Mencekam, mengintimidasi, menakutkan, sekaligus menggelikan.
Matur tampi asih Teater Sekali Pentas (dan Teater Kalangan?) yang memberikan Kebelet dengan sangat murah hati. Tiga hari berturut secara gratis, menuntun tangan dan bahu kami, menyuguhkan kopi, cemilan, dan menghadiahkan beberapa keping artikel untuk dibawa pulang. Cocok dibaca saat kebelet di rumah atau kos-kosan.
Halnya kebelet, sensasi sekelebat yang menyakitkan, pertunjukkan ini menekan tubuh agar mengalah pada pikiran. Membiarkan otak menguasai selama 30 menit, melumpuhkan tubuh. Terutama tangan yang kebelet ambil ponsel lalu scroll, pencat-pencet, seolah-olah (selalu) ada panggilan darurat.
Kelupaan membawa ponsel sangat membantu saya nyinyir seperti di atas. Padahal kalau bawa ponsel juga pasti kebelet merogoh tas selama pertunjukkan 60 menit dalam dua sesi horor kombinasi lucu ini.
Jangan ragu untuk tertidur, dengan risiko terjatuh dari kursi dengan bantalan seukuran pantat balita. Mungkin menambah eksperimen bunyi di sesi pertama. Ketompyang. Atau sengaja tidak menyeting ponsel ke mode silent, lalu maksimalkan volume, dan hidupkan notifikasi medsos (FB, IG, Line, Twitter, semuanya). Tungting, tungting, bersahut-sahutan.
Hal ini bisa jadi lebih menantang ketiga aktor (Agus, Gita, dan Dedek). Serta sutradaranya, Jong alias Santiasa Putu Putra dan penata bunyi Heri Windi Anggara untuk sesi kedua.
Sebuah petualangan kompleks, salah satunya diajak ikut merasakan derita kawan-kawan tuna netra, terlebih saat hilir mudik di jalanan kota penuh lubang dan halangan di trotoar. Namun di sisi lain merayakan ketajaman indera mereka.
Ulasan terlalu panjang pasti melumpuhkan imaji, mumpung masih ada hari terakhir hari ini, ayo pacu adrenalin di panggung rumah Sekali Pentas yang ke-4 ini. Pertunjukan dengan aroma kopi dan mie instan rasa bakso ini dihelat di ruang berkesenian anyar di Denpasar, Canasta Art Space pada 10, 11, dan 12 Agustus 2018 mulai pukul 20.00 WITA. [b]