Oleh Anton Muhajir
Nyeri sendi (Arthralgia) adalah gejala penyakit yang paling banyak dialami warga Nusa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Dari 50 warga yang ikut pelayanan kesehatan gratis Rabu (31/12) lalu, hampir semuanya mengalami sakit pada tulang sendi tersebut.
Pelayanan kesehatan gratis diadakan Bali Blogger Community (BBC) pada warga Nusa Lembongan dalam rangkaian bakti sosial akhir tahun. Selain pelayanan kesehatan, kegiatan lainnya adalah pemasangan papan petunjuk jalan dan bersih-bersih pantai. Untuk pelayanan kesehatan dipusatkan di kantor koperasi Kerti Dharma, Banjar Kelod.
Menurut data I Made Cock Wirawan, satu-satunya dokter yang melakukan pemeriksaan, sekitar 90 persen peserta cek kesehatan tersebut mengalami nyeri sendi. “Arthralgia adalah salah satu gejala adanya penyakit rematik pada mereka. Tapi perlu ada pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikannya,” kata Wirawan.
Wirawan menambahkan peserta pelayanan kesehatan banyak yang mengalami arthalgia karena dua alasan yaitu umur dan pekerjaan. “Nyeri sendi biasa menyerang pada mereka yang sudah berumur di atas lima puluh tahun,” kata dokter alumni Universitas Udayana Bali ini.
Penyebab lainnya adalah pekerjaan. Sebagian besar warga Lembongan bekerja sebagai petani rumput laut. Demikian pula peserta pelayanan kesehatan tersebut. “Terlalu banyak berendam di air dingin akan menyebabkan sirkulasi darah di sendi tidak bagus,” kata Wirawan, pemilik blog www.blogdokter.net tersebut.
Semua peserta pelayanan kesehatan kemarin memang petani rumput laut. Nyoman Ngawi salah satunya. Perempuan berusia 60 tahun ini bekerja sebagai petani rumput laut sejak kecil. “Setiap hari duduk lama-lama untuk ngurus rumput laut,” katanya.
Sebagai petani perempuan, Ngawi melakukan pekerjaan menyiapkan bibit rumput laut dan menjemur rumput yang sudah dipanen. Pekerjaan itu lebih banyak dilakukan di rumah. Dalam sehari, dia mengaku, bisa bekerja sampai 12 jam. “Makanya sering sakit kepala dan mata kabur,” ujarnya.
Sementara petani laki-laki bekerja di dalam air sekitar lima jam per hari. Misalnya ngecek rumput laut, memasang tali, menghilangkan penyakit atau gulma di ladang rumput laut, memasang bibit, dan memanen. Selama itu mereka berendam di dalam air.
Menurut Wirawan, ada gejala penyakit berbeda antara petani perempuan dan petani laki-laki. Umumnya petani perempuan mengalami sakit dari pinggang ke atas. Antara lain sakit kepala dan mata kabur. Sedangkan petani laki-laki, lebih banyak sakitnya pada pinggang ke bawah. “Mungkin karena petani laki-laki yang lebih banyak berendam di dalam air,” tambahnya.
Wirawan menambahkan, selain nyeri sendi, petani rumput laut juga banyak yang mengalami mata kabur. “Saya belum bisa memastikan apa penyebabnya karena perlu pemeriksaan lebih lanjut, tapi saya menduga sebagian besar mata kabur itu karena katarak,” kata Wirawan yang juga melayani konsultasi online lewat blognya.
Ketua Kelompok Petani Kerti Dharma I Wayan Ujiana mengatakan sebagian besar petani rumput laut di Lembongan telah berusia lanjut, 50 tahun ke atas. “Sangat sedikit anak muda yang mau meneruskan budi daya rumput laut. Karena itu, para petani sering memaksakan diri ke laut walau sedang sakit,” ujarnya.
Ujiana mengaku tak banyak petani peduli dengan kesehatannya dengan memeriksakan diri ke Puskesmas. Mereka akan berhenti bekerja jika sudah tak bisa bangun. Tak heran pelayanan kesehatan BBC di pusat pemukiman petani Lembongan ini dipadati warga.
“Semua petani langsung minta banyak obat untuk banyak penyakit yang diidapnya. Tiap orang rata-rata mengalami minimal dua keluhan penyakit yang dibiarkan terus menerus seperti nyeri sendi dan mata rabun,” urai Luh Putu Ikha Widari, salah satu panitia BBC.
Bali adalah salah satu sentra produsen rumput laut mentah terbesar di Indonesia selain Sulawesi dan NTT. Produksi rumput laut Bali adalah 164.687 ton pada 2006. Jumlah terbesar dari Kabupaten klungkung yang mewilayahi Nusa Lembongan, Nusa Penida, dan Ceningan yaitu 110 ton produksi rumput laut kering per tahun. Dua jenis yang banyak dibudidayakan adalah cotonii dan spinosum. [b]
Continue dunk