Sebagian besar daerah di Bali sudah endemis demam berdarah dengue (DBD).
Kejadian DBD terus meningkat apalagi di musim penghujan seperti sekarang. Banyak tempat penampungan air yang terbuka seperti ember, bak mandi, botol bekas dan sebagainya.
Tempat penampungan air seperti ini sangat potensial menjadi sarang nyamuk.
Mungkin tidak banyak yang mengetahui kalau nyamuk Aedes aegypti tersebut dapat menular secara transovarial. Ini didukung dengan beberapa penelitian di Brazil, India, Malaysia, Thailand, Jogyakarta, Jakarta, Kalimantan, Bali, dan lainnya. Penelitian Litbangkes Depkes juga menemukan hal sama.
Penularan virus secara transovarial adalah penularan secara vertikal dari nyamuk betina yang infektif dengue kepada keturunannya. Ini berarti nyamuk yang infektif dengue dapat menularkan virus tersebut kepada telur-telurnya.
Sebelumnya kita hanya tahu kalau nyamuk mendapatkan virus dengue melalui orang yang positif. Karena itu kalau tidak ada yang positif walaupun ada nyamuk Aedes aegypti tidak ada kejadian DBD. Namun dengan ditemukan adanya penularan secara transovarial seperti ini maka upaya penanggulanganya juga berbeda.
PSN secara berkesinambungan
Suatu daerah yang memiliki nyamuk Aedes aegypti dan ada kejadian DBD maka bila tidak dilakukan pengendalian secara berkesinambungan akan terus-terusan menjadi daerah endemis DBD. Hal ini karena nyamuk tersebut akan dapat secara terus-menerus mengeluarkan telur yang infektif walau musim hujan atau kemarau.
Telur juga dapat bertahan didaerah yang kering 3-6 bulan dan nyamuk dalam sekali bertelur mencapai 200 butir. Sehingga penularan DBD dapat menjadi ancaman bagi semua pihak.
Dengan ditemukannya bukti ilmiah terjadi penularan secara transovarial maka upaya penanggulangan dilakukan tidak terbatas pada musim hujan saja. Melainkan dilakukan secara terus-menerus hal ini bertujuan untuk memotong rantai penularan dari nyamuk ke telur-telurnya.
Upaya pengendalian DBD selama ini masih tampak belum maksimal karena banyak daerah yang kurang dipantau. Bak mandi masyarakat sering menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk ini. Bak mandi harus rutin dikuras dan dibersihkan seminggu sekali.
Di Bali ada beberapa tempat yang spesifik seperti penampungan seperti lubang penjor dan wadah tirta. Ini biasanya tidak tertutup dan musim hujan bisa menjadi sarang nyamuk.
Beberapa lahan kosong dipemukiman penduduk seringkali dijadikan tempat pembuangan sampah botol bekas, ban, ember dan lainnya yang dapat menampung air hujan. Kondisi ini juga dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk dan seringkali luput dari pengamatan warga.
Lingkungan yang padat penduduk dan banyak wadah penampuangan air menjadi tempat yang disukai nyamuk ini untuk bertelur. Sehingga seringkali kasus terjadi pada daerah pemukiman padat penduduknya.
Upaya pengendalian nyamuk dengan membersihkan tempat penampungan air yang menjadi sarang nyamuk paling tepat dilakukan. Biaya untuk melakukan tersebut relatif murah tidak membuang banyak energi dan sangat efektif.
Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk harus dilakukan secara rutin di masing-masing lingkungan perumahan. Mulailah dengan membersihkan lingkungan di rumah sendiri kemudian di sekolah, lingkungan sekitar dan lainnya. [b]