Tak mudah menjadi anak SMA biasa jika memasuki ekstrakulikuler jurnalistik Madyapadma.
Pers pelajar yang menurut Luh De Suriyani, ‘tersibuk’ ini memiliki beban sangat berat. Semua anggota dan publik mengharapkan ‘wah’, berangan-angan menjadi sebuah kesempurnaan.
Sebagai pembuktian, PRESSLIST, Apresiasi Sineas dan Jurnalis, digelar setiap tahunnya.
Tahun ini PRESSLIST kini sudah mencapai angka ketujuh. Itu berarti sudah tujuh kali PRESSLIST melaksanakan banyak hal yang menggugah, mengubah pola pikir remaja bangsa. Di PRESSLIST 7 kali ini, meluncurlah empat buah buku inovasi anggota MP, Radio Online Voice of Trisma, dan sebuah Mini Album kumpulan OST film – film produksi Madyapadma.
Acaranya diadakan pada Jumat & Sabtu, 22 – 23 April 2016 kemarin.
Selama proses dari awal rapat panitia inti hingga pembubaran panitia yang dilakukan selesai acara, banyak gejolak terjadi di dalamnya. Permasalahan uang yang tidak selesai – selesai. Ditambah dengan bentrokan jadwal beberapa lomba yang harus diikuti, banyak yang miss atau keluar dari rencana.
Beberapa anggota tidak mampu mengerjakan semua. Sisanya berusaha bertahan bekerja di bawah tekanan. Tidak dapat dipungkiri, berbagai kesalahan teknis terjadi bahkan saat pembukaan. Dinilai PRESSLIST 7 kurang persiapan dengan konsep acara yang tidak biasa.
Tak Biasa
Lantas, gagalkah PRESSLIST 7 tahun ini?
Tidak. Disamping itu semua, Madyapadma tahun ini masih membuktikan diri sebagai kelompok yang kreatif dan ‘kaya’. Perilisan empat buku ini masing – masing memiliki isi yang mengangkat isu tidak biasa. Ambil contoh buku Teluk Benoa: Magnet di Kaki Pulai Bali. Isinya kaya dengan fakta yang anggota Madyapadma sendiri dapatkan di lapangan.
Dan, siapa sangka, pelajar SMA pun berani memberi pernyataan sikap atas isu se-sensitif ini? Tentu bukan dengan koar bibir saja.
Madyapadma juga merintis radio online, reinkarnasi dari radio dengan gelombang frekuensi yang sebelumnya dibangun. Prosesnya panjang dan tidak main-main divisi Radio menggarapnya. Berbagai latihan, mulai dari public speaking hingga teknis mereka pelajari agar siaran lancar.
Konsep PRESSLIST 7 kali ini juga tak biasa, karena menggunakan radio sebagai inti acara. Pembukaan hingga penutupan dibawakan dengan gaya luwes dan santai khas pembaca radio. Sebuah Mini Album, berisi kumpulan lagu – lagu yang pernah dipakai untuk soundtrack film – film Madyapadma. Mini Album ini sebagai bukti bahwa Madyapadma bukan hanya sibuk di depan laptop atau atau menulis berita. Musik adalah bahasa universal, dan dengan musik Madyapadma menggertak dengan santai.
Di masing-masing lomba yang ada di PRESSLIST 7 ini juga mengalami peningkatan. Bidang redaksi, ada cabang lomba baru yaitu lomba kording tingkat SMA se-Bali. di Lomba Film Youth Sineas Award, film yang masuk meningkat tajam. Ada 78 film bersaing ketat memperebutkan plakat dari masing – masing kategori.
Pesertanya bahkan merambah bukan hanya dari Pulau Jawa, tapi juga dari timur seperti Lombok dan Sulawesi.
PRESSLIST bukanlah suatu pembuktian kesuksesan setiap angkatan. PRESSLIST bukan pula suatu kesempurnaan yang harus dicapai, melegakan harapan setiap orang. Namun, PRESSLIST adalah sebuah angkasa kreativitas Madyapadma. Lewat PRESSLIST, Madyapadma membuktikan bahwa sekalipun batu besar menghadang, mereka akan tetap berusaha berkarya dengan kreativitas. [b]