Aksi perobekan baliho tolak reklamasi secara serentak kembali terjadi.
Perusakan baliho tersebut dilakukan dengan cara merobek dan erat kaitannya di mana izin lokasi reklamasi Teluk Benoa PT Tirta Wahana Bali Internasional (PT TWBI) akan berakhir pada 25 Agustus 2018. Perobekan secara senyap tersebut terjadi di Desa Adat Kepaon, Desa Adat Kelan, Desa Adat Jimbaran, Desa Adat Bualu dan Desa Adat Sumerta.
Pemuda Desa Adat Kepaon, Kadek Susila mengatakan bahwa perobekan baliho yang terjadi berjumlah tiga baliho di sepanjang jalan By Pass Ngurah Rai Suwung. Lebih lanjut, Susila menjelaskan sudah terjadi dua puluh kali aksi perobekan baliho tolak reklamasi Teluk Benoa di Desa Adat Kepaon.
Susila pun menegaskan bahwa perobekan baliho tolak reklamsi Teluk Benoa merupakan suatu intimidasi mengungkapkan pendapat di muka umum. Susila pun mengajak seluruh barisan tolak reklamasi Teluk Benoa untuk tidak takut terhadap intimidasi tersebut.
“Jangan takut, kalau dirobek bikin lagi dan pasang lagi. Kita harus tetap berjuang hingga Perpres Nomor 51 Tahun 2014 tersebut dibatalkan,” tegasnya.
Perwakilan masyarakat Desa Adat Jimbaran, Nyoman Sudiartika menjelaskan perobekan baliho tolak reklamasi Teluk Benoa Desa adat Jimbaran terjadi di simpang Kampus Universitas Udayana Jimbaran. Sudiartika menerangkan bahwa perobekan baliho tersebut dilakukan oleh orang-orang terlatih, karena di simpang Universitas Udayana Jimbaran tersebut telah terpasang kamera CCTV.
“Jika dicek di simpang Unud Jimbaran sudah terpasang CCTV, dan mereka berani melakukan hal seperti itu. Saya pikir mereka adalah orang-orang terlatih,” jelasnya.
Sudiartika pun menegaskan bahwa penolakan terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa harus terus disuarakan sampai Perpres Nomor 51 Tahun 2014 dibatalkan. “Saya yakin bahwa pemasangan baliho tolak reklamasi Teluk Benoa sudah berada di jalan yang benar karena mereka yang merusak baliho tersebut melakukan secara diam-diam. Itu sudah menjadi keyakinan kita untuk terus bergerak,” tegasnya.
Ketut Sukadana, Perwakilan Masyarakat Desa Adat Kelan mengecam aksi perusakan baliho tolak reklamasi Teluk Benoa milik Desa Adat Kelan yang sudah terjadi tujuh kali di tempat sama. Lokasi perobekan baliho tersebut tepatnya di dekat Pura Desa Lan Puseh Desa Adat Kelan.
Ia pun meyakini bahwa aksi perobekan baliho serentak ini adalah upaya-upaya untuk meredam suara rakyat yang telah siap untuk memenangkan Teluk Benoa. Sukadana pun menegaskan bahwa komitmen Desa Adat Kelan Sudah Bulat, tidak bisa diganggu gugat dan siap dengan segala risiko menolak rencana reklamasi Teluk Benoa.
“Desa Adat Kelan sudah berkomitmen untuk menolak reklamasi di kawasan suci Teluk Benoa. Apapun risiko dari perjuangan ini Desa Adat Kelan siap menghadapi,” tegasnya.
I Nyoman Sueta, Koordinator Bualu Tolak Reklamasi Teluk Benoa menyampaikan perobekan baliho tolak reklamasi Teluk Benoa milik Desa Adat Bualu yang terpasang di Catus Pata Desa Adat Bualu. Sueta pun menyayangkan aksi perobekan baliho tersebut dan dia menegaskan Desa Adat Bualu tetap konsisten untuk menolak rencana reklamasi Teluk Benoa.
“Robek satu akan muncul lagi seribu. Kami sudah siapkan semua baliho yang akan kami pasang,” tegas pria yang juga menjabat sebagai Sekretaris Desa Adat Bualu dan Kepala Lingkungan Banjar Penyarikan, Desa adat Bualu.
Desa Adat Sumerta juga menjadi sasaran perobekan baliho tolak rekalamasi Teluk Benoa oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. I Wayan Murdika Kepala Dusun Banjar Peken Desa Adat Sumerta yang juga Ketua BAMPER Sumerta sangat menyayangkan dan mengecam terjadinya lagi pengrusakan baliho BTR.
“Baliho-baliho yang warga dirikan adalah wujud aspirasi masyarakat desa kami. Sungguh perbuatan yang tidak dapat diterima akal sehat. Kami tidak akan menyerah. Kami akan segera dirikan baliho baru,” tegasnya.
Koordinator Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi Teluk Benoa (ForBALI) Wayan Gendo Suardana menyatakan situasi ini seperti komedi. Baru beberapa waktu politisi di Bali menyatakan menolak reklamasi Teluk Benoa, tetapi ternyata tidak menjamin aspirasi warga aman dari intimidasi.
“Sungguh lucu. Baru saja Bali melewati proses politik dan semua politisi berikut partai politik yang eksis di Bali menyatakan sikapnya menolak reklamasi Teluk Benoa ternyata sekarang baliho aspirasi warga sudah rusak parah,” katanya.
Sembari tertawa Gendo menyindir satire kondisi ini. “Ini situasi paradoks dan menggelikan. Rakyat ternyata tetap harus berjuang sendiri dari berbagai tekanan. ForBALI tentu akan segera menyikapi dengan menyerukan perlawanan serentak terhadap pelecehan ini,” tegasnya. [b]