Begitu matahari tenggelam, hanya terdengar suara serangga malam.
Serangga penggeret itu bersuara nyaring di antara gelap yang pelan-pelan tiba merayap. Selebihnya kemudian sunyi. Gelap. Ada suasana hening. Tapi diam-diam juga perasaan agak takut.
Rimbun pohon di sekeliling kami menambah seram suasana. Mereka serupa raksasa yang tegap menjaga Kebun Raya.
Tempat menginap saya dan anak istri akhir Oktober lalu memang di Kebun Raya Bedugul. Kami berniat menikmati malam di kebun raya terbesar di Bali ini, hal yang belum pernah kami lakukan sebelumnya.
Ternyata asyik juga. Suasana sepi dan gelap sementara kami hanya berempat sempat mengundang rasa agak takut dan khawatir. Untungnya sih ada keluarga lain yang menginap di tempat yang sama. Ketakutan jadi berkurang.
Selebihnya, menginap di tengah Kebun Raya Bedugul tetap menarik untuk jadi pilihan menikmati akhir pekan.
Kebun Raya Bedugul berada di Desa Candi Kuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan. Dari Denpasar sekitar 1,5 jam dengan kendaraan pribadi. Lokasinya persis di jalur Denpasar – Singaraja lewat jalur Bedugul.
Bedugul tersohor sebagai tempat wisata. Ada tiga danau utama Bali di kawasan ini yaitu Beratan, Buyan, dan Tamblingan. Namun, lokasi paling populer adalah Kebun Raya Bedugul itu sendiri. Kebun ribuan hektar ini menyimpan berbagai koleksi langka di Indonesia.
Kebun Raya Bedugul jadi pilihan paling populer warga Bali jika ingin piknik bersama keluarga, teman-teman, atau acara kantor. Lansekap yang relatif datar di beberapa bagian jadi tempat asyik buat main bola, lari karung, atau permainan lain.
Penginapan
Namun, kebun raya ini juga punya tempat menginap, fasilitas yang belum banyak penggunanya.
Tempat menginap di Kebun Raya ada tiga jenis. Pertama gedung besar yang bisa dipakai untuk rombongan. Namanya Wisma Wijahloka. Tempat ini lebih mewah. Fasilitas layaknya hotel berbintang. Tentu saja tarif lebih mahal. minimal Rp 350 ribu per malam.
Gedung ini bagus buat tempat semacam pelatihan atau workshop. Sekitar tiga tahun lalu, Sloka Institute pernah bikin pelatihan untuk kader muda partai politik di sini.
Sayangnya gedung pertama tak selalu siap, seperti yang kami alami saat itu. Kamar tak siap karena tidak ada staf di sana.
Tempat kedua adalah Etnobotani Guest House. Tempat ini lebih mirip rumah tradisional Bali, termasuk tata letak dan bentuk bangunannya. Saya pernah tanya harganya sekitar Rp 1 juta per malam.
Bagusnya tempat ini untuk rombongan beberapa keluarga atau teman. Agak privat dan tempatnya di dekat Lake View, bagian paling ujung dari Kebun Raya Bedugul.
Maka, kami pun memilih tempat ketiga, penginapan untuk peneliti. Tak kami sangka, ternyata asyik juga. Kami dapat satu kamar bonus karena kamar itu toh satu gedung dengan kamar yang kami tempati.
Ada ruang tamu di depan dua kamar yang terhubung ini. Ada sofa dan televisi di sana. Bagus buat ngobrol dan berkumpul.
Tapi, bonus utama tentu suasana sunyi dan segar di Kebun Raya. Ketika semua pengunjung telah pergi, kami tetap di sana menikmati sunyi kebun raya hingga malam tiba.
Begitu pula ketika pagi tiba. Saat belum ada satu pun pengunjung, kami sudah di sana menikmati halaman luas – kebun raya itu sendiri – dengan olah raga, naik sepeda, main bulu tangkis, dan lari sepuasnya.
Selama semalam, Kebun Raya Bedugul seperti milik kami sendiri. Dengan harga murah meriah dan fasilitas super mewah, kebun raya dengan udara segar yang berlimpah..