain-lain.
Film-film tersebut antara lain: Barfi! (2012, Anurag Basu), Chennai Express (2013, Rohit Shetty), Namastey London (2007, Virpul Amrutlal Shah), English Vinglish (2012, Gauri Shinde), Luck by Chance (2009, Zoya Akhtar), Peepli Live (2010, Anusha Rizvi) serta Don 2 (2011, Farhan Akhtar).
Acara Indian Film Festival ini dirangkum dalam program Sinema Bentara, agenda rutin setiap bulan di Bentara Budaya Bali. Sebelumnya, Bentara Budaya Bali pernah pula menyelenggarakan pemutaran film serupa, bekerja sama dengan Pusat Kebudayaan Jerman Goethe Institut, Pusat Kebudayaan Perancis Alliance Française Denpasar, Erasmus Huis, Anticorruption Film Festival (ACFFest), dan lain-lain. Seluruhnya tanpa biaya masuk (gratis).
Juwitta K. Lasut, penata program Bentara Budaya Bali, sinema-sinema India yang diputar diharapkan dapat memberikan perspektif lain tentang dunia film India atau Bollywood. Film-film tersebut memiliki capaian baik, dengan tema-tema kontekstual. Tidak hanya film-film kisah-kisah Ramayana dan Mahabarata yang sedang marak di televisi.
“Terbukti, film-film yang akan ditayangkan, semisal Peepli Live, pernah meraih penghargaan dalam Sundance Film Festival,“ ungkap Juwitta.
Masyarakat Bali memiliki minat tinggi terhadap kebudayaan dan sinema India. Sebab Bali dan India mempunyai pertautan sejarah dan kebudayaan yang panjang.
Wiracerita Ramayana dan Mahabarata bukan hanya hidup dalam dunia pewayangan. Nilai-nilainya juga terekspresikan dalam kesenian-kesenian di Bali. Misalnya dalam lukisan, seni pertunjukan dan sebagainya. Semuan itu bentuk akulturasi dengan kebudayaan setempat, sehingga boleh dikata, Bali memiliki kekuatan dan kekhasannya sendiri dalam ekspresi kesenian dan kebudayaannya.
Menurut Vanesa Martida, koordinator pemutaran film yang juga Ketua Udayana Science Club, penetrasi budaya pop India di Indonesia memang kian terasa sebagai gejala umum, terutama karena maraknya tayangan film Bollywood yang diputar di televisi belakangan ini. Ini mengingatkan masa-masa 1970-an dan 1980-an, di mana film-film India juga termasuk digemari masyarakat luas.
Fenomena ini tak terhindarkan karena bagian dari globalisasi, di mana kemajuan teknologi mempermudah tingkat mobilitas ide dan gagasan untuk menyebar ke segenap penjuru.
Sebagaimana fenomena budaya pop Korea, kehadiran budaya pop India harus dikritisi sekaligus disikapi dengan kreatif. Dengan demikian dia akan turut mendorong terciptanya atmosfer pergaulan kreatif lintas bangsa, di mana seniman-seniman Indonesia turut menjadi pelaku utama dari dinamika tersebut.
Festival of India in Indonesia ini menghadirkan pula berbagai pertunjukan dan pagelaran aneka bidang seni. Festival sepanjang Januari hingga Mei 2015 ini digelar di berbagai kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bogor, Bandung, Serang, Purwakarta, Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Bali, Makassar, Padang, Samarinda, Balikpapan, Banda Aceh, Medan, dan Palembang.
Khusus di Bali, festival ini digelar di berbagai tempat, semisal STIKOM Bali, Ubud, ISI Denpasar, Museum ARMA, dan Bentara Budaya Bali. Agendanya antara lain pertunjukan musik klasik, sufi dan musik orkestra, pentas tari, pameran fotografi dan sinema, peluncuran buku, serta festival kuliner India.
Adapun pembukaan Festival of India in Indonesia di Bali telah berlangsung pada Rabu akhir Januari lalu di BICC, Hotel Westin, Nusa Dua. Pembukaan dihadiri Gubernur Bali, Made Mangku Pastika, Duta Besar India untuk Indonesia dan Timor Leste Mr. Gurjit Singh, dan Konsul Jenderal India di Bali, Mr. A.S. Takhi.
Acara tersebut menampilkan pertunjukan musik peraih Grammy Awards, Pandit Vishwa Mohan Bhatt yang berkolaborasi dengan maestro tabla, Ram Kumar Mishra.
Sinopsis film
Barfi! (2012, 150 min, sutradara: Anurag Basu)
Terletak di tahun 1970-an di sudut cantik India, Barfi! adalah kisah tiga orang muda yang belajar bahwa cinta tidak dapat didefinisikan atau dikandung oleh norma-norma masyarakat yang normal dan abnormal.
Barfi, sidang dan anak tuna wicara jatuh cinta dengan Shruti. Meskipun kasih sayang yang mendalam untuk Barfii, Shruti memberikan tekanan ke masyarakat dan orangtua untuk menikah ‘normal’ manusia dan menjalani ‘normal’ kehidupan.
Bertahun-tahun kemudian mereka menyeberangi jalan sekali lagi ketika Barfi, sekarang cinta dengan Jhilmil, adalah lari dari polisi. Barfi yang putus asa mencari Jhilmil, yang telah hilang. Realisasi Shruti bahwa Jhilmil autistik membuat dia menyadari bahwa cinta sejati benar-benar buta.
Terperangkap dalam permainan kucing dan tikus, dalam mencari gadis Barfi mencintai, Shruti menyadari bahwa ia masih cinta dengan dia. Dia sekarang harus memilih antara kebahagiaan dan Barfi!
Film BARFI’ menjadi Film Bollywood Terbaik dalam ajang IIFA (International Indian Film Academy) Awards 2013
Chennai Express (2013, 141 min, sutradara: Rohit Shetty, action komedi)
Rahul (Shahrukh Khan) yang tengah melakukan perjalanan ke kota kecil di Tamil Nadu, bertemu seorang perempuan dari keluarga “unik”, bernama Meena (Deepika Padukone). Ketika keduanya jatuh cinta, Rahul mengetahui bahwa Meena ternyata anak seorang bos mafia.
Bisa dibayangkan, keduanya lalu terjebak dalam situasi yang rumit. Bagaimana Rahul dan Meena menyelesaikan kerumitan keluarga sekaligus menghadapi geng penjahat musuh sang ayah ? Bagaimana pula akhir cinta mereka? Film yang skenarionya ditulis oleh Yunus Sajawal ini meraih nominasi dan penghargaan di berbagai ajang film bergengsi seperti Filmfare Awards, IIFA Awards, Screen Awards, dll.
Namastey London (2007, 128 min, sutradara: Virpul Amrutlal Shah, drama)
Seorang gadis cantik keturunan India, Jasmeet (Katrina Kaif) lebih menyukai budaya Inggris dan menentang budaya India yang dianut orangtuanya. Jazz ingin menikahi pria Inggris yang bernama Charles (Clive Standen), sementara di sisi lain, orangtuanya telah menjodohkannya dengan pria India yang juga anak sahabat sang ayah, Arjun (Akhshay Kumar).
Diceritakan pula kisah dilematis Imran (Upen Patel) yang ingin menikahi kekasihnya Suzzane yang beragama Kristen, sementara ia sendiri menganut Islam. Apakah yang terjadi dengan perjodohan Arjun dan Jazz? Mungkinkah keduanya akhirnya jatuh cinta? Bagaimana pula akhir kisah Imran dan Suzzane ? Film Namastey London ini pernah dinominasikan dalam ajang Filmfare Award untuk kategori aktor terbaik.
English Vinglish (2012, 133 min, sutradara: Gauri Shinde, drama)
Sashi (Sridevi), adalah seorang Ibu rumah tangga dengan 2 orang anak. Ia kerap dipandang rendah oleh keluarga dan orang sekitarnya karena ketidakmampuannya berbahasa Inggris.
Suatu hari, Sashi harus pergi ke New York lebih awal dari keluarganya untuk menghadiri acara pernikahan saudaramya. Diam-diam Sashi memberanikan diri untuk mendaftar dan ikut bergabung dalam kursus Bahasa Inggris selama 4 minggu di New York.
Apa yang terjadi pada Sashi selama di New York? Berhasilkah ia mempelajari Bahasa Inggris, ataukah justru ia menemui kesulitan demi kesulitan yang mematahkan semangatnya?
Film English Vinglish ini merupakan sinema terpilih dalam Toronto International Film Festival (TIFF) tahun 2012, sempat diputar pada 63rd Berlin International Film Festival, Beijing International Film Festival, The International Film Festival of Panama, serta meraih the ‘Best Visiting Artist’ Award di San Diego Film Festival.
Luck By Chance (2009, 156 min, sutradara : Zoya Akhtar, drama)
Mengisahkan perjalanan seorang pemuda dari kota kecil, Vikram (Farhan Akhtar), yang ingin meniti karier menjadi seorang aktor di Mumbai. Ada pula Sonya (Konkona Sen Sharma), juga bermimpi ingin menjadi seorang aktris Bollywood terkenal. Ia bahkan rela menjadi simpanan seorang produser yang menjanjikannya sebuah peran utama dalam proyek filmnya.
Film ini merupakan sebuah sindirian bagi industri Bollywood yang sarat KKN, di mana artis-artis baru yang bermunculan kerap kali berasal dari keluarga atau “trah” film. Bagaimana akhir perjalanan Vikram dan Sonya? Mampukah mereka meraih mimpinya di tengah berbagai intrik dan manipulasi di industri seni peran tersebut?
Film ini meraih nominasi dan penghargaan dalam Annual Central European Bollywood Awards, Filmfare Awards, juga Tokyo International Film Festival.
Peepli Live (2010, 104 min, sutradara Anusha Rizvi, drama)
Film ini mengetengahkan kehidupan masyarakat miskin di India dan adanya peraturan pemerintah yang memberikan kompensasi uang kepada keluarga miskin yang anggota keluarganya bunuh diri. Natha Omkar Das Manikpuri) dan kakaknya, Budhia (Raghubir Yadav).
Mereka tinggal di rumah yang sangat sempit yang dihuni 6 orang anggota keluarga. Natha yang terus didesak oleh istrinya mengungkapkan keinginannya untuk bunuh diri di sebuah warung dan tak sengaja didengar oleh jurnalis dan presenter televisi lokal. Pernyataan Natha tersebut sontak mengundang keingintahuan publik dan pihak televisi, seketika keluarga miskin itupun menjadi sorotan.
Berbagai stasiun televisi ingin mengabadikan detik-detik keseharian Natha menjelang bunuh diri, begitupula para politikus yang berharap simpati melalui fenomena tersebut.
Bagaimana akhir kisah Natha dan keluarganya? Akankah ia bunuh diri dan meraih popularitas? Ataukah peristiwa tersebut berakhir sebagai fenomena sesaat saja?
Film yang diprodusesi Aamir Khan ini merupakan film India pertama yang lolos dalam Sundance Film Festival. Film ini juga memperoleh nominasi dan penghargaan dalam Asian Film Awards, Filmfare Awards, São Paulo International Film Festival.
Don 2 (2011, 144 min, Farhan Akhtar, action drama)
Bos mafia buronan kepolisian India, Don (Shah Rukh Khan), tiba-tiba saja datang untuk menyerahkan diri. Ia yang dimasukkan ke penjara Melaka, Malaysia, bertemu dengan musuh bebuyutannya, Vardhaan (Boman Irani).
Rupanya, Don memiliki rencana licik, mengajak Vardhaan melarikan diri dari lapas. Mereka terbang ke Zurich, Swiss, untuk mencuri cetak biru uang negara di Depository Bank of Zurich. Bergabung bersama mereka adalah kekasih Don, Ayesha (Lara Dutta), dan hacker handal, Sameer (Kunal Kapoor).
Sementara itu, wakil presiden bank, Diwan (Aly Khan) yang diancam oleh Don juga tidak tinggal diam, ia menyewa pembunuh bayaran untuk menghabisi Don dan anggotanya. Di sisi lain, Roma (Priyanka Copra), intel kepolisian India yang ditugaskan untuk mencari keberadaan Don, mengikutinya ke Eropa.
Akankah Don berhasil mencuri cetak biru uang negara yang begitu diincarnya? Ataukah sebelum itu Roma dan pihak kepolisian mampu menggagalkan upaya Don dan kawanannya? Film Don 2 pernah diputar pada 62nd Berlin International Film Festival, serta meraih penghargaan dalam Filmfare Awards, 18th Colors Star Screen Awards, dll. [b]