PARIWISATA Bali tak pernah reda didera masalah. Diawali dengan bom dua kali, isu penyakit SARS, flu burung dan sebagainya. Di saat kondisi pariwisata Bali berangsur membaik, muncul lagi sebuah persoalan. Seorang oknum karyawan di Imigrasi Bandara Ngurah Rai melakukan pemerasan terhadap wisatawan warga Australia.
Tindakan ini sungguh sangat keterlaluan dan tidak bisa dimaafkan. Tentu hukumannya harus berat karena telah mencoreng citra pariwisata Bali, apalagi korbannya adalah orang asing. Untuk Imigrasi Ngurah Rai sebenarnya yang kurang adalah pengawasan. Selama ini banyak terjadi kasus yang menimpa wisatawan, walaupun nilainya tidak sampai ribuan dolar tetapi hal ini hampir terjadi setiap hari. Jadi perlu pengawasan yang lebih ketat untuk operasional keimigrasian di Bandara Ngurah Rai. Jangan-jangan ada pihak lain yang ikut terlibat, sehingga hanya dilakukan skorsing saja.
Demikian terungkap dalam acara Warung Global yang disiarkan Radio Global 96,5 FM, Kamis (27/9) kemarin. Berikut rangkumannya.
Menurut Ketua Bali Corruption Watch Putu Wirata Dwikora, kasus pemerasan yang terjadi di Imigrasi Bandara Ngurah Rai beberapa waktu lalu, walaupun belum dapat dikatakan sebagai tindakan korupsi, kasus ini cukup memprihatinkan. Imigrasi sebagai salah satu jendela Bali dan orang melihat pariwisata Bali melalui Imigrasi. Jika memang kasus ini benar maka BCW ingin mendesak aparat khususnya di Dirjen Keimigrasian agar melakukan tindakan terhadap pelaku pemerasan dengan skorsing bila perlu dilakukan pemecatan.
Lebih jauh dia mengatakan undang-undang dan peraturan walaupun belum sempurna tetapi sudah cukup bagus. Yang bermasalah adalah mental dan moral pejabat ataupun petugas di sana. Mereka memiliki wewenang dan ada peluang, sehingga situasi dibuat seolah-olah urusan di sana memang memerlukan biaya yang cukup tinggi. Sebaik apa pun undang-undang jika orang yang menjalankannya bermental tidak baik, undang-undang itu tidak akan berjalan baik. Tetapi sebaliknya walaupun undang-undangnya belum sempurna, jika orangnya baik maka dia akan tetap memberikan pelayanan yang maksimal.
Untuk ke depannya mungkin yang perlu dilakukan adalah pembenahan mental. Agar mental orang terkontrol dengan baik maka perlu dilakukan tindakan seperti dalam kasus ini diskor atau dipecat dan diproses secara hukum.
Walek di Denpasar memandang kasus ini adalah pemalakan. Tentu hukumannya harus berat karena telah mencoreng citra pariwisata Bali, apalagi korbannya adalah orang asing. Untuk Imigrasi Ngurah Rai sebenarnya yang kurang adalah pengawasan. Selama ini banyak terjadi kasus yang menimpa wisatawan, walaupun nilainya tidak sampai ribuan dolar tetapi hal ini hampir terjadi setiap hari. Jadi perlu pengawasan yang lebih ketat untuk operasional keimigrasian di Bandara Ngurah Rai.
Wakil Presiden Jusuf Kalla memerintahkan agar pelaku pemerasan dipecat. Tetapi, Irjen Departemen Hukum dan HAM Marvel H Mangunsong menjelaskan kepada Wapres bahwa oknum tersebut telah diskorsing. Hal ini menjadi pertanyaan Ngurah di Kuta. Ada apa sebenarnya? Jangan-jangan ada pihak lain yang ikut terlibat, sehingga hanya dilakukan skorsing saja.
Menurut Gede Biasa di Denpasar dan Ngurah Setyawan di Mas Ubud, ini adalah kasus yang sangat memalukan. Karena terjadi di pintu gerbang paling depan. Orang-orang yang bertugas di sini mestinya dibekali dengan pengetahuan yang memadai, mental dan moral yang kuat karena di gerbang ini citra dan nama bangsa dipertaruhkan. Tindakan yang tepat untuk oknum semacam ini adalah dipecat, diganti dan dibersihkan semuanya. Jika hanya dimutasi jangan-jangan nanti mereka melakukan pertukaran ilmu.
Kak Nges memperkirakan ada pihak berduit di belakang oknum tersebut, sehingga tindakan yang diambil hanya sebatas skorsing. Ini adalah sebuah rahasia umum. Hal semacam ini tidak hanya terjadi di Bali tetapi mungkin juga terjadi di Imigrasi di seluruh Indonesia. Untuk membersihkannya tindakan yang paling tepat dilakukan adalah bersihkan dari atas sampai ke bawah. Tidak mungkin hanya dibersihkan di bawah saja jika kotorannya juga berada di atas.
Lanang Sudira melihat pemerasan tidak hanya terjadi di Imigrasi, tetapi terjadi hampir di semua komponen pariwisata. Contohnya ada oknum guide yang memaksa tamu untuk berbelanja di salah satu artshop. Kejadian-kejadian semacam ini mungkin memiliki tujuan-tujuan tertentu. Ada yang demi kantong pribadi, ada yang sengaja untuk mengacaukan pariwisata Bali. Di sinilah perlunya peran pihak terkait untuk meneliti dan mengawasi, agar pariwisata Bali yang baru mulai membaik tidak terpuruk kembali akibat dari ulah oknum-oknum yang ingin mengacaukan pariwisata Bali. -wati ananta-