Sebuah gubuk reot sering jadi perhatian saya ketika melintas jalur Denpasar – Gilimanuk.
Gubuk tersebut berlokasi persis di sebelah timur jalan raya desa Bonian, Selemadeg, Tabanan. Beberapa waktu lalu saya menyempatkan diri untuk menghampiri ketika saya hendak berangkat menuju Denpasar.
Sore itu saya lihat semua pintu gubuk terbuka. Namun, tidak ada seorang penghuni terlihat di luar. Sekilas sangat jelas gubuk tersebut sebuah warung sangat sederhana. Warung tersebut hampir sering saya liat selalu sepi sepanjang saya melintas sana.
Kondisi jalan depan warung tersebut agak sedikit menurun. Ketika saya ke sana, posisi motor terparkir agak jauh dari posisi warung tersebut karena kelewatan saat hendak berhenti. Saya mencoba melangkah mendekat warung, namun tidak satupun terlihat orang di sekitar pekarangan yang banyak ditumbuhi pohon bambu itu.
Ketika saya persis berada di depan warung, keluarlah seorang ibu tua membisu tanpa sepatah kata terucap.
Saya dahulukan diri untuk menyapa dengan Bahasa Bali. “Ampura, Bu. Ibu sendiri deriki nggih?β
“Nak wenten napi?β jawabnya balik bertanya.
βTen tiang cuman hanya mampir karena perjalanan dari kampung jagi ke Denpasar nika, Bu,β sahut saya.
Sekilas, seperti itulah awal pembicaraan kami dimulai. Ibu tersebut bernama Ni Luh Suartini. Dia tak tahu berapa umurnya. Tidak hanya berbahasa Bali, ibu tersebut juga memiliki kemampuan berbahasa Indonesia cukup baik. Penampilannya agak lusuh sambil mengenakan sandal yang tidak sejenis.
Sendiri
Ia mengaku sudah 20 tahun hidup sendiri bahkan belum pernah menikah sampai saat ini. Selama itu pula ia tinggal di gubuknya. Gubuk ini merupakan pemberian dari paman sebagai tempat numpang. Selama sendiri ia hanya mengandalkan warung miliknya sebagai mata pencaharian tetap.
Kadang-kadang di sela kesepiannnya, ia menyempatkan diri tinggal di rumah bibinya tidak jauh dari warung tersebut.
Sesekali dalam obrolan itu mata saya memerhatikan kondisi gubuk yang sangat tidak layak dijadikan sebagi tempat tinggal. Kondisi atap yang sudah darurat dilapisi plastik agar tidak bocor. Saat mengobrol tak jarang suara kami tergangu oleh derungan kendaraan truk yang begitu keras melintas. Akibatnya, apapun yang kami bicarakan kadang kurang begitu jelas terdengar. Jeda sesaat lalu setelah arus sepi baru mulai obrolan lagi.
Selain gubuk sebagai warung, di sana juga terlihat sebuah pondokan kecil beratapkan anyaman dari daun kelapa yang sudah terlihat mengering. Tempat tersebut dijadikan tempat memasak olehnya. Persis di sebelah timur gubuk terdapat sebuah aliran anak sungai yang posisinya agak curam.
Di sekitar sana tidak banyak terlihat rumah penduduk, hanya ada satu rumah persis di depan gubug, itu pun posisinya agak menjorok ke dalam.
Sudah cukup lama berbicara, saya mencoba meminta izin untuk melihat lebih dekat lagi keadaan dalam gubuk yang dijadikan warung sekaligus tempat tinggalnya. Tidak banyak aneka makanan atau minuman saya lihat. Hanya terlihat beberapa minuman yang masih utuh serta beberapa buah dan camilan kering. Sisanya hanya botol kosong yang sudah berdebu terpajang di meja dagangannya. Di balik meja dagangan tidak banyak cahanya yang menerangi. Kondisinya gelap walaupun saat itu hari masih sore.
Tiap malam ibu tua itu tinggal tanpa penerangan lampu listrik. Sebuah lentera kecil dihidupkan tatkala dibutuhkan saja. Selebihnya, ia lebih banyak tingal gelap gelapan ketika malam menyelimuti gubugnya. [b]
jika di hitung, ada berapa juta orang seperti ini ya… #ngenes
Sungguh kasian, semoga kita semua bisa mengulurkan tangan !
kasian…smoga ada pihak yang sanggup memperhatikan lebih dekat lagi atas kondisi yang dialami
ironis, sisi lain gemerlap pulau dewata yang memilukan π
Tiap kali saya pulang ke kampung dan melewati tempat ini sering saya perhatikan masihkah ibu ini disitu ternyata waktu ini tak lihat atap rumahnya berubah dengan plastik dan …hati ini berkata …oh ibu ini masih disitu dan setua apakah dia….?
kenapa keluarga tidak mengajak dia tinggal bersama …kenapa harus pisahkan & sendirian dengan keterbatasan yang ada…..ironis itulah kata2 yng bisa terucap.
kenapa kita tak tergerak utk mmbantunya???????????? byangkan jika itu adlah kluarga kita…. apakah kita cuma bsa diam??
haha kalauw yg berada di gubuk reot itu cewe cuantik. Aku pasti mau menemaninya sampai 7 hari 7 malam