Teks Luh De Suriyani, Foto Kisara Bali
Forum Remaja Bali menuntut pemerintah menyediakan pendidikan kesehatan reproduksi yang terstruktur dalam sistem pendidikan nasional. Tuntutan ini telah dicetak di ribuan kartu pos dan disebarkan ratusan remaja di Bali sebagai bentuk penggalangan dukungan.
Pernyataan sikap ini disebarluaskan pada peringatan Hari Remaja Internasional, 12 September lalu di Denpasar.
”Hasil survei kami, sekitar 11 persen remaja umur 14-17 tahun di Kota Denpasar telah berhubungan seksual. Sayangnya sebagian besar tidak teredukasi soal kesehatan reproduksi,” ujar dr I Nyoman Sutarsa, Koordinator Kita Sayang Remaja (Kisara), organisasi pemuda yang memfasilitasi Forum Remaja Bali pada Kamis.
Dari survei Kisara Bali terhadap 100 remaja di Denpasar selama September 2008 hingga Januari 2009 itu, diasumsikan kemungkinan terjadi sekitar 500 kehamilan tak diinginkan (KTD) pada remaja di Denpasar setahun terakhir ini.
Data ini, tak jauh berbeda dengan kasus yang diterima Kisara Youth Clinic. ”Rata-rata 45 orang remaja per bulan dengan kasus KTD ke klinik. Mereka sama sekali tak tahu cara mencegahnya,” ujar Sutarsa.
Selama ini, Sutarsa mengatakan remaja tidak mempunyai posisi tawar dalam penentuan kurikulum atau pelajaran di sekolah. Menurutnya remaja di Bali pada umumnya menginginkan pendidikan kesehatan reproduksi dalam suatu pelajaran khusus di sekolah dan tidak lagi terintegrasi dengan mata pelajaran lain di sekolah.
Menurut Sutarsa, ada satu permasalahan pelik yang sedang melanda generasi muda Indonesia, yang tentunya akan membawa konsekuensi pada arah perjalanan Indonesia era 20 tahun mendatang. Problematik kaum muda dalam kacamata intelektual ataupun pimpinan pusat masih belum dibahas secara tuntas. “Akibatnya, jalan penyelesaian yang diambil hanya di jajaran praksis, tidak menyentuh sisi pangkal persoalan,” katanya.
Misalkan saja, lanjut Sutarsa, isu pendidikan gratis dengan dalil peningkatan kapasitas intelektual kaum muda, hanya mendekatkan mereka kepada akses pendidikan, namun isu pemberdayaan kaum muda tidak tersentuh oleh kebijakan praksis tersebut. “Jadi, ada satu cara pandang yang keliru dari kaum cendikia dan jajaran pemerintah terhadap fenomena dan penurunan kualitas diri generasi muda Indonesia,” tambahnya.
Untuk itu, menurutnya, diperlukan serangkaian gerak yang terstruktur dan sistematis yang memberikan keleluasaan berfikir dan melewati dinamika untuk mengasah keterampilan pikiran ataupun menghaluskan budi pekerti demi terbangunnya jiwa empatik.
Inilah yang sedang diperjuangkan oleh Kisara PKBI Bali. Memberikan ruang kreativitas melalui serangkaian gerak terstruktur dan terukur bagi remaja Bali, sehingga menjadi laboratorium hidup untuk pembangunan karakter remaja Bali. Karakter kepemimpinan dan pelaku peristiwa. Bersama itu pula, KISARA pada perayaan International Youth Day 2009, mengusung tema : Youth Leadership: Drive the Change!. Tujuannya adalah ingin terus menyuarakan bahwa remaja jika diberi ruang akan mampu membawa perubahan positif, dan ruang kreativitas tersebut adalah media tersubur untuk penumbuhan kepemimpinan remaja.
Perayaan IYD 2009, diawali dengan Bali Youth Forum, langkah untuk merumuskan Deklarasi Remaja Bali sekaligus inisiasi pembentukan Forum Remaja Bali. Kegiatan ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Juli 2009 di Hotel Inna Bali. Berikutnya, tanggal 02 Agustus 2009, dilakukan Aksi Lingkungan di Pantai Merta Sari Sanur yang berhasil melibatkan ratusan remaja untuk ikut ambil bagian.
Di puncak IYD 2009, Kisara melakukan pemutaran film tentang realita remaja di lapangan Renon Denpasar, disertai dengan pembagian kartu pos yang bertuliskan 7 poin Deklarasi Remaja Bali. Tanggal 30 Agustus 2009 dilangsungkan Fun Bike bertempat di Lapangan Puputan Badung. Malam Inagurasi IYD 2009 dilakukan pada tanggal 12 September 2009 melalui KISARAVAGANZA.
Tahun ini akan ada yang istimewa. Poin-poin Deklarasi Remaja Bali akan ditandatangani dan dibacakan pada kesempatan tersebut. Panitia juga menghadirkan Tari Pendet, sebagai simbol kreativitas dan kepekaan terhadap ragam budaya. Dipadukan dengan penampilan grup band remaja Bali, serta penampilan grup The Kantin Band, mencerminkan kreativitas remaja. Kepemimpinan Remaja adalah awal menuju perubahan bangsa!
Hari Remaja Internasional dengan tema “Youth Leadership, Drive the Change” ini menyuarakan tujuh poin penting pernyataan. Selain sistem pendidikan kespro, Deklarasi Remaja Bali menyatakan guru sebagai elemen pendidik berkewajiban sebagai agen informasi kesehatan reproduksi bagi siswa, dan menyediakan layanan kesehatan reproduksi yang youth friendly.
Selain itu, Forum Remaja Bali meminta kepada semua komponen masyarakat dan instansi pendidikan supaya tidak mengintimidasi remaja yang dengan masalah KTD. Edukasi dan layanan kontrasepsi bagi remaja adalah kebutuhan remaja, sehingga wajib disediakan melalui optimalisasi kemitraan dengan center-center remaja yang telah ada.
Dokter Oka Negara, ahli andrology dan seksology menyebut meningkatnya masalah kespro remaja karena tiga hal. Satu, kurangnya akses terhadap informasi yang dibutuhkan remaja. ”Selain itu akses untuk mendapatkan pelayanan yang dibutuhkan remaja dan lemahnya pemberdayaan remaja. Ini semua hak remaja,” ujarnya.
Menurutnya pemerintah harus meninggalkan dogma kespro sebagai masalah yang tabu dibicarakan. “Apa yang terjadi jika semua remaja dengan KTD depresi karena dikeluarkan sekolah?” tanyanya. [b]