Different pond have different fish.
Sebagai Negara dengan banyak pulau (archipelago) Indonesia unik. Salah satunya, setiap pulau memiliki karakter tersendiri. Setiap wilayah mimiliki local genius sendiri. Hal itu merupakan metode manusia di dalamnya untuk melihat sesuatu dari kacamata mereka. Budaya sebagai aspek makro yang tumbuh dalam suatu wilayah atau pulau memberikan pola saling memengaruhi, tarik menarik antara budaya dan manusia.
Budaya selalu berkembang begitu juga manusia. Dalam konteks arsitektur, perubahan ataupun perkembangan sudah menjadi keharusan dalam aspek tertentu. Misalnya bahan, teknologi dan gaya (tren) yang membuat arsitektur tumbuh seperti tren berbusana yang selalu up to date. Arsitektur merupakan aspek budaya yang bisa dikatakan paling mudah ditangkap. Arsitektur merupakan apply art. Keberadaannya selalu mengisi wilayah dan menjadi tempat bernaung bagi masyarakat.
Bali sebagai bagian dari keanekaragaman budaya Indonesia tak luput dari perkembangan dan perubahan. Pola aktivitas manusianya sampai trend atau gaya berarsitekturnya turut berkembang. Industri pariwisata yang hadir di Bali memberi dampak begitu luas bagi arsitektur Bali. Daya tarik Bali tak bisa terlepas dari tiga aspek yang berperan dominan, yaitu tanah Bali, manusia Bali dan budaya Bali.
Ketiga aspek tersebut membentuk keindahan, keunikan dan akhirnya daya tarik. Daya tarik menghadirkan pariwisata.
Namun, dari proses tersebut terjadi juga sebaliknya. Ketika pariwisata sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Bali ia memengaruhi balik aspek daya tarik tersebut. Arsitektur tentunya merupakan komponen yang turut dalam perkembangan itu. Pariwisata telah memberikan persyaratan baru bagi budaya (arsitektur). Akomodasi pariwisata memberikan aliran arsitektur baru di Bali.
Masyarakat Bali dengan pola ruamh sikut satak (bale daja, bale dangin, bale dauh, dan lain-lain) ditranformasi ke dalam rumah baru untuk orang asing yang disesuaikan pola ruangnya dengan kebutuhannya. Misalkan bale daja disewakan untuk wisatawan. Namun, karena penambahan simple kitchen di dalamnya maka lahirlah gaya arsitektur yang tetap berbentuk bali namun berubah pola ruang.
Lama kelamaan tren tersebut diadopsi dan digunakan masyarakat Bali sendiri. Masyarakat Bali juga turut mengalami perkembangan aktivitas yang mengarah pada aspek kemudahan. Hal itu merupakan salah satu bentuk perubahan yang masih dalam tataran rumah atau tempat tinggal.
Pijakan arsitektur Bali dalam pandangan saya terletak pada local genius, kearifan lokal. Lokal di sini bukan hanya berarti Bali, tapi yang lebih kecil dari itu seperti wilayah kabupaten, desa hingga banjar. Contoh nyatanya bisa kita jumpai beraneka macam gaya (bentuk) kori agung. Badung berbeda dengan Gianyar maupun dengan Buleleng. Itu baru dari dari style saja. Beda lagi dengan bahan atau gaya pahatannya.
Hal itu membuktikan bahwa arsitektur Bali sulit digeneralisasi dalam artian bentuknya. Namun, dari segi tata nilai dan filosofi tentu tidak berbeda yang berlandaskan konsep Hindu.
Penjagaan nilai dan filosofi arsitektur Bali dapat dikatakan sebagai upaya untuk mengonservasi. Pengertiannya adalah berusaha melanjutkan nilai-nilai luhur keduluan dalam konteks kekinian. Konservasi memang romantisme. Konservasi bisa dikatakan sebagai metode yang berhaluan lunak di mana apa yang dijumpai dan diwarisi dari dulu berusaha untuk tetap dijaga agar tak terhapus oleh geliat perkembangan zaman yang selalu menawarkan perubahan.
Warisan Unik
Kekayaan arsitektur Bali begitu banyak dan unik. Dinasti Warmadewa yang dikatakan masa Bali Kuno dalam sejarah Bali meninggalkan warisan megah Daerah aliran Sungai Tukad Pekerisan, Tampaksiring Gianyar. Dari ujungnya terdapat sumber mata ait Tirta Mpul, Pura Mengening, Candi Tebing Gunung Kawi, Pura Pengukur-ukuran dan banyak lagi pura yang menjadi bukti kebesaran arsitektur Bali zaman itu.
Meru atas, yang hingga kini kita warisi, merupakan warisan dari zaman itu. Dia menjadi contoh tak terbantahkan. Arca-arca yang tersimpan dan prasasti yang terdapat pada tempat tersebut dijaga dan diwariskan hingga kini. Pengetahuan tentang zaman dahulu sedikitnya bisa diinterpretasikan pada zaman itu seperti apa.
Candi tebing Gunung Kawi warisan dari dinasti Warmdewa ini sampai saat ini masih kokoh berdiri. Upaya konservasi tentu dilakukan dalam penjagaan situs bersejarah ini. Tujuannya agar layak dikunjungi dan diketahui keberadaanya bagi generasi selanjutnya. Mereka bukti bahwa manusia Bali adalah manusia yang beradab dari ratusan tahun silam.
Karya arsitektur merupakan alat ukur yang relevan untuk mengetahui tingkat kebudayaan suatu daerah. Oleh karena itu, upaya konservasi sangat relevan dengan tujuan pelestarian.
Bali Majapahit yang hadir sekitar abad ke-14 membawa tren yang ke Jawa-jawaan. Sebab memang kekuasaan Bali pada zaman itu dilanjutkan penguasa baru dari Jawa. Aspek budaya (arsitektur) tidak mengalami perubahan radikal namun justru mengalami pengayaaan. Padmasana sebagai sarana pemujaan Tuhan lahir pada zaman ini oleh Dang Hyang Nirartha.
Banyak karya arsitektur yang turut memberi andil perubahan pada zaman ini dan hingga kini jumpai. Pura Dasar Buana Gelgel, Kori Agung pura Klungkung dan banyak arsitektur puri-puri di Bali. Pura dan puri sebagai simbol kekuasaan secara niskala dan sekala mempunyai peranan sangat penting dulunya. Pura sebagai tempat masyarakat Hindu Bali memuja Tuhan sepertinya masih bertahan dengan kesakralannya. Sayangnya, pada wilayah tertentu (kota) dirongrong pembangunan sarana komersial.
Meski demikian tak banyak puri yang mampu menjaga dan mengembangkan fungsi dan aktivitasnya sebagai komponen penting dalam penjagaan budaya Bali. Dan, tentunya, arsitektur Bali.
Zaman kolonial yang menjadi kilasan kisah dalam sejarah perkembangan Bali juga memberikan pengaruh signifikan. Gaya arsitektur barat muncul sebagai upaya pemenuhan kebutuhan sarana bangunan bagi orang asing pada zaman itu. Pusat pemerintah sementara bagi kolonial tersebut tersisa pada wilayah sekitar pelabuhan penting pada zaman itu yaitu pelabuhan di Singaraja. Di sekitar wilayah itu masih dapat dijumpai bangunan bergaya kolonial dan kemudian banyak diadopsi oleh masyarakat di sekitar sana sebagai bangunan permukiman.
Kita bisa tetap melihat karya arsitektur dari ratusan tahun lalu hingga kini karena ada konservasi. Pengetahuan sejarah dan inspirasi yang diperoleh dari karya-karya arsitektur sebelumnya telah banyak memberi ilham dan pengaruh bagi kelahiran karya arsitektur setelah itu.
Evolusi
Dalam tulisan Rumawan Salain, Peran Kearifan Lokal dalam Penataan Ruang di Bali, kearifan lokal disebutkan sebagai suatu tradisi di suatu tempat. Contohnya bercocok tanam, beternak hinga membangun rumah. Kegiatan-kegiatan itu dilakukan dari dulu hingga kini tanpa perubahan atau sedikit perubahan (evolusi) di suatu lokasi. Kemampuan bertahan ini tentu didasari kepercayaan tak mudah untuk diubah.
Nampaknya pernyataan itu sedikit tidaknya sejalan dengan pemikiran konservasi dalam usahanya menjaga nilai dan tradisi. Kearifan lokal yang tumbuh berkembang di masing-masing daerah merupakan alat uji tepat dalam mengetahui gaya, bahan dan teknolgi apa yang berkembang dalam wilayah tersebut. Bahan bangunan yang tepat dan indah pada wilayah tertentu belum tentu tepat digunakan pada wilayah lainnya.
Identitas Wilayah
Dari segi bentuk dan bahan yang digunakan beberapa kori bisa ditafsirkan gaya dari masing kori tersebut yaitu gaya Bebadungan. Contohnya kori pada Puri Carangsari, Pura Desa Pekraman Sumerta Denpasar, serta Kori Agung di Pura Durga Kutri, Buruan Blahbatuh Gianyar.
Keberadaan Kori Agung ini sudah lama dan tetap bertahan hingga kini. Style Gianyar-nya sangat kental dengan bahan paras dan batubata dengan proporsi yang tinggi. Ada pula Kori Agung Puri Semara Klungkung. Peninggalan bersejarah ini erat kaitannya dengan Puputan Klungkung dan nilai sejarah dan spritualnya. Keberadaanya kini dilestarikan dan dijaga sebagai objek wisata sejarah.
Dalam hal ini konservasi juga mampu memberikan pemasukan secara finansial kepada pemerintah atau masyarakat di sekitarnya karena dengan bertahannya karya arsitektur ini mampu memberikan daya tarik bagi wisatawan.
Arsitek merupakan subjek penjaga dan pengembang arsitektur Bali. Konservasi penting diketahui dan dipahami para arsitek ataupun calon arsitek. Karena bagaimanapun juga yang kini kita warisi adalah bagian dari masa lalu. Arsitektur Bali lahir, tumbuh dan berkembang hingga kini memberi nilai dan peradaban tinggi bagi generasi sekarang dan diharapkan juga bagi generasi selanjutnya.
Maka dari itu pemahaman dalam tataran teoritis maupun praktis diharapkan diterjemahkan secara nyata dalam menjaga arsitektur yang sudah ada. Perubahan itu diperlukan namun tata nilai dan kesadaran akan kearifan lokal dalam menghasilkan karya-karya arsitektur yang baru harus tetap diperhatikan. [b]
ampura dumun niki,bli…………tiyang ingin tanya, apa perbedaan arsitektur Bali dengan Arsitektur Tradisional Bali? Setahu tiyang, Arsitektur Bali itu tidak ada, yg ada hanya Arsitektur Tradisional Bali. Jika memang perlu di lestarikan, bagian apanya yg perlu di lestarikan? Nilai atau wujud fisik? Pelestarian jenis apa yg perlu dilakukan? Apakah konservasi atau preservasi? nike dumun,bli……suksma antuk galahne.
suksma komentny pak adi.. tiang br bljar nulis niki, mngnai istlah/trmnologi arsitektur bali dn arstktur trad bali mmng knytaany agk rancu.. tlong klo slah dbnahi.. Kalo bcara plestarian ya sya kira, dr bahan, wujud/sosok, dn nilai, tp tentuny dlm konteks skrng tdak smua bngunan yg baru’ kita tempel dgn memenuhi ato tdak arstktur bali. sya kra konsep plestarian relevan pda khususnya bngunan2 yg sudah ada. dn mmang plestarian kn untk bngunan ato lingkungn yg sudah ada..tulsan ini pun kalo dbaca mngungkpkn ap yg ad dlm benak sya dluar, ato sedkit mrujuk k teks2 yg dtlis orng sblumny,, jd slahkn dbri msukn.. Thnks.. Kalo mslh pngrtian antra yg bli tnykan di ats,, cb tngok2 d http://www.scribd.com/fraygroups/d/25389132-Arsitektur-Tradisional-Bali, http://wahyudigatot.wordpress.com/2011/10/12/mau-dibawa-ke-mana-arsitektur-bali/
ampura dumun, kalau ada kekeliruan dari tiyang pribadi…setahu tiyang, yang saat ini disebut Arsitektur Bali, ya arsitektur tempelan, entah itu berupa kekarangan, pepalihan dan dekorasi arsitektural yg disebut dengan “molding” pada bangunan – bangunan non-tradisional, tanpa mengacu penggunaannya dalam Asta Bhumi, Asta Kosala – Kosali, Bhumi Krtih, Dewa Tattwa dsb, hanya menempel, lalu kemudian disebut Neo-Vernacular, padahal arti Neo-Vernacular bukan sekedar menempel. Sedangkan yang disebut Arsitektur Tradisional Bali, adalah arsitektur yang menerapkan pakem2 tradisional pada proses pembangunannya, entah itu dimensi, prosesi, serta tata cara yg berlangsung didalamnya. Jika penerapannya di era modern, saat dimana kebutuhan manusia semakin kompleks, dan sama sekali tidak diatur dalam lontar, bagaimana? itulah kemudian jadi permasalahan. Dulu sewaktu saya masih belajar di Udayana, saya sering membahas masalah ini. Memang perlu di lestarikan, tapi bukan dengan cara “melibas” semua bangunan di Bali harus menggunakan ornamen tradisional, malah (menurut saya pribadi) ini menjadi kita semakin melecehkan arsitektur kita, (karena penggunaan tidak pada tempatnya). Jika kita melihat kebelakang, adakah rumah tradisional menggunakan kekarangan? adakah dapur yg menggunakan ukiran rumit? saat kita melihat pemukiman di Bayung Gede, Tenganan, dan pemukiman kuno, tidak ada yg menggunakan elemen rumit di dalamnya (kecuali puri). Jadi sudah sepantasnya dari sisi nilai (entah itu hierarki ruang, pembagian karang (tapak)) yg menjadi inti konservasi. Sedangkan untuk bangunan sakral ( Pura, Puri, Bale Banjar) harus di preservasi (bentuk dan elemen penyusunnya tidak dirubah sama sekali). Kenapa untuk pemukiman dan fungsi diluar sakral harus konservasi? karena dari dengan mengambil sisi “nilai” kita baru bisa menerapkan secara universal, entah itu rumah sakit, restoran, hotel, toko ataupun rumah tinggal. Jika kita mengambil dari sisi tampilan, apa bedanya antara rumah sakit dengan rumah? apa bedanya toko dengan sekolah? tipis, bahkan tak ada bedanya. Nike dumun yang bisa tiyang jelaskan…..suksma antuk galahne, yening wenten iwang, tiyang nunas ampura, bli………
1.pengertian bale dangin,besertah bahan bangunan apa saja yang di gunakan,funsinya untuk apa dan berbentuk apa
apa bahan yang digunakan untuk pembuatan bangunan diatas