Oleh Wayan Sunarta
Memiliki buku kumpulan puisi yang menarik dari segi perwajahan dan isi merupakan impian setiap penyair, termasuk saya. Impian Usai yang diterbitkan oleh Kubu Sastra, Denpasar, pada Agustus 2007 ini merupakan buku kumpulan puisi kedua saya, setelah buku puisi Pada Lingkar Putingmu (Bukupop, Jakarta, 2005). Impian Usai mengalami proses penerbitan yang berliku-liku dan melelahkan. Sejumlah penerbit, dari yang besar sampai kecil, telah menolak manuskrip buku ini dengan alasan yang sama, yakni persoalan pasar!
Secara umum, beberapa tahun terakhir ini, dunia penerbitan menunjukkan perkembangan dan kemajuan yang luar biasa dari segi kuantitas. Pasar buku di Indonesia dibanjiri oleh buku-buku yang beraneka, termasuk juga buku-buku sastra. Masyarakat juga menunjukkan rasa dahaga yang begitu mendalam terhadap kehadiran buku-buku bermutu dengan harga yang bisa dijangkau.
Hanya saja, puisi sebagai bagian dari dunia sastra yang penting, seakan luput dari gemuruh penerbitan buku-buku sastra. Puisi masih menjadi anak tiri ketimbang cerpen atau novel, sangat jarang dilirik oleh penerbit buku sastra. Hal ini disebabkan pada kenyataan pasar bahwa buku-buku kumpulan puisi jarang laku dan tidak memberi keuntungan finansial pada penerbit.
Meski sangat susah menerbitkan buku puisi, para penyair tetap menulis puisi, sebab puisi merupakan kebutuhan jiwa yang tetap diperlukan sepanjang sejarah peradaban manusia. Puisi bukan merupakan suatu dunia cengeng yang oleh anggapan sebagian orang hanya dihuni para remaja yang jatuh cinta atau patah hati. Puisi merupakan suatu dunia yang luas, suatu kehidupan. Puisi mengandung perenungan yang berkaitan dengan nilai-nilai kemanusiaan, ketuhanan, cinta kasih, demokrasi, kehidupan, dan berbagai elemen pembentukan kepribadian dari jiwa-jiwa yang unik.
Bertolak dari pemikiran ini, saya kemudian menerbitkan buku kumpulan puisi tunggal yang merangkum 99 puisi pilihan tahun 1992-2006. Puisi-puisi tersebut saya pilih dari 300-an puisi yang saya ciptakan selama 15 tahun masa kerja kepenyairan saya. Memiliki sebuah buku kumpulan puisi yang berkualitas merupakan impian yang telah lama menggeliat untuk mewujud dalam kenyataan. Saya rasa, kinilah saatnya impian itu menjelma menjadi sesuatu yang berguna bagi diri saya pribadi dan juga bagi masyarakat pecinta sastra.
Puisi harus terus diperjuangkan kehadirannya. Bila tidak ada penerbit yang sudi menerbitkan, maka penyairnya sendirilah yang mesti menerbitkan, tentu dengan berbagai cara dan strategi. Untuk menerbitkan Impian Usai, saya dengan seorang kawan membuat penerbitan mandiri dengan semangat indie label. Untuk biaya cetak saya peroleh dari sumbangan para donatur dan sponsor, seperti Perpustakaan Daerah Bali, Balai Bahasa Denpasar dan beberapa teman yang peduli pada sastra, khususnya puisi. Masalah distribusi juga saya urus sendiri dengan mengirimkan buku ini ke sejumlah toko buku dan sebuah distributor di Yogyakarta yang akan mendistribusikan ke toko-toko buku besar di sejumlah kota di Indonesia.
Impian Usai telah saya luncurkan (launching) di Kedai Kebun Forum, Yogyakarta pada 25 Agustus 2007 dan di Universitas Negeri Lampung (Unila), Bandar Lampung, pada 29 Agustus 2007 dengan sambutan yang hangat dan meriah. Acara di Toko Buku Diskon Togamas Denpasar pada Sabtu, 22 September 2007 ini merupakan peluncuran yang ketiga.
Acara peluncuran di Togamas Denpasar akan dimeriahkan dengan performance art oleh koreografer Nyoman Sura, musikalisasi puisi Komunitas Barak Denpasar, pembacaan puisi oleh Wayan Sunarta, Muda Wijaya, Pranita Dewi, Dewa Jayendra, dan para undangan. Selain itu juga akan diisi dengan diskusi proses kreatif kepenyairan yang dipandu oleh Warih Wisatsana.
Banyak orang bertanya, mengapa judulnya “Impian Usai”? Bagi saya, proses penerbitan buku ini merupakan sebuah impian lama yang kini telah usai. Tentu akan tiba impian-impian baru untuk karya-karya dan buku-buku yang juga baru. Itulah harapan saya pada masa-masa yang akan datang. [b]
bli jengki,
Kalau Impian Usai, artinya tak menerbitkan buku lagi dong (atau belum memikirkan untuk menerbitkan lagi?) but, impian baru ada setelah yang pertama usai.
Hmm, sepertinya akan menerbitkan buku lagi setelah ,memgikat janji. dengan pranita dewi kah? hehe. impian itu usai juga kan…
selamat menempuh hidup baru bagi bukumu.
semoga bahagia.
salam
Halo. Wah hebat semangatnya dalam menerbitkan buku puisi. Saya jadi tertarik self publishing juga. Kalau boleh bagi ilmunya dong.Bisa ya masukan buku ke toko2 buku dan ke distributor melalui pos? Apakah pertama kalinya kita harus datang dan negosiasi dulu? Terima kasih.
hey, bgs jg ya? but aku pny yg lbh bgs……………
“Menutup Langkah Lama”
ku rekahkan bunga
ku redupkan bulan tak berwarna
ku alirkan darah
tuk mengenang kenangan lama
kenangan penuh cemooh orang
hingga ku tak bisa pejamkan mata
ku rasakan gerak ku melangkah
seakan dunia bersamaku jua
mencari detik waktu berdetak
melambaikan tangan menyapa
jari tertimbun hari ternoda
mulai kinipun ku tutup dengan indah
nama saya Mohammad fattah riphat. saya remaja usia 17 tahun yang mencoba berkarya. saya suka sekali menulis puisi, saya ingin sekali membukukan puisi2 saya. bagaimana ya caranya? anda bisa membuka 2 blog saya,
– http://mokharayburndeesproject.blogspot.com/ . di blog ini adalah kumpulan puisi2 cinta saya.
– http://specialforus.multiply.com/ . sedangkan di blog ini adalah kumpulan puisi tentang bagaimana saya melihat dunia. jika anda berkenan, mohon di lihat2 dulu.
saya sangat berterima kasih kalau anda dapat me rekomendasikan karya saya untuk di buku kan. terima kasih banyak.
aku haus akan menulis puisi, tapi aku juga ingin puisiku dinikmati dan dicermati oleh orang lain. Hidup Puisi seakan terjerembab ke dalam pasir hisap yang sedikit demi sedikit hilang tak berbekas. Padahal secara visual kita tau banyak orang mencintai sastra, tapi gak ada pendongkrak yang membuatnya berkembang dan merasuki hati masyarakat. Aku sedih..terus terang sedih
Mohon kritik dan saranya
sastrawan-gulipat.blogspot.com
Bantulah puisi berpijar
bagus,cuma kok gak bahasa bali and ada teksnya