“Huh, gerah sekali. Ini pasti karena lampu sorot pemecah awan di acara pameran itu! Errrr!!!..”
Begitulah kurang lebih gumaman warga kota Denpasar beberapa tahun belakangan. Entah dari mana muncul mitos bahwa lampu sorot entertaint yang dipancarkan ke awan akan memecah awan itu.
Usut punya usut, katanya, jika dipanaskan oleh lampu sorot, medium tersebut akan menguap dan awan pecah. Hujan tak jadi turun. Lampu sorot ini lebih dikenal dengan sebutan sang ‘Laser’.
Akhirnya pertanyaan ini saya lempar ke milis Internal Balai Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Cerita punya cerita, topik ini juga disinggung di pertemuan internal bulanan ICIG BMKG di Negara kemaren. Diskusi jadi sebegitu hangat. Diskusi ini diikuti Dr. I Putu Pudja, Hapsoro Agung MT, Erwin E S Makmur Msi, Rakhindro Pandhu MT, Nyoman Gede Wiryajaya STP, Wakodim SP, Erasmus Kayadu SSi Msi , HR Gatot Subiyanto SH, Daryatno SP, Made Sudarmayadnya, Putu Sumiana Ssi, dkk.
Dan, berikut sari diskusi selengkapnya.
Pertama, sumber cahaya lampu sorot bukanlah Laser. Lampu sorot yang biasa digunakan sebagai mitos penjegal awan bukanlah laser. Laser adalah instrumen yang dapat memancarkan spectrum elektromagnetik dalam panjang gelombang tertentu. Laser memiliki energi tertentu. Laser dengan kekuatan 100-3000 watt dapat memotong logam, biasanya digunakan di pabrik mobil.
Ada sebuah lampu sorot hingga 2000 watt yang tidak akan membakar daun pintu berbahan kayu dengan radiasinya.
Kedua, perhitungan efek radiasi lampu sorot terhadap perubahan suhu awan sangat kecil. Kita akan berkelana ke dunia ‘klenik’ bernama Heat and Thermodynamics, lebih tepatnya ke Radiasi Thermal. Energi panas yang dipancarkan per waktu dari sebuah permukaan dinamakan flux radiant. Dalam rerajahannya, mengandung sebuah konstantan yang disebut konstanta Stefan-Boltzman.
Selanjutnya, cahaya lampu sorot kita sebut sebagai sumber dan awan kita sebut sebagai penerima radiasi panas. Perhitungan radiasinya ngga usah dibuat ya, panjang dan bikin dahaga jiwa. :p
Hasilnya, jika saja permukaan lampu sorot itu bersuhu sebut saja 100 derajat Celcius, memancarkan cahaya ke awan yang tingginya 90 meter, suhu panas dari lampu sorot itu hanya akan tersisa 5 derajat celcius. Cukupkah untuk memanaskan awan?
Panas dari lampu sorot itu akan tidak ngefek lagi dalam jangkauan kurang dari 100 meter. Sedangkan awan di wilayah Denpasar sendiri tingginya mencapai 600-900 meter.
Lalu kenapa ‘nampaknya’ awan pada pecah?
Ketiga, dinamika awan, awan selalu bergerak dan berubah bentuk. Sekumpulan sel awan akan selalu berdinamika. Coba perhatikan, sebuah awan bergerak dari arah tenggara. Semenit yang lalu berupa gumpalan kecil, setengah jam kemudian menjadi gumpalan besar mirip kapas, lalu sejam kemudian berubah lagi menjadi bentuk-bentuk kecil.
Awan adalah sekumpulan titik-titik air yang terkondensasi, bergerak dalam fluida di udara. Selalu berdinamika.
Well, lalu kenapa belakangan pada gerah sekali?
Yap, belakangan di Bali, khususnya di Denpasar, angin masih dominan berasal dari arah tenggara dengan kecepatan kurang dari 10 knot. Belum cukup untuk merasakan kenyamanan terpaan angin sepoi-sepoi. Ditambah dengan kurangnya tutupan awan di langit untuk menghalau sinar matahari.
Eh, Tapi kok pada petang hari yang ada awannya banyak malah tambah gerah? Kenapa, Kakak?
Awan dalam beberapa waktu belakangan tumbuh ketika menjelang petang. Pada siang hari matahari memaparkan sinar matahari juga diserap permukaan bumi. Tidak hanya diserap namun juga dipantulkan kembali. Pada petang hari, permukaan bumi (tanah) masih menyimpan panas tadi, dan masih memancarkannya ke langit. Ketika ada awan, akan terhalang, sehingga energi panas itu kembali memantul ke bumi.
Yak benar, panas yang diterima sekarang berasal dari dua sumber. Panas yang masih tersimpan dan panas akibat pemantulan balik dari awan oleh panas di bumi. Tambah gerah deh. Hali ini sangat ngetop disebut sebagai efek rumah kaca (Green House effect).
Lalu, sampai kapan gerah di Denpasar seperti ini? Ya, tunggulah datangnya angin barat yang banyak membawa uap air dan menyejukkan jiwa dan raga. Hahaha.. [b]
Catatan: teks diambil dari catatan di Made Tom Kris Facebook.
hmmm *ngangguk-ngangguk*
Wow… mantap sekali sekali pencerahannya… saya jadi mengerti sekarang, terima kasih. Perlu disebarluaskan nih… Jadi kesimpulannya, ndak ada tuh laser pengusir awan/hujan ya?
errr… lalu apa yah fungsi Sinar Laser yang ditembakkan ke arah awan yang biasanya digunakan pada event”pameran, konser hingga pekerjaan Mega Proyek ? sebagai pemanis kah ? atau biar ramai saja ? *bingung
wahahahahha biarin aja deh thu yg suka pake laser, eh, lampu..
jangan-jangan mreka blum tau tentang ini malah main pake-pake aja..
Saya pernah menanyakan ini ke dosen BMKG di jakarta, dan beliau tidak mengetahui ada laser pemecah awan, ini ternyata jawabannya
,,
nggih..silakan dinikmati sajiannya…kanggeangg
Bahkan saya kemarin sempat memarahi (bukan memarahi sie) orang yang memention @BaleBengong yang mau mencari tempat menyewa laser eh alat pemecah awan, dan akhirnya gak ada kabar lagi…
lampu sorot besar yang dipakai itu untuk menjadi daya tarik event, agar orang mau datang ke sana… begitu saya kira…
luar biasa mantap penjelasannya!!!
sepertinya lampu sorot itu sengaja dibuat dari masa lalu agar kita ada topik untuk dibahas dimasa sekarang…
awkawkwkwakwakwkak……
XD
OSA,
Kris, as usual, kamu luar biasa.
Satu pertanyaan muncul dalam benakku. Kalau lampu sorot memang tidak berefek pada awan hujan, jadi selama ini bagaimana event-event outdoor besar menghalau awan hujan? Lampu sorot (laser, kata orang) tadia kan tidak berefek, berarti mereka semua buang-buang uang? Atau lampu sorot tersebut cuma agar event-nya terlihat keren saja dan mereka sebenarnya punya cara lain untuk menghalau awan hujan?
Waduh… I Gede Arya Pardita, ne mare Belog sajan adanne.
amun diluar negeri, fungsi ne anggon Pemeriah Acara / Event.
sing taen melali ke Singapore ?
tiap ade acara ditu jek pasti mekalukkan Event Lighting ditu.
sube Gede kekene masak sing bise berpikir pedidi, jek percaye dogen ajak jeleme Belog, jek patuh dadi Belog dadinne…
Nah wak? bé n? paling sésai nawang luar negeri,…..
Logika g?n, ,,,kan sésai tolih, ….bilang adé gulém, adi jég pragat baang lampu to?
APÉ TUJUAN??
Y?n mulé sekedar anggo event, ..Kan lampu warna warni nak? anggo ?!!!
To ngudiang lampu sorot tok?!! (An? subé jelas-jelas sing adé menarik,…….tapi adé gimana, ….jiaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh, ……hahahahaha, ….)
Apé senin? ?
Dé jé bés terlalu sok naif k?to lo
Ini dah karena banyak sekali orang yg percaya dg Para Ilmuwan yg nongkrong diwarung-warung.
untuk mencari suatu peristiwa, lebih baik kita Glooging daripada dengar info di Warung…. jadinya kita kelihatan seperti orang O’on saja jadinya.
yang dimaksud Lampu Laser oleh Para Ilmuwan yg nongkrong diwarung-warung, pertama kali digunakan oleh Mercusuar (Warning Sign) untuk memberikan peringatan agar sampai puluhan kilometer, setelah itu digunakan dalam dunia pertunjukan (Focus Light) untuk menyorot penyanyi / pembawa acara, setelah itu digunakan sebagai pemeriah suatu acara (Event / Party Light).
Kalau ada yg bilang Focus Light bisa membuat Gerah / panas suatu wilayah, tolong berikan saya teorinya sebab Ilmuwan Rusia, Amerika dan Kanada lagi bingung dan ousing mencari solusi karena daerah mereka sering mengalami musim dingin hingga dibawah titik beku (dibawah 0 derajat celsius), moga saja teori orang-orang diwarung bisa menjad solusi mereka…
lampu sorot ke atas untuk memanggil batman supaya datang ke indonesia dan menumpas kejahatan
…. juga lampu semacam ini digunakan sebagai penunjuk lokasi acara. Kadang dari jarak dua km kita sudah melihat sinarnya.
🙂
Saya harap masyarakat membaca dan memahami isi artikel ini.
Ayolah, masak jaman modern seperti ini masih percaya sama mitos2 yang seperti ini.
Okelah kalau lampu saat ada event itu untuk bikin meriah. Tapi apa gunanya lampu yg nyorot ke langit di proyek pembangunan? Untuk penerangan atau pang tawange ngelah proyek?
Mungkin ini yg disebut “bias heuristik ketersediaan” ; kesalahan dalam pengambilan keputusan karena informasi yg tersedia hanya mengatakan “laser pemecah awan” moga info ini banyak yg ngerti dan bisa mengerti
T: “Apa dong fungsinya kl tidak untuk ngusir awan hujan?”
J: “Untuk daya tarik acara/event/proyek”
T: “Masa sih untuk hal2 remeh itu mau keluarin uang utk daya listrik yg besar?”
J: “Yang keluar duit itu mereka, emang perlu kita pikirin?
T: “Pasti buat pecahin awan, biar gak hujan, biar acaranya sukses, tapi kita yg kepanasan” *ngeyeldotcom
J: “Oke deh.. gini saja, elu usulin ke Ahok, agar Ahok pasang sejuta lampu itu di penjuru Jakarta, kirim 1jt lampu itu ke Bogor dan 1juta lagi ke Tangerang, biar hujan gagal turun di kota Jakarta, Bogor dan Tangerang. Ujung2nya, Jakarta tidak kebanjiran. Abis itu, krn usul elo cerdas, pasti dikasih penghargaan ama si Ahok”
*dialogimajiner
*bolehpercayabolehtidak
Nah kalo begitu di pura ulun danu yg diatas juga pake lampu sorot tuh, kata prejurunya sih utk memecah awan saat karya agar tidak hujan, kalo gitu prejurunya buang buang uang dong.. Humm..
Saat olimpiade di Cina Beijing 2008, acara pembukaannya supaya sukses dan cerah, pemerintah cina mengeluarkan 30juta dollar untuk – menyetop hujan – Caranya dengan teknolagi menembakkan garam dan mineral ke atmosfir/langit supaya hujannya turun lebih awal – sehari sebelumnya misalnya. Cara ini sekarang sudah semakin berkembang, walau belum garansi 100% sukses ?
-Apakah Lazer bisa buat panas/gerah di daerah sekitar jawabannya IYA (coba gen rasakan sendiri/buktikan!!)
-bisakah Lazer digunakan sebagai pencegah hujan jawabannya IYA
sing perlu ilmuan !! Jika awan(gumpalan air) dipanaskan akan menguap..!!
Ini secara kasat mata awan itu terlihat pecah…!! Tapi kalau ada angin kencang dan awannya terlalu tebal Lazer ga akan mempan mencegah hujan terjadi!!!
.
Jika Lazer hanya berfungsi sebagai PEMERIAH acara saja itu tidak masuk akal!!!!
Itu pendapat saya 🙂
Wah, gitu ya. Tapi tetep aja cuaca jadi aneh kalo ada laser disekitar.
Laser terbukti sebagai pemecah awan….Pemda Pemkot di Bali sudah di sogok pakai uang sama boss pemilik project besar…gak husah ngeles