Juara 1 Karya Petik 2011 kategori Berita Langsung “Perspektif Pelangi”
Oleh Dewa Ayu Eka Savitri Sastrawan
ISI Denpasar (Petik 2011)
Di tengah sore yang gerimis alunan akustik menemani beberapa pelajar yang entah antusias menonton ataupun sekedar menikmati. Namun yang pasti hiruk pikuk perspektif Nosstress dan lagu-lagu puitis Dialog Dini Hari menjadi dua energi yang memukau para penikmatnya pada Jumat lalu (23/12) yang hadirinnya tidak hanya dari ISI Denpasar tetapi juga dari STIKOM, SISMA dan publik lainnya, yang duduk-duduk dan juga berdiri dengan santai di Wantilan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar
Tur ‘Perspektif Pelangi’ yang diselenggarakan dua band berbasis di Bali ini merupakan tur bersama mereka di akhir tahun 2011 dengan mendatangi beberapa sekolah-sekolah SMA dan perguruan tinggi di Denpasar. Konser kali ini dimulai dengan band pembuka yang dilanjuti oleh Nosstress yang walaupun hanya berdua, tak disangka Kupit dan Angga membawakan lagu-lagu dari album terbaru mereka, ‘Perspektif Bodoh’, yang juga menjadi bagian dari nama tur ini, secara maksimal dan penuh energi. Dimulai dengan lagu ‘Mengawali Hari’, sore itu benar-benar diawali dengan suatu alunan yang membangkitkan semangat. Dibanding dengan penampilan-penampilan sebelumnya, sore ini mereka membawakan lagu-lagu seperti ‘Mau Apa?’, ‘On the Job Training’, ‘Bersama Kita’, ‘Hiruk Pikuk Denpasar’ lebih dari sepenuh hati dengan nada-nada tinggi yang dicapainya, gitar dimainkan dengan agresif (jujur beberapa kali senar gitar terdengar seperti akan putus) namun penuh cinta, terlihat dengan jelas bahwa Nosstress tidaklah hanya band akustik biasa tetapi seniman gitaris dan vokalis yang handal serta penuh warna.
Kelihaian mereka menjadi hiburan musik yang unik untuk kampus seni dimana alunan lagu-lagu mereka hampir rock n’ roll seperti The Beatles, belum lagi adanya canda tawa dari Angga yang sangat menghibur para penonton sampai melupakan adanya hujan yang turun disekitar. Album ‘Perspektif Bodoh’ dari Nosstress merupakan gambaran perspektif para seniman ini tentang kehidupan yang dilaluinya. Walau mereka masih muda, jika dilihat dari judul-judul lagunya yang dibicarakan tidaklah sebatas tentang cinta dan pertemanan seperti ‘Bersama Kita’ dan ‘Buka Hati’, namun juga tentang lingkungan sekitar seperti lagu ‘Hiruk Pikuk Denpasar’ yang menceritakan tentang Denpasar yang makin penuh dengan kemacetan dan sampah bertumpukan “Ayo ikut bersihkan sampahnya perlahan, atau harus tunggu sampai mereka menimbun kota kita”. Selain itu, ‘Mau Apa?’ juga menjadi lagu yang dinyanyikan oleh semua seakan semua juga ingin bertanya mau jadi apa aku nanti tetapi membahagiakan orang yang ditujukan itu, sesuatu yang orang itu tahu “Mau apa aku dengan hidupku ini, aku mau jadi sesuatu yang kau tahu itu aku”. Ungkapan ini sering ada di benak anak-anak muda yang sedang mencari jati dirinya.
Dialog Dini Hari (DDH) lalu membuka bagian mereka dengan lagu up to beat ‘Sahabatku Jadi Hantu’. Tidak disangka bahwa lagu ini menjadi lagu pertama yang dimainkan dan energi DDH dari Dadang, Zio dan Deny pun tersalurkan kepada penikmat di sore yang cozy ini, ‘Sahabatku Jadi Hantu’ seakan mengingatkan hidup sekarang sepertinya mengerikan namun disaat yang sama itulah hidup yang harus kita jalani serta menjadi pengingat akan apa yang dijalankan, jangan sampai lewat dari batasnya.
Sore itu trio ini hampir memainkan lagu-lagunya bagaikan medley, sambung menyambung dengan lagu-lagu favorit seperti ‘Beranda Taman Hati’, ‘Aku Dimana’, ‘Pagi’, ‘Aku Adalah Kamu’ dan tidak lupa lagu terbarunya yang menjadi bagian nama dari tur ini ‘Pelangi’. DDH terkenal akan penampilannya yang sangat terpadu diantara trio, saling bertatap bagaikan jazz/blues band kecil saling bersautan, adanya solo dari masing-masing instrumen, dan sore ini itu ditunjukan pula.
Lagu seperti ‘Pagi’ selalu menjadi favorit semua untuk ikut bernyanyi. Entah kenapa lagu ini sangatlah mencerminkan di saat pagi saat baru saja terbangun untuk melewati hari dan malam lagi seperti kata-kata “Pagi jangan pergi ku takut malam nanti ku masih sendiri dan pagimu tak lagi indah”. Lagu-lagu DDH hampir mirip dengan Nosstress namun tidaklah hampir spesifik seperti lagu-lagu Nosstress. Lagu-lagu puitis DDH terlihat sebagai perspektif orang yang lebih dewasa dan juga lebih kepada hal yang lebih umum serta lebih luas untuk diinterpretasikan.
Untuk pertama kalinya lagu ‘Pelangi’ dimainkan di ISI Denpasar dan ini menjadi satu highlight penampilan DDH sore ini dimana selain lagu ini memang merupakan cerminan perjalanan DDH selama ini sebagai band blues/jazz berbasis di Bali, lagu ini pun menemani senja yang sedikit diguyur hujan serta menenangkan hati para penonton dengan kata-kata “Hei pelangi warna warni, Hei pelangi gairah surga di hati”. DDH juga merupakan band dengan basis blues yang juga seperti seniman gitaris, bassist, drummer dan vokalis yang mahir, tidak sekedar memainkan lagu begitu saja. “Lagu-lagunya bernada sedih namun sangat lirikal. Ini sangat berbeda dan merupakan hiburan yang berbeda, menenangkan hati,” Ujar Toto, salah satu penonton yang baru pertama kali mendengarkan Dialog Dini Hari.
Selain masing-masing band membawa lagu-lagu mereka tersendiri, adapun lagu terakhir dari masing-masing merupakan kolaborasi antar sesama. Di saat akhir dari bagian Nosstress, Dadang, vokalis DDH, diundang ke depan oleh Kupit dan Angga untuk ikut bernyanyi dan menyumbang alunan gitar dalam lagu ‘Tanam Saja’. Lagu ini menjadi penutup yang indah dari set yang dibawakan Nosstress dan entah kenapa lagu ini selalu menjadi pengingat. Nosstress di album barunya memang tergambar suatu perspektif anak muda dan generasi penerus melihat apa yang terjadi disaat-saat kehidupannya. Lagu ‘Tanam Saja’ benar-benar menggambarkan betapa hijaunya bumi mulai dilupakan dan kita sebagai pemakai terbanyak baiknya menanam kembali. Pembawaan lagu ini yang ditambah suara merdu Mas Dadang sepertinya menambah esensi daripada lagu ini lebih lagi.
Belum lagi saat DDH mengundang Nosstress untuk bergabung menyanyikan ‘Oksigen’, vokal-vokal yang menyanyikan seakan oksigen berbicara pada kita seakan nyata. Oksigen juga merupakan lagu yang sederhana menceritakan tentang oksigen yang kita hirup sehari-hari, betapa mereka bebas di udara, “datang dan pergi sendiri”. Oksigen merupakan bagian dari udara yang penting dalam kehidupan manusia dan generasi-generasi berikutnya dan lagu ini menjadi pengingat daripada eksistensinya serta kemungkinan kehabisannya di dalam perubahan iklim ini.
Sore pun menjadi malam di penghujung acara dan walaupun lewat dari batas waktunya, itu tidak menjadi masalah bagi band dan para penonton. Tidak salah lagi Nosstress dan Dialog Dini Hari telah membawakan suatu konser yang memukau apalagi dengan energi akustik saja, semua benak lepas dan sangat menenangkan hati serta pikiran dengan lagu-lagu yang dibawakan.
Mengingat tur ini diadakan di akhir tahun, sepertinya ‘Perspektif Pelangi’ ingin menggambarkan perspektif-perspektif yang sebenarnya ada saat ini, di detik ini, di kehidupan kita. Dan dengan ini diharapkan sesuatu bisa dilaksanakan, dikedepankan bahkan dibenahi. Lagu-lagu Nosstress dan Dialog Dini Hari memang puitis tetapi tidaklah sekadar puisi. Lagu-lagu ini merupakan cerminan masa kini dan memiliki pesan tersembunyi juga dengan dibawakannya sepenuh hati, tidak salah lagi lagu-lagu ini merupakan kejujuran yang ada dalam kehidupan mereka dan juga bisa di kehidupan kita. Dan apakah ada maksud dibalik kolaborasi yang dilaksanakan? Kolaborasi yang dibawakan sore ini sepertinya ingin menyampaikan pesan bahwa tumbuh-tumbuhan dan oksigen adalah dua hal yang penting di dunia ini. Tanpa tumbuh-tumbuhan, darimana oksigen akan datang nantinya dan tanpa mereka, tidak ada kehidupan di dunia ini. Ini merupakan logika sederhana yang hampir tidak terlihat dan kadang tidak disadari. Dengan tur yang diselenggarakan ke beberapa institusi sekolah di Denpasar, mungkin ini yang ingin disampaikan untuk semua generasi muda Denpasar.
Sepertinya ‘Perspektif Pelangi’ memiliki suatu makna karena jika dilihat dari penampilan sore ini, memang ada yang ingin disampaikan oleh kedua band ini. Namun apakah merupakan perspektif yang negatif atau yang positif? Sepertinya itu tidak perlu dipikirkan demikian karena yang pasti kata ‘Pelangi’ disini merupakan lagu Dialog Dini Hari yang menggambarkan perjalanan mereka dan merupakan rasa syukur atas apa yang telah dilewati oleh band tersebut, jadi ‘Perspektif Pelangi’ pun sepertinya pandangan kedepan dari sekarang, apa yang baiknya dilihat dan apa yang baiknya dilaksanakan serta dijaga. Semoga perspektif ini menjadi suatu masukan dan juga ‘Perspektif Pelangi’ menjadi suatu inspirasi untuk kita semua bergerak, melakukan sesuatu yang positif, tidak menyakiti sekitar serta menyebar rasa cinta kemana-mana.
Permisi mbok/bli, maaf mengganggu, bisa minta tolong tidak judulnya diperbaiki, harusnya Detik bukan Detil, saya penulisnya, terima kasih sudah dipublikasikan 🙂
Silahkan mendaftar sebagai kontributo supaya tulisan bisa atas nama account anda yah. Suksma