Oleh I Gede Teddy Setiadi, S.E
Negara kita Indonesia memiliki tradisi dan budaya yang mengajarkan nilai-nilai kedamaian, nilai-nilai ketenangan dan nilai-nilai yang mengajarkan masyarakatnya untuk hidup dengan rukun.
Di tengah hiruk pikuk dinamika politik hari ini yang masih menunggu hasil keputusan dari KPU, dan masih banyaknya suara ketidak puasan akan penyelenggara pemilu serta riuhnya perdebatan perpolitikan lainnya yang masih terjadi saat ini. Politik di Indonesia mendapatkan hadiah istimewa dari budayanya sendiri, salah satunya adalah perayaan Hari raya Nyepi.
Pada tahun ini Politik di Indonesia tidak hanya mendapatkan hadiah perayaan Nyepi yang dirayakan oleh umat Hindu saja, tetapi mendapatkan nilai yang serasa sangat lebih spesial karena hari raya Nyepi bersamaan dengan bulan Ramadhan 1445 H. sebuah kolaborasi hadiah untuk persatuan Indonesia yang mencerminkan ciri khas bangsa yang majemuk, rukun, dan tentunya bangsa yang menjungjung tinggi budaya saling memaafkan.
Seperti yang kita ketahui, hari raya Nyepi bagi umat Hindu adalah perayaan tahun baru dimaknai dengan refleksi diri serta penyatuan diri dengan semesta dengan melakanakan catur brata penyepian atau empat pantangan yang tidak boleh dilakukan pada saat nyepi diantaranya Amati Geni (tidak menyalakan api) Amati Karya (menghentikan segala aktifitas pekerjaan), Amati lelungan (tidak bepergian), dan Amati Lelanguan (menjaga diri dari hawa nafsu).
Pada saat menjalankan Catur Brata Penyepian tersebut umat Hindu akan mengingat, merenungkan serta mengintrofeksi diri tentang apa yang sudah dilakukan satu tahun ke belakang serta pada tahun baru ini akan memperbaiki segala sifat-sifat yang dirasa kurang baik.
Bulan Ramadhan juga bermakna sebagai bulan yang penuh dengan kesabaran, Bagi umat islam di bulan Ramadhan ini umat diwajibkan berpuasa selama sebulan penuh. Selain itu selama berpuasa umat islam diwajibkan untuk menahan hawa nafsu, berprilaku sabar, tahan akan adanya ujian serta saling memaafkan antar sesama.
Dalam konteks politik tanah air hari ini, dari elit politik bahkan sampai ke tingkat masyarakat bawah harus merenungkan kembali nilai-nilai kedamaian, pengendalian amarah, dan rasa kemajemukan saling menghargai antar masyarakat di tengah-tengah situasi panas perpolitikan saat ini.
Sifat yang sabar menunggu hasil pemilu lalu sifat legowo menerima hasil pemilu dan juga menjaga marwah demokrasi agar tetap jujur, aman dan adil untuk kebaikan Negara yang kita cintai ini adalah nilai yang sangat penting.
Dari perbedaan sudut pandang, perbedaan strategi, perbedaan pilihan, dan segala perbedaan visi dan misi politik lainnya perayaan Nyepi dan Ramadhan seakan harus melebur semuanya menjadi suatu keharmonisan. Menuntut agar semua pelaku politik baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung agar kembali pada titik dimana harus bergandengan tangan, saling mencintai, memaafkan dan memiliki kemulian visi dan misi untuk membangun Negeri ini.
Bagi pelaku politik yang merasakan keuntungan dari kontestasi politik di tahun ini perayaan hari raya Nyepi dan Ramadhan adalah sebagai bentuk komitmen terhadap pengendalian hawa nafsu kekuasaan dan merenungkan setiap langkah untuk menunaikan pertanggung jawaban amanah yang sudah diberikan oleh rakyat.
Jangan sampai yang mendapatkan amanah dari rakyat tidak bisa menjaganya dengan baik sehingga menimbulkan sikap apatis dari rakyat itu sendiri. Apalagi seseorang yang mendapatkan kepercayaan rakyat hanya terbius dengan mementingkan dirinya dan kelompoknya sendiri saja.
Bagi pelaku politik yang mungkin belum merasakan keuntungan dari kontestasi politik ini juga harus menjadikan Nyepi dan Ramadhan sebagai arah jarum kompas yang harus diikuti, ketika hasil pemilu dianggap masih belum memberikan keuntungan, maka sikap terhormat dengan mengiklaskan dan tidak menyalakan api (Amati Geni) yang memanaskan situasi apalagi sampai memecah belah keharmonisan masyarakat.
Hadiah Nyepi dan Ramadhan untuk situasi Politik Negeri ini juga mengajarkan tentang pentingnya kesabaran ketika ada beberapa protes-protes tentang hasil perjalanan pemilu yang dianggap terjadi ketidak sesuaian, terjadi kecurangan atau lainnya,
Jika berbicara hasil pemilu yang terjadi masalah, tentunya ada suatu mekanisme melalui Mahkamah Konstitusi, juga bisa melalui Hak Angket di DPR dan itu proses paling bijak dan tentunya proses yang “sah” dari pada sengaja memperkeruh suasana politik atau dengan secara sengaja menghasut dengan ketidak pastiaan isu-isu politik yang tentunya hanya merugikan Masyarakat.
Meskipun Nyepi dan Ramadhan tidak bisa sepenuhnya “mensucikan politik” seyogyanya kehadiran hari raya suci ini dapat lebih mewujudkan “ketertiban politik”, karena sejatinya yang dibutuhkan bangsa ini adalah sikap yang harmonis, bersatu, tidak saling menjelekkan, dan saling memaafkan antar sesama elit politiknya.
Dengan demikian, pada perayaan Nyepi dan Ramadhan ini politik yang panas, perilaku buruk seperti fitnah, berbohong, sifat menghalalkan segala cara yang tidak baik demi mencapai tujuannya harus sudah terlebur dan hilang di kontestasi perpolitikan berikutnya.
Selamat hari raya nyepi tahun saka 1946 dan selamat menunaikan ibadah puasa 1445 H.