I Wayan Eka Pradnya Dharma Yudha
Pementasan kecak di stage Seraya Budaya, BatuBulan jumat malam lalu (22/4). Malam itu pementasan di gelar pukul 18.00 WITA. Puluhan seniman dari Sekaa Kecak Kusuma Wijaya kembali mengisi stage Seraya Budaya yang telah lama tutup dikarenakan pandemi Covid-19.
Setelah lebih dari dua tahun vakum karena pandemi Covid-19. Puluhan seniman dari Sekaa Kecak Kusuma Wijaya, Batubulan kembali mengisi ruang kosong stage Seraya Budaya. Ada sekitar 4 Tarian kecak yang di tampilkan saat pementasan dan jumlah penari yang di tampilkan saat itu sekitar 30 penari pada pementasan malam itu.
Penari memberi sambutan meriah kepada penonton yang hadir saat malam itu. Dengan berbagai macam tarian yang dipentaskan. Tari kecak cukup popular di kalangan wisatawan manca negara. Kurang lebih ada 20 penonton yang menyaksikan pementasan malam itu,
Sekaa Kecak Kusuma Wijaya yang berbasis di Batubulan, Gianyar didirikan sejak 1998. Beranggotakan remaja dari 4 banjar (Catur Asrama) yaitu Banjar Kapal, Kalah, Buwitan dan Daton.
Di setiap pementasan para anak muda Batubulan menampilkan tarian Kecak Ramayana, Kecak Dedari, Shang Hyang Jaran dan Tari Jaksa ada Rahwana ada Hanuman, Parekan yang disebut Melem ada Malen yang disebut Prabu Sugriwa.
Ketua penyelenggara, I Wayan Serinteg menyebutkan ada yang berbeda ketika melakukan pementasan di masa adaptasi pandemi ini. Meskipun sudah digelar kembali, kondisi pementasan tari kecak belum normal seperti sebelum pandemi. Dilihat dari jumlah penonton yang belum memadati kursi penonton.
Sebelum pandemi, pementasan diadakan setiap hari. Kalau dulu regular setiap hari dari pukul 18.30 sudah mulai sampai pukul 19.30 WITA.
Saat ini, meski sudah memasuki fase new normal pementasan dilakukan hanya ketika ada orderan atau bookingan dari tamu. Pementasan dilakukan pukul 18.30 WITA. Berbagai wisatawan mancan negara yang menonton pementasan kecak malam itu. Pementasan ini merupakan bentuk kerjasama Sekaa Kecak Kusuma Wijaya dengan para guide yang membawa tamu.
Kembalinya mereka (tamu penonton) kali ini seakan memberi sebuah titik terang untuk para seniman dan penggemar tari kecak. Menurut I Wayan Serinteg antusiasme penari masih tetap sama seperti sebelum pandemi.
Setelah lama vakum, Dek Jul yang merupakan salah satu penari kecak merasa senang bisa pentas lagi di panggung dan ditonton berbagai wisatawan manca negara. Walaupun tamu-tamu dan warga lokal belum memadati kursi penonton malam ini.
“Kurang lebih satu setengah tahun saya tidak pentas. Untuk mengisi kesibukan selama tidak pentas kecak saya bermain musik dan ngegym,” ujar Dek Juls.
Ia berharap pariwisata Bali cepat bangkit agar pementasan kecak bisa dilakukan regular setiap hari.
Tak hanya penari dari kalangan anak muda. Ni Made Suartini seorang penari legend juga turut dalam pementasan by order ini. Suartini mulai ikut nari kecak sejak Sekaa Kecak Kusuma Wijaya terbentuk. Sudag lebih dari 20 tahun lalu sejak tahun 1998.
“Saya sudah ikut pentas sampai sekarang. Saya masih ikut menari sampai sekarang untuk mengisi waktu luang, sekaligus menjalankan hobi saya,” ujar Suartini.
Setelah lama tak ada pertunjukan yang hadir di stage Seraya Budaya, Made Gandhi merasa bangga dan senang akhirnya bisa menonton pementasan tari kecak kembali. Ia berharap pemerintah agar lebih memperhatikan pelaku seni yang ada di Bali, ujar Gandhi salah satu penonton lokal yang ditemui ketika pementasan.