Oleh Cinen, Shanti, Yoga (Akademika)
Bali dan Jakarta makin sama kemacetannya.
Satu dari berbagai penyebab kemacetan di jalanan kota Denpasar adalah minimnya jumlah transportasi umum dan kecenderungan masyarakat untuk memilih menggunakan kendaraan pribadi.
Tidak ingin berdiam diri melihat permasalahan ini, I Gede Semara dan kawan-kawannya mendirikan sebuah koperasi yang anggotanya merupakan gabungan dari angkutan kota. Koperasi angkutan ini bernama Koperasi Sewaka Dana. Melalui koperasi inilah dirintis Angkutan Pengumpan Trans Sarbagita Kota Denpasar.
Awalnya, Semara dan kawan-kawan hanya bergabung dalam sebuah organisasi angkutan umum atau yang sering disebut Organda. Tetapi akhirnya Dinas Perhubungan meminta Organda untuk menjalankan program baru yang tendernya mereka menangkan. Program pun berjalan dengan syarat harus mendirikan koperasi tersebut.
Menurut Semara, angkutan pengumpan ini selain membantu program pemerintah mengurangi kemacetan juga untuk membantu Bus Sarbagita dalam mengumpan penumpang. Dari pelosok-pelosok desa atau perumahan yang tidak dapat dijangkau oleh Bus Sarbagita ke halte-halte Sarbagita yang ingin dituju.
Trendsetter
Angkutan Pengumpan Trans Sarbagita ini merupakan program pertama di Indonesia. Harapannya dia dapat menjadi trend-setter untuk angkutan umum lainnya. Program trayek pengumpan ini pertama kali beroperasi pada 4 September 2012 dengan promo gratis hingga 31 Desember 2012.
Kini program tersebut diperpanjang hingga 27 Februari 2013. Promo gratis ini dimaksudkan untuk menarik penumpang pada angkutan umum. Jika promo gratisnya sudah selesai, tarif normal angkutan ini adalah Rp 2000 per orang.
Ditemui di pangkalannya, Ketut Kondra yang menjabat sebagai pengawas lapangan di Pangkalan Dewata sekaligus merangkap sebagai pegawai (sopir-red) mengatakan bahwa promo gratis ini sama sekali tidak memberatkan pegawai. Hal itu karena promo ini telah mendapat subsidi dari pemerintah.
“Walaupun sekarang tarif angkotnya gratis, kami tetap digaji sesuai standar Upah Minimum Regional (UMR) dan merata,” katanya.
Tidak seperti angkutan umum lain yang harus berebutan penumpang dengan rekan kerjanya demi mendapatkan rezeki, Koperasi Sewaka Dana mengajarkan pegawainya untuk saling bekerja sama. Koperasi menekankan bahwa mereka adalah sebuah tim bukan rival. Dalam memilah pegawai pun tidak main-main. Mereka menggunakan proses pelatihan agar tenaga kerja memiliki mental, disiplin yang baik dan siap melayani masyarakat tanpa lelah.
Angkutan pengumpan berwarna hijau yang mungil tersebut seluruhnya berjumlah 56 armada dengan trayek-trayek tujuan tertentu. Saat ini, angkutan pengumpan telah mempunyai empat trayek yang menjangkau wilayah-wilayah di Kota Denpasar.
Berikut adalah rute pengumpan (feeder) Transarbagita di Denpasar.
Trayek 1 dari Jalan Kamboja (GOR Ngurah Rai) menuju ke Jalan Sudirman, Diponegoro, kemudian kembali lagi ke Jalan Kamboja. Trayek 2 dari Sanglah, Waturenggong, Matahari Terbit, Halte Sarbagita Nusa Dua, kembali lagi ke Sanglah. Trayek 3 dari Jalan Pulau Moyo, Sanglah, Jalan P.Nias, Pedungan, Pemogan, Pesanggaran, kembali lagi ke Pulau Moyo. Sedangkan trayek 4 dimulai dari Jalan Dewata, Kerta Dalam, Petanu, Waturenggong, Sudirman, kembali lagi ke Sidakarya Jalan Dewata.
Positif
Karena angkot ini adalah pengumpan Sarbagita, mereka mengutamakan tujuan ke halte-halte Bus Trans Sarbagita di trayek tujuan terdekat. Tentu saja dengan tidak membatasi kemauan penumpang akan turun atau naik di mana saja.
Angkutan pengumpan yang mulai beroperasi pukul 06.00 sampai pukul 22.00 WITA di masing-masing trayek, mendapat respon positif dari masyarakat. Kadek, salah satu penumpang trayek pengumpan mengaku senang bisa naik kendaraan umum. “Senang bisa naik kendaraan umum lagi. Apalagi bagi saya yang tidak bisa mengendarai kendaraan pribadi,” ujarnya sembari turun dari angkutan.
Tidak hanya masyarakat, mahasiswa pun antusias dengan adanya trayek pengumpan ini. Anin dan Mini, dua pengguna angkutan pengumpan mengatakan, angkot ini sangat bermanfaat bagi kita para pelajar yang kebanyakan anak kos rantau dan tidak mempunyai kendaraan pribadi untuk pulang pergi kampus. Apalagi saat cuaca yang tidak menentu seperti ini kalau naik angkot jadi gak kena panas atau kehujanan, gratis lagi.
“Hitung-hitung hemat biaya pengeluaran sebagai mahasiswa rantau,” komentar Anin dan Mini, dua mahasiswi Fakultas Pariwisata Unud ini serempak.
Pengelola angkutan ini mengatakan bahwa keunggulan dari trayek pengumpan Sarbagita ini adalah tepat waktu, pelayanan bisa maksimal dibandingkan dengan angkutan kota lainnya yang kerjanya bisa dikatakan seenaknya sendiri. Menurut Semara, semua pegawai angkutan pengumpan Trans Sarbagita harus disiplin dan memenuhi jadwal kerja yang ada. Bagi orang tua yang menaikkan anaknya ke angkutan pengumpan Trans Sarbagita dijamin keamanannya.
“Kami memastikan penumpang kami selamat sampai tujuan dan harga lebih terjangkau bagi pelajar maupun umum. Manfaatkanlah jasa kami sebaik-baiknya,” ujar Semara.
Semara berharap agar pemerintah tetap memberikan kesempatan ini pada Koperasi Sewaka Dana dan Angkutan Pengumpan Trans Sarbagita untuk bisa tetap eksis. Menurutnya, mereka yang tergabung di dalamnya sudah mengorbankan diri untuk melakukan kerja perdana ini dengan konsekuensi keterbatasan gaji yang dipatok Rp 50.000 per hari.
“Kami juga berharap kepada masyarakat khususnya mahasiswa yang apresiasinya sangat berperan untuk mendukung program ini,” harap Kondra menimpali harapan Semara. [b]
Bagus…
Saya salut dengan Sarbagita dan juga pengumpannya. Tapi yang kurang sekarang adalah mempercepat realisasi trayek2 lain bus sarbagita. Agar semua daerah bisa menikmatinya. Sekarang baru cuma ada dua trayek yaitu Batubulan – Nusa Dua dan Kota Denpasar – GWK. Nah, trayek lainnya kapan??
setuju, bli…
klo liat di peta di haltenya, ada tahun perencanaan realisasinya..warna-warni pula..
semoga diwujudkan sih..
sekarg kok sdah g ada lgi ya…:(