Gran Kino dan Sarasvati akan pentas dalam “Bujangga Manik”.
Grup musik Perancis dan musisi indie Indonesia itu berkolaborasi dalam rangkaian Festival Seni Budaya Perancis, Printemps Fran?ais 2015. Pentas mereka di Bentara Budaya Bali, Ketewel, Gianyar, besok pukul 19.00.
Pentas musik ini dipersembahkan oleh Fran?aise Bali, Institut Fran?ais Indonesia (IFI) dan Kedutaan Besar Perancis bersama Bentara Budaya Bali, serta didukung Antida Sound Garden.
Winnalia Lim, selaku penanggung jawab misi budaya dan komunikasi Alliance Fran?aise Bali mengatakan Institut Francais Indonesia dan Alliance Fran?aise Bali sangat mendukung program pertukaran budaya antara Indonesia dan Perancis.
“Karena itu dalam even-even yang kami selenggarakan, kami selalu berupaya menggabungkan musisi/artis dari dua latar ini,” katanya.
Kolaborasi Gran Kino dan Sarasvati bermula pada Printemps Francais 2013, Festival Seni Budaya Perancis yang rutin digelar setiap tahun. Tahun ini, Printemps Francais 2015 digelar di sebelas kota di Indonesia, antara lain Bali, Bandung, Jakarta, Malang, Medan, Padang, Pontianak, Semarang, Solo, Surabaya dan Yogyakarta, sepanjang 15 Mei hingga 16 Juni 2015.
Gran Kino dan Sarasvati akan menghadirkan harmonisasi sastra dan musik dengan mengeksplorasi naskah kuno Sunda berusia 600 tahun bertajuk “Bujangga Manik”. Naskah “Bujangga Manik” memuat kisah perjalanan seorang tokoh bernama Bujangga Manik mengelilingi Tanah Jawa dan Bali.
Juwitta Lasut, penata program Bentara Budaya Bali mengatakan selain untuk mempererat persahabatan antar kedua negara, kolaborasi dalam “Bujangga Manik” ini juga sebagai upaya merespon kembali warisan susastra Indonesia dan memperkenalkan ke negara lain.
“Melalui ragam kolaborasi serupa ini pula kita dapat memperkaya kemungkinan kreasi yang lintas bidang,“ tuturnya.
Naskah “Bujangga Manik” menggambarkan geografi dan topografi Pulau Jawa. Lebih dari 450 nama tempat, gunung, dan sungai disebutkan di dalamnya. Sebagian besar dari nama-nama tempat tersebut masih digunakan atau dikenali sampai sekarang.
Bujangga Manik ditulis pada daun nipah, dalam puisi naratif berupa lirik yang terdiri dari delapan suku kata. Saat ini karya itu disimpan di Perpustakaan Bodley di Universitas Oxford sejak tahun 1627 (MS Jav. b. 3 (R), cf. Noorduyn 1968:469, Ricklefs/Voorhoeve 1977:181).
Selain di Bali, Bujangga Manik juga dipentaskan di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Jogja National Museum dan Atrium Surabaya Town Square.
Informasi terkait musisi
Gran Kino beranggotakan 4 musisi sekaligus globe-trotteur, penjelajah dunia. Identitas musik mereka tidak terbatas pada satu genre tertentu, melainkan melebur dalam berbagai aliran seperti pop, soul, hip-hop, musik tradisional.
Gran Kino terdiri dari Sara De Sousa (vokal, piano, xylophone), Rémi Velotti (Keyboard, Bas), Morgan Arnault (Drum) dan Robin Genetier (Gitar, Bas), bergabung dalam sebuah proyek orisinal, yang memungkinkan mereka untuk bekerja dengan seniman berbakat lainnya, di luar Perancis.
Pada pertunjukan kali ini mereka juga didukung oleh Gw Sok (Vokal), tata suara Gaël Marguin dan tata cahaya Hugo Genetier.
Sarasvati adalah band indie asal Bandung. Lewat musik dan liriknya, Sarasvat? bercerita tentang kehidupan, kasih sayang, persahabatan, dan banyak hal lainnya. Sarasvati telah memiliki 2 album, yaitu “Story of Peter” (2010), dan “Mirror” (2012).
Sarasvati yang awalnya merupakan proyek solo setelah melewati beberapa proses kolektif dengan banyak musisi kemudian berubah menjadi sebuah band yang personilnya berjumlah 8 orang, terdiri dari Risa Saraswati (vokal), Marshella Safira (vokal), Gallang Perdana (bass), Hinhin Agung Deryana (gitar), Iman Rohman (kecapi, suling), Kevin Renaldi (piano), Fajar Shiddiq (drum), Gigi Priadji (Machines, keyboard), serta didukung produksi oleh Butong. [b]