Pengendalian rabies secara tuntas di Bali sangat mungkin dilakukan.
Upaya pengendalian rabies telah dilakukan dengan memberikan vaksinasi massal serentak setiap tahun sekali. WHO pun telah merekomendasikan metode untuk mengendalikan rabies.
Menurut WHO untuk mengendalikan rabies dilakukan vaksinasi minimal 70 persen dari populasi anjing yang ada. Dengan demikian maka akan terbentuk kekebalan kelompok (herd immunity). Herd immunity adalah sebagian besar populasi telah mendapatkan vaksinasi sehingga mampu melindungi populasi lain termasuk yang belum mendapatkan vaksin.
Bali salah satu pulau kecil yang memungkinkan untuk dilakukan pengendalian penyebaran rabies secara tuntas.
Melaksanakan program pemusnahan massal terhadap anjing terbukti tidak efektif dalam mengatasi kejadian rabies. Justru ini dapat menurunkan populasi kekebalan kelompok karena anjing yang sudah tervaksin bisa terbunuh.
Terbukti setiap dilakukan pemusnahan massal jumlah anjing turun hanya sementara di banjar atau desa tersebut. Kemudian dalam waktu tidak lama akan datang anjing baru yang tidak jelas status vaksinasinya.
Hal ini menyebabkan resiko besar terhadap penularan rabies. Anjing lain tersebut datang ke daerah yang tidak ada populasi anjingnya umumnya untuk mencari sampah makanan yang menumpuk di daerah tesebut.
Budaya Bali
Kita sudah memiliki kearifan lokal menjaga keseimbangan alam dan lingkungan dengan ajaran Tri Hita Karana. Ajaran ini menyelaraskan hubungan antara manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan serta ekosistem di dalamnya. Apabila binatang dan tumbuhan tidak terawat dengan baik, akibatnya dapat menimbulkan berbagai penyakit dan bencana.
Penerapan ajarang Tri Hita Karana dapat juga diterapkan dalam upaya pengendalian rabies. Masyarakat Bali sudah sejak lama memiliki budaya memelihara anjing di rumahnya. Hubungan mereka cukup akrab antara pemilik dengan anjingnya. Anjing biasanya berfungsi sebagai penjaga rumah. Anjing yang ditugaskan menjaga rumah biasanya dilepas oleh pemiliknya.
Meminta masyarakat untuk mengikat anjing Bali sulit dilakukan menimbang anjing mereka biasanya menjadi stres, galak dan tidak bisa menjaga rumah lagi jika di ikat. Jika anjing mereka diikat, bagaimana anjing tersebut bisa menjaga rumah?
Mungkin kita harus bijak dalam melihat persoalan ini menimbang budaya memelihara anjing sudah turun-temurun dilakukan di Bali.
Lalu apakah salah masyarakat yang melepaskan anjingnya?
Anjing yang sudah tervaksin justru dapat menjaga lingkungan dan orang di sekitarnya. Apabila ada anjing luar daerah yang rabies masuk ke wilayah tersebut, anjing inilah yang akan melakukan perlawanan. Sehingga kawasan tersebut bisa aman dari rabies.
Oleh sebab itulah anjing harus divaksin anti rabies. Namun jika anjing yang tidak tervaksin yang dilepas liarkan maka risikonya justu sebaliknya anjing itu bisa tertular rabies.
Masyarakat kita juga sering tidak perhatian terhadap makanan dan minuman pada anjingnya. Akibatnya, anjing tersebut biasanya mencari makan di sampah dan liar. Anjing yang kurang perhatian dari majikannya saat mereka lapar dapat sensitif pada orang sekitarnya. Karena itu, kasus gigitan anjing peliharaan yang dilaporkan bisa banyak. Salah satunya karena perlilaku ini. Masyarakat yang memiliki anjing harus bertanggung jawab untuk memberi makan dan memelihara anjing yang dimilikinya
Perilaku buruk buang sampah sembarangan justru menyebabkan banyak kantong makanan di kawasan tersebut. Hal ini yang biasanya dicari oleh anjing liar di luar kawasan. Anjing liar yang tidak jelas status vaksinasinya yang masuk ke wilayah banjar atau desa untuk mencari makan dapat menimbulkan masalah baru. Jika anjing ini terinfeksi rabies tentu berbahaya bagi warga sekitar.
Beberapa titik sering ditemukan banyak anjing liar seperti di pasar yang memang banyak pedagang yang membuang makanan, Kuburan di mana sisa upacara agama yang berisi makanan dan kawasan pantai di mana banyak pengunjung dan penjual makanan. Oleh sebab itu pengelolaan sampah perlu dilakukan dengan baik terutama dibuang dalam wadah tertutup.
Perilaku masyarakat yang mambuang anjing ke areal Pasar, Kuburan dan kawasan pantai juga menimbulkan masalah baru. Anjing yang tidak dikehendaki keberadaanya justru dilepas liarkan dikawasan tertentu yang dipandang banyak makannanya.
Anjing yang tidak jelas status vaksinasinya ini dan diliarkan tanpa ada kontrol justru berisiko. Sebaiknya memang jika memiliki anjing betina yang tidak diharapkan untuk beranak dilakukan sterilisasi sehingga populasi anjing dapat stabil.
Kebiasaan kita memelihara anjing tidaklah salah. Namun semestinya kita lebih bertanggung jawab lagi dengan melakukan vaksinasi secara rutin, memberi makan dan minum serta merawat kesehatanya. Perhatian dan kasih sayang majikannya akan membuat anjing merasa aman dan nyaman. Kebalikannya perilaku kita tidak memvaksin, tidak peduli kepada peliharaanya dan membiarkan mereka penuh kuman dapat membahayakan kesehatan pemilik serta lingkungan kita.
Evaluasi Prosedur
Angka kematian manusia akibat rabies semuanya punya riwayat tidak mendapatkan vaksin anti rabies (VAR) dari fasilitas layanan kesehatan. Penyebabnya bisa karena mereka yang digigit anjing menganggap itu masalah sepele sehingga tidak dicuci maupun dibawa ke layanan kesehatan.
Bisa juga orang yang digigit anjing datang ke layanan kesehatan. Namun karena yang menggigit anjing peliharaan, maka oleh petugas orang yang digigit itu diminta untuk observasi 14 hari apakah anjingnya mati atau tidak. Jika anjinya mati baru diberikan VAR.
Kebijakan observasi 14 hari sering tidak dilakukan warga dengan baik. Orang yang digigit anjing kemudian lukannya sembuh maka mereka sering tidak peduli dengan kondisi anjing yang menggigit apakah masih hidup atau sudah mati. Karena kesibukan bekerja dan luka sudah sembuh akhirnya observasi tidak dilakukan. Ternyata anjing yang menggigit positif rabies dan pasien belum dapat vaksin sehingga sudah terlambat diobati.
Idealnya kasus gigitan anjing di wilayah tersebut perlu perhatian serius dari petugas kesehatan dan desa atau banjar setempat. Jika ada warga yang digigit aniing maka anjing tersebut harus mendapatkan perhatian serius. Apakah memang benar sudah mendapatkan vaksin sebelumnya? Apakah masih hidup dalam 14 hari ini atau mati atau hilang?
Jika memang mati atau hilang segera pasien tersebut mendapatkan VAR. Ini agar jangan sampai ada korban sia-sia karena terinfeksi rabies. [b]
Ini bener banget. Setelah kami memasukkan tempat sampah ke halaman rumah, dari sebelumnya di pinggir gang, anjing liar di rumah kami makin berkurang. Tak ada lagi sampah yg mereka ambil dan acak-acak. Jadi merasa lebih bersih dan aman. 🙂