Oleh Puspita dan Linda
Pagi 16 Oktober 2022 saya dan Linda tertarik mengenal lebih jauh tentang pohon lontar di Desa Tembok. Pohon lontar sangat mudah bisa kita jumpai di Bali, terutama di Desa Tembok. Di Desa Tembok, pohon lontar digunakan dan diolah menjadi ragam bentuk. Mulai dari daun, batang, buah, bahkan nira dari pohon lontar itu sendiri bisa digunakan.
Buahnya bisa dikonsumsi. Keberadaan buah lontar yang melimpah sering kali hanya dijadikan pakan ternak. Batangnya pohon lontar yang tua bisa digunakan sebagai bahan bangunan. Namun pohon lontar yang umurnya sudah bertahun-tahun lebih produktif dicari niranya sehingga jarang yang mencari batangnya.
Daun lontar yang muda biasanya menjadi rebutan ketika menjelang hari raya. Daun lontar muda digunakan sebagai sampian (peralatan upakara), dan kulit jajan bali cerorot. Sedangkan daun yang sudah tua bisa dimanfaatkan sebagai atap rumah atau atap kandang ternak. Niranya sendiri bisa digunakan sebagai tuak, minuman beralkohol yang fresh. Bisa juga melalui proses penyulingan menjadi arak. Nira juga dimanfaatkan dalam produk yang lebih manis menjadi gula lontar dan jajan cerorot khas Tembok.
Menurut Nengah Darta dan Made Jepun selaku salah satu pembuat gula lontar di Desa Tembok, banyaknya yang membuat gula lontar di Desa Tembok karena pembuatannya tidak terlalu susah. Tapi tidak gampang juga. Sebab pengolahan nira lontar yang lambat bisa menjadi basi.
“Nira bisa cepat basi jika tidak diproses dengan benar,” ucapnya.
Sebagai salah satu pemenuhan biaya dapur, keluarga Nengah Darta setiap hari mengandalkan penjualan gula lontar. Rutinitas Nengah Darta pada pagi hari memiliki tugas naik ke pohon lontar untuk mengisi lau yang terbuat dari sirih putih atau pamor di ujung batang nira pohon lontar.
Pohon lontar yang diambil niranya hanya pohon lontar yang laki-laki saja. Cara membedakan pohon lontar perempuan dan laki-laki dengan melihat berbuah atau tidak. Pohon lontar perempuan memiliki buah sementara pohon lontar laki-laki tidak berbuah.
“Nira yang digunakan gula lontar diambil dari pohon lontar laki-laki. Karena kasian kalau nira pohon lontar perempuan yang diambil, pohonnya tidak bisa berbuah,” tambah Darta.
Setelah selesai mengisi lau, Darta akan kembali mengambil nira berisi lau di pohon yang lain. Begitu juga pada sore harinya, Darta bisa memanen nira lagi dan diolah menjadi gula lontar.
Di dapur, Made Jepun, sang istri siap memasak nira sampai mendidih. Setelah mendidih dan nira berubah warna menjadi kecoklatan, tandanya nira sudah melalui proses karamelisasi. Dengan tangannya yang cekatan dan kuat menahan panas, Made Jepun mengangkat wajan besar berisi karamel gula lontar. Kemudian diaduk sampai gulanya mengental, lalu dicetak. Gula dicetak di tempurung kelapa sampai mengeras dan dikeluarkan dari cetakannya.
Melihat buah lontar yang melimpah, daripada diberi pakan ternak, kami sempat mencoba buah pohon lontar yang biasanya disebut buah ental. Di luar rumah, Darta memiliki pondok dengan atap terbuat dari daun lontar yang sudah kering. Pondok itu ia gunakan untuk tempat bersantai.
Nengah Darta bercerita ia pernah terjatuh saat sedang memanjat pohon lontar. Namun ia bersyukur tak sampai terjatuh ke tanah, ia nyangkut di pepohonan di dekat pohon lontar. Dari pengalamannya itu, Nengah Darta berbagi saran agar aman memanjat pohon lontar. Ia menyarankan jika batang lontarnya sudah tua atau sebelumnya terkena hujan lebih baik langsung dipotong agar tidak berbahaya.
Aroma gula yang diaduk Made Jepun mengepul nyangluh. Tanda gulanya matang dan jadi. Gula lontar buatan keluarga Darta dijual seharga Rp15 ribu per kilogram. Sekitar 3 keping gula lontar.
Setelah dari tempat membuat gula lontar, kami menuju ke tempat membuat jajan cerorot. Kulit cerorot itu sendiri terbuat dari daun lontar yang masih muda atau pucuk daun lontar. Cara membuat kulit cerorot itu membutuhkan ketelatenan agar tidak bocor saat diisi oleh adonan cerorot. Menurut Nyoman Kerti, cara membuat kulit cerorot dengan melilitkan dua daun lontar yang berbeda. Sebagai salah satu pembuat cerorot di Desa Tembok sejak puluhan tahun, penggunaan dua jenis daun lontar (muda dan tua) agar kulitnya cerorot terlihat cantik dan kokoh tidak patah saat didirikan untuk dikukus.
Dalam satu jenis pohon saja, ada banyak hal yang bisa dibuat. Pada pohon lontar, tidak hanya buah, daun dan batang saja bahkan niranya juga bisa kita manfaatkan menjadi barang atau makanan yang mempunyai harga jual tinggi.