Kegiatan vaksinasi rabies telah rampung dijalankan di Banjar Umadesa, Peguyangan Kaja pada Kamis (06/07). Sebelumnya, vaksinasi rabies telah pula dilaksanakan di Kecamatan Denpasar Timur dan Denpasar Utara sebagai respon terhadap wabah rabies yang menjangkit banyak hewan di Bali, terkhusus anjing, kucing, dan kera. Giat vaksinasi tersebut dilakukan dengan mendatangi rumah-rumah warga yang memiliki hewan peliharaan, yang berpotensi menularkan rabies ke hewan lainnya.
”Tetep dilakukan observasi, paling nggak 2 minggu biasanya. Kalau terjadi perubahan perilaku setelah dia (hewan) menggigit, kita harus segera melapor,” ujar Hetik sebagai dokter hewan di Dinas Pertanian Kota Denpasar.
Hetik juga menyarankan beberapa hal untuk dapat menghindari tertularnya rabies kepada manusia, seperti menghindari gigitan dari hewan penular rabies (HPR), melakukan vaksinasi berkala kepada HPR, hingga tidak mengganggu HPR ketika mereka sedang makan atau tidur.
Dalam menanggulangi penyebaran rabies yang semakin masif, pemerintah juga berencana untuk memberikan vaksin anti rabies tingkat satu kepada setiap orang yang digigit oleh hewan penular rabies, baik yang telah terkonfirmasi rabies maupun yang belum terkonfirmasi rabies.
”Iya, wacananya seperti itu, mudah-mudahan. Kalau di Klungkung, setiap gigitan wajib dapat VAR pertama. Kalau di wilayah lain, masih bertahap,” ujar Hetik berharap kebijakan tersebut dapat diterapkan sesegera mungkin.
Hetik juga menjelaskan bahwa ada tiga tingkatan penularan rabies pada manusia, yaitu tingkat tinggi, sedang, dan rendah. Jika manusia tergigit pada area ujung jari dan lengan ke atas, maka tingkat penularan rabies tergolong tinggi. Jika manusia tergigit pada area paha dan kaki, tingkat penularan rabies dapat dikatakan sedang dan jika manusia tercakar oleh HPR, maka tingkat penularan rabies dapat dikatakan rendah.
Rutin Vaksinasi
”Dia kan harus dirawat, kan. Bukan cuma ini, dia (hewan) kan harus sehat juga, kan,” ujar Ketut yang memelihara lima hewan peliharaan di rumahnya.
Ketut memang telah cukup teredukasi terkait vaksinasi rabies. Baginya, vaksin yang diberikan kepada hewan peliharaannya, bukan serta merta hanya untuk kesehatan ia dan keluarganya, namun juga bagi keberlanjutan hidup hewan-hewan peliharaannya.
Ketut memiliki banyak hewan peliharaan karena merasa iba terhadap hewan-hewan yang ditelantarkan di jalanan. Setiap enam bulan sekali, ketut akan memanggil dokter hewan langganannya di daerah Dharmasaba untuk hadir ke rumahnya memberikan vaksin bagi hewan peliharaannya.
”Setiap saya dapet anjing, mungut anjing, langsung disuntik dulu, bawa ke dokter dulu. Binatang itu kan harus kita rawat, dia kan lebih lemah dari kita,” ujar perempuan asal Banyuatis tersebut.
Berkat kesadarannya, Ketut rela merogoh kocek sebesar 60 ribu bagi setiap hewan peliharaannya yang divaksin. Akan tetapi, baginya hal itu adalah hal yang harus dilakukan untuk dapat menjaga kesehatan hewan peliharaannya.
”Kadang-kadang banyak kan yang kasihan uangnya, cuma dipelihara aja, itu dah yang bahaya. Cuma 6 bulan sekali vaksin kan nggak masalah sebenarnya,” tutupnya.