Oleh Anton Muhajir
Sekitar 5000 orang memenuhi pantai Kuta, Minggu akhir Oktober lalu. Mereka terbagi di dua tempat. Di Halfway Beach, di bagian tengah dari pantai sepanjang sekitar 3 km itu, ada panggung yang digelar untuk anak-anak muda. Rip Curl, salah satu surfing brand and shop ternama di Kuta menggelar konser musik. Superman is Dead dan Netral jadi band utama di sini. Musiknya rock alternative dan punk.
Di sisi utara, di kawasan pantai Double Six, sebuah panggung yang sama besar sedang menyajikan musik-musik Latino. Kalau penonton di Pantai Halfway menikmati musik dengan berdiri, penonton di sini lebih banyak duduk di pasir pantai. Mereka lebih kalem. Mungkin karena kekenyangan. Sebab panggung ini memang dibuat untuk pengunjung Food Festival.
Dua festival itu, musik dan kuliner, jadi penutup Kuta Karnival, perayaan ala komunitas pariwisata di Kuta, jantung pariwisata Bali. Mengambil tema Menyama Braya atau Kebersamaan, Kuta Karnival tahun ini tetap mengusung karagaman Kuta. Selama satu minggu, pantai Kuta pun dipenuhi sekitar 37 kegiatan oleh aneka ragam komunitas.
Selain menyajikan berbagai kegiatan oleh komunitas seniman tato, skate board, blogger, dan lain-lain, Kuta Karnival juga memberikan tempat untuk para penikmat kuliner di Kuta. Food Festival yang diadakan selama dua hari menyajikan aneka cita rasa khas Kuta. Tetap sama: beraneka ragam. Ada menu makanan Bali, Indonesia, Asia, Eropa, sampai Amerika Latin. Semua campur aduk untuk memuaskan selera kuliner pengunjung karnaval yang sudah diadakan selama enam tahun ini.
Ketua Panitia Kuta Karnival I Nyoman Graha Wicaksana mengatakan Kuta Karnival sudah menjadi bagian dari upaya membangun citra Kuta yang beragam. Sejak 2003 lalu, kegiatan tiap tahun ini terus diadakan dengan melibatkan berbagai komunias. “Kami komit untuk menjadikan even Kuta Karnival sebagai even bersama yang dibangun dengan kebersamaan,” kata Graha.
Kebersamaan itu pula yang membuat berbagai komunitas di Bali pun ikut kegiatan ini dengan suka rela. Bali Blogger Community (BBC), misalnya. Komunitas pemilik blog ini membuat tiga kegiatan selama Kuta Karnival tahun ini: Blogger Day Out, Kompetisi Blog, juga Pameran dan Workshop tentang blog.
Blogger Day Out, jalan-jalan ala blogger Bali itu pun tetap digelar untuk mendukung ciri khas kebersamaan di Kuta. Selama satu hari, sekitar 20 blogger itu menjelajah tempat sejarah Kuta dan keberagamannya: Vihara Dharmanaya dan bekas pelabuhan di pantai Kuta. Tempat pertama adalah simbol akulturasi warga Tionghoa dengan Bali sedangkan tempat kedua jadi tempat mengenang kedatangan saudagar dari Tuban, Jawa Timur yang turut memengaruhi perkembangan Kuta hingga saat ini.
“Kuta yang kita kenal saat ini kan hanya ingar bingar dunia hiburan. Padahal kami yakin Kuta juga punya wajah lain. Karena itu kami ingin mengenal sisi lain tersebut sekaligus menulisnya di blog kami,” kata Putu Hendra Brawijaya, anggota BBC.
Keterlibatan blogger memberikan wajah berbeda di Kuta Karnival tahun ini. Namun ada pula hal lain yang membuat Kuta Karnivak sangat berbeda. Tahun ini Kuta Karnival juga barengan dengan Asian Beach Games (ABG), kompetisi olahraga pantai se-Asia.
ABG digelar satu minggu di beberapa lokasi antara lain Kuta, Sanur, Serangan, dan Nusa Dua. Pertandingan surfing ABG di Kuta misalnya diadakan tak jauh dari panggung utama Kuta Karnival. Jadi selain menikmati suasana Kuta Karnival, penonton juga bisa melihat pertandingan permaianan ombak itu.
Bertema Inspiring the World, ABG yang diadakan untuk pertama kali ini diikuti 45 negara yang mempertandingkan 17 cabang olaharaga untuk memperebutkan sekitar 75 medali. Sebagai tuan rumah, Indonesia sukses mendapat juara pertama disusul Thailand dan Cina.
Sayangnya sih kegiatan tiap dua tahun sekali ini termasuk sepi penonton. Pada pertandingan final sepak bola pantai di lapangan Mertasari Sanur misalnya, penonton yang datang tak sampai separuh dari kapasitas. Padahal pertandingan itu menghadirkan tuan rumah Indonesia dengan Oman, yang berakhir dengan kekalahan Indonesia 1-3.
Beberapa penonton mengaku tidak jadi masuk ke tempat pertandingan karena mahalnya harga tiket, Rp 20.000. Maka mereka pun hanya duduk-duduk di luar area. Ini mungkin bedanya. Kalau Kuta Karnival menyediakan semua kegiatan dengan gratis, ABG justru mematok harga pertandingan relatif mahal. Makanya lebih sepi penonton.. [b]