Oleh Luh De Suriyani
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Bali menyatakan epidemi HIV di Bali mengarah pada generalized epidemic. Ini ditandai dengan meningkatnya kasus HIV/AIDS pada ibu hamil dan bayinya. Karena itu rencana strategis (Renstra) 2008-2012 akan diprioritaskan pada pencegahan dan penanggulangan HIV pada kelompok rumah tangga dengan risiko tinggi.
Hal itu dipaparkan pada rapat kerja renstra penanggulangan HIV dan AIDS lima tahun ke depan di Kertasabha Denpasar, Selasa lalu. “Kita harus membuat pola baru penjangkauan pada kelompok rumah tangga, ibu dan anak,” pinta IB Puspayoga, Wakil Gubernur yang menjadi Ketua Harian KPA Bali.
Renstra dibuat berdasrkan situasi kasus sampai 2007, di antaranya jumlah penduduk berisiko tinggi, jumlah kasus HIV/AIDS kumulatif, dan beberapa hasil survei dan surveilance.
Peningkatan jumlah kasus pada ibu rumah tangga dan bayi yang dilahirkan ini terjadi sebagian besar akibat ditularkan dari suaminya, yang tidak tahu positif HIV.
Jumlah laki-laki yang tertular melalui hubungan heteroseksual dan bukan pengguna narkoba suntik hingga 31 Mei 2008 sebesar 801 orang. Sebagian besar yang dilaporkan belum menunjukkan gejala AIDS, sehingga tak diketahui oleh dirinya sendiri dan istrinya.
Dari jumlah itu, sebanyak 212 bekerja sebagai karyawan, 168 orang tidak bekerja, 124 buruh, dan 71 orang bekerja sebagai sopir. Sebanyak 21 orang adalah pegawai negeri sipil dan 13 orang sebagai TNI/Polri. Sebanyak 560 orang di antaranya tinggal di Buleleng dan Denpasar.
“Karena bukan injecting drugs user (IDU), kemungkinan besar tertular dari pekerja seks atau pasangan heteroseksual lainnya. Jumlah itu baru permukaan dari gunung es karena kebetulan datang ke rumah sakit atau ke klinik VCT (tes sekarela),” ujar Dokter Gede Ranayana, Sekretaris KPA Bali.
Sementara hingga Oktober 2008, jumlah bayi tertular HIV dari ibunya sebanyak 35 orang. Total kasus HIV/AIDS di Bali yang dilaporkan Dinas Kesehatan adalah 2413 kasus. Sebanyak 1462 (61%) tertular lewat hubungan seksual, sementra 685 (28%) kasus dari IDU.
“Kebanyakan virus HIV pada bayi baru terdeteksi setelah dilahirkan. Seandainya ibunya diketahui positif HIV sebelum melahirkan, bisa dicegah dengan program Prevention Mother to Child Transmission (PMTCT),” tambah Ranayana.
Kini, jumlah ibu yang mengikuti PMTCT makin meningkat dari tahun ke tahun di RS Sanglah. Pada 2002, hanya 2 orang ibu yang ikut, lalu menjadi 12 orang pada 2007. Jumlah ibu rumah tangga dan bayi yang positif HIV diperkirakan lebih banyak lagi, namun tak terdeteksi.
Peningkatan kasus pada populasi umum ini, menurut analisa KPA, salah satunya karena sulitnya menjangkau pelanggan seks dan pekerja seks di Bali. Lokasi transaksi seks kini ditenggarai tumbuh dengan cepat sampai pelosok desa dan berpindah-pindah karena razia pemerintah.
Selain itu, dalam berbagai survei perilaku, diketahui pelanggan seks yang memakai kondom dalam hubungan terakhirnya sebanyak 31%. Hanya 17% yang mengaku selalu menggunakan kondom pada satu minggu terakhir. [b]
Artikel ini dimuat di http://www.thejakartapost.com/news/2008/12/31/kpa-turns-attention-households-hivaids-epidemic-spreads.html
MENURUT SAYA