Gong tari nelayan terdengar dari Banjar Desa Biaslantang.
Terlihat ibu- ibu berkumpul memakai kamben dan selendang. Mereka menari bergerak mengikuti aluanan gong melalui pengeras suara. Mengingat akan ada odalan di Pura Segara desa saat purnama, mereka semangat berlatih.
Ibu-ibu tersebut bersatu dalam wadah PKK yang diketuai Ayu Robiana Dewi yang tak lain merupakan istri dari Pak Kepala Desa Biaslantang, Kecamatan Abang, Karangasem. Setelah sekian lama tak terdengar dan terpendam, akhirnya sekarang ibu-ibu maju dalam segala bidang. Ini terutama ibu-ibu PKK yang mengalami kemajuan akhir-akhir ini. Dengan semangat baru, mereka berkegiatan untuk memajukan Desa Biaslantang tercinta.
Awal keaktifan PKK tersebut dimulai pas Usaba ring Pura. Ketika itu ibu-ibu PKK menarikan tari rejang lawas yang hampir 50 tahun tak diperhatikan dan dilupakan. Gagasan untuk menari pun datang dari sekaa gong yang ingat akan tabuh dari tari rejang lawas tersebut. Mulai saat itulah terlihat kemajuan dan semangat ibu-ibu.
Pemerintahan kepala desa sebelumnya sangat adem ayem dan hampir tidak ada perubahan justru membuat geram para pemuda dan pemudi untuk membawa kemajuan desa. Saat hari raya Ngesanga contohnya sudah menjadi kebiasaan para pemuda membuat ogoh-ogoh sementara para pemudi hanya duduk berdiam diri menyaksikan pengarakan ogoh-ogoh.
Namun, dua tahun terakhir ini berkat semangat dan kreatif kami sebagai pemudi, anak-anak perempuan Biaslantang pun berpartisipasi saat pengarakan ogoh-ogoh hari raya Ngesanga. Hal ini membangkitkan semangat para pemudi yang bisa menari untuk membuat suatu tarian kreasi guna memeriahkan perayaan Ngesanga.
Tentu saja tidak mudah untuk membentuk dan menyatukan semangat serta jiwa seni. Namun, berkat izin Tuhan semuanya berjalan lancar dan terlaksana sehingga membuat semua warga terkesan.
Tentu saja menjalin kerja sama dengan para penabuh gong dan agar bisa latihan kami menggunakan malam hari karena kegiatan masing-masing penari. Pertama kali tarian ditarikan pada 2014, pakaian dan riasan yang kami gunakan masih sangat sederhana. Lalu tahun berikutnya yaitu 2015 pakaian dan dandanan (make up) lebih bagus dari tahun sebelumnya karena dibiayai para donator. Saat itu ibu PKK belum seaktif sekarang.
Setelah dua tahun berhasil ikut memeriahkan perayaan Ngesanga, semangat kami para pemudi mulai tergeser oleh semangat ibu-ibu PKK. Mereka sudah terbentuk dalam sebuah wadah pemersatu yang terorganisir oleh desa. Adapun gagasan yang pemudi bentuk hanyalah berdasarkan semangat. Tidak ada wadah pemersatu seperti halnya muda-mudi. Sekarang para pemudi hanya menjadi penonton, tidak aktif dan berkreasi lagi.
Dulu pada tahun 2015 pas kesanga saya keliling desa dan ke pengusaha pariwisata di Amed mencari donator untuk payasan tariannya. Saya selaku ketua kelompok tari bentukan sendiri. Ayu Setia Pertiwi sebagai koreografer serta tata rias. Yunik sebagai bendahara. Waktu itu kami menari berdelapan dan mendapat apresiasi positif dari warga. Namun, karena masalah pribadi, sekarang kami jarang berkomunikasi.
Seiring makin jarangnya kami berkomunikasi, makin pudar pula seledet mata para penari pemudi-pemudi di desa kami.
Mari kita generasi muda jangan hanya berdiam diri menonton saja. Kita harus semangat kembali dan tentu sja berharap adah wadah organisasi seperti muda- mudi yang menjadi pemersatu semangat para anak muda. [b]