Komunitas Seni Dwi Gita Kelangen, SMK Negeri 2 Denpasar tampilkan Pementasan Seni pada Puncak Bismaparwa Festival yang Ke-59, Senin (2/9/2024). Mengangkat Tema “Ranu Hita” yang memiliki makna “Air Kehidupan, Cipta Keharmonisan”, Komunitas Seni Dwi Gita Kelangen atau yang akrab disebut DGK merespon Tema Ranu Hita tersebut melalui sebuah Pementasan Karya dengan judul “Danu Tirtha Segara” yang bermakna Danau, Sungai dan Lautan dan mengisahkan tentang pentingnya pemuliaan air untuk keberlangsungan kehidupan kita dengan kaitannya dengan Sekala-Niskala seperti yang tertuang dalam sebuah Sastra yakni Lontar Batur Kalawasan.
”Kurang lebih 45 Menit waktu Pementasan ini, pola gerakan yang mencirikan karakter yang diinginkan dari cerita menjadi tantangan, karena area permainannya adalah “rasa’, penari harus memahami betul alur cerita baru bisa mendalami karakter, Astungkara selesai dan sangat puas dengan hasilnya, ditopang lagi dengan Properti dan Kostum yang mendukung dari Gumiart, serta Manubada Creative,” ucap Bima selaku koreografer.
Konsep cerita pada Pementasan ini berasal dari beberapa sumber, salah satunya kami mengutip cerita dari Pementasan Nuwur Kukuwung Ranu Yayasan Puri Kauhan Ubud kolaborasi dengan Institut Seni Indonesia Denpasar. Pementasan ini terdiri dari 6 pembabakan dan babak kelima pada pementasan ini diambil ceritanya dari Pementasan Nuwur Kukuwung Ranu tersebut yang mengisahkan tentang Mitologi keberadaan Ida Bhatari Ayu Mas Membah yang merupakan salah satu dari Dasa Nama Bhatari Danu dan juga Sadhyang Panji (Bala Ksatria Hyang Bhatari) yang diibaratkan sebagai Sad Ripu dari dalam diri Manusia.
“Ada 6 Pembabakan yang kami bedakan dari pola Gendingnya yang Energic atau santai dan membawa ketenangan seperti pada babak Sadhyang Panji dan Dewi Danu. Secara keseluruhan sudah sesuai dengan harapan, walaupun tidak ada Jurusan Seni, tetapi kami maksimal menampilkan yang terbaik,” jelas Pak Dek Ana selaku Pembina dan juga Komposer.
Kami ingin juga menekankan pentingnya Hulu sebagai sumber akibat semuanya, jadi ibarat sebuah aliran air yang dimulai dari hulu melewati tengah dan bermuara di hilir, maka melalui pementasan ini kami ingatkan bersama untuk melakukan gerakan yang berdasarkan tiga konsep tersebut. Pementasan ini merupakan program lanjutan dari program talkshow “NGEREMBUG” yang kami laksanakan Bulan Juli lalu.
Setelah pementasan ini akan ada program lanjutannya lagi yakni melakukan gerakan di hulu yakni di kawasan Gunung Batur,dengan penanaman pohon atau penuangan Eco-Enzym di Danau Batur. Harapannya pohon-pohon yang kami tanam akan menyimpan cadangan air yang lebih banyak dan memberikan kenyamanan untuk masyarakat Bali.
“Sustainable prinsip yang kami terapkan disini dan rencananya akan ada buku yang akan mengungkapkan cerita perjalanan ementasan, makna dibalik semua yang ada ketika penampilan berlansung hingga kejadian-kejadian Sekala-Niskala yang sangat kami hargai akan diulas dalam buku,” tambahnya.
Semeton sami yang ingin berpartisipasi apapun itu bisa segera menghubungi tiang atau Instagram @dwigitakelangen sebagai konseptor. “Tiang jujur kagum, bangga kepada seluruh teman-teman yang sudah turut serta dalam pementasan ini. Kami hanya latihan 1 bulan kurang,” tutup Ari.