Oleh Putu Hendra Brawijaya
Beberapa bulan yang lalu Saya berburu kaos Tie Dye di seputaran toko-toko Rasta di Kuta dan akhirnya nemu dan begitu bangga memakai kaos karena begitu genjrengnya. Kaos model ini sebenarnya sudah ada dari dulu, cuma akhir-akhir ini malah jadi trend lagi.
Kamis (26/2) kemarin, memenuhi undangan Syaffri Soewardi, Ketua Asosiasi Desainer Grafis Indonesia (ADGI) Bali Chapter, via Facebook untuk ikutan ngumpul di acara ADGI “Base Genep #3” ini membuat saya berpikir ternyata kaos Tie Dye yang lagi model sekarang ini is not to cool. Apalagi karena pembuatannya menggunakan pewarna dari bahan kimia sintetis bukan dari pewarnaan alam.
Base Genep #3 kali ini bertempat di “Kedai 99′ jln Tukad Unda VI, Renon. Dengan saweran Rp 10 ribu udah dapet makan prasmanan plus buah lagi.
Mendengar Achmad Sopadi berbagi banyak rahasia tentang pewarnaan alam (Eco-Color Sopandi) sangat menyenangkan. Ketertarikannya pada apa yang digelutinya sekarang berawal dari baju SD-nya yang selalu kotor dan susah hilang karena terkena getah pelepah pisang karena keseringan main Kuda Lumping dengan teman-teman kecilnya. Dia juga menelusuri goa-goa purbakala di seluruh dunia, membuat penelitian bagaimana materi-materi sederhana dari tumbuhan atau materi-materi di permukaan bisa menghasilkan lebih dari 200 warna-warna yang eco friendly, tahan lama dapat diemplementasikan hampir di semua media. “Kecuali langit yang tidak bisa diwarnai dengan materi-materi ini,” selorohnya. Dia juga membuat orang-orang Jepang terheran-heran bagaimana dia mengalahkan metode pewarnaan kuno Jepang yang membutuhkan waktu hampir setahun untuk menghasilkannya, tapi di tangan Sopadi dia membuat warna tersebut tidak lebih lama dari membuat semangkuk mie instan.
Kiprah Sopadi yang lebih banyak bekerja sama dengan negara lain tidak membuatnya melupakan tanah air, yang sudah sangat klise tidak begitu memperhatikan “harta karun” seperti ini. Di Suku Badui Sopadi membagi tekniknya ini dengan masyarakat di sana untuk menggunakan materi-materi di sekitar mereka, dan sekarang nilai jual kerajinan Suku Badui pun menjadi tinggi karena consumer modern sangat menghargai produk-produk berbasis eco-save.
Kalau diperhatikan kenapa warna-warna alam cenderung lebih yang bertema khaki atau earth-tone hal ini karena memang pasar sangat menyukai warna-warna ini. Menurut penuturan Sopadi sebenarnya warna-warna cerahpun bisa dibuat menggunakan teknik pewarnaan alam. “Untuk pasar Afrika mungkin color theme menyolok akan sangat mudah menjualnya,” ujarnya. Satu hal yang menjelaskan kenapa pewarnaan alam seperti selalu mengambil earth-tone.
Semangat “Think Globally Act Locally “ sangat kental terasa ketika mendengarkan Sopadi bertutur. Menjadi originally your’s adalah kunci untuk mencapai kesuksesan untuk menjadi insan Industri Creative sekarang ini. [b]
Saylow jeg langsung produktif… Congrats!
Dear Saylow,
Atas nama Adgi_bali chapter kami mengucapkan banyak2 terimakasih atas tulisan nya yang telah mengangkat acara Mebase Genep dari Adgi_Bali chapter yang dengan pembicara Bp. Ahmad Sopandi tadi malam. Secara tidak langsung sharing tersebut diharapkan memotivasi kita sebagai insan kreatif untuk lebih bisa mengeksplorasi kekayaan alam Indonesia tanpa harus merusak alam itu sendiri dalam bentuk karya seni..seperti pak Ahmad bertutur sekarang jaman nya Art of Science …
salute saylow, salute p ahmad
syaffri
wah, asik diskusinya puk. awalnya aku pikir ada filosofi warna2 atau tekstil dari basa genep. pak achmad tinggal dimana ya??? di Bali produknya apa??? kurang banyak nih…
iya..dimana bisa ngobrol ma pak achmad??
dan..gmn caranya ikut acara ‘Base Genep’?
@ayip : hehehe thanks sir, sekalian biar pernah nulis disini. Doakan saya biar tetep produktif.
@luh de : Wah tinggalnya di Malaysia, cuma memang berencanan tinggal di Bali, coba contact Kang Ayip.
@Gungws : Ini nih karena event kemarin kesempatan langka, untuk ikut “Base Genep” silahkan contact ADGI Capter Bali
halo kang saylow…boleh ga reviewnya dipake sama Adgi Bali Chapter untuk dimasukin ke majalah Versus edisi berikutnya?
@firmanfird : silahkan, dengan senang hati.
Ini dia yang gue tunggu, nice artikel