Oleh Anton Muhajir
Jari-jari Ni Kadek Kristina, 9 tahun, bergerak di keyboard laptop HP 8 inchi itu. Dia terlihat agak kagok. Untuk mengetik hruf “a” ketika menulis “petani”, siswa kelas III SD 1 Guwang ini harus lebih dulu mencari-cari huruf “A” di keyboard.
Ni Putu Eka, teman Kristina, juga ikut mengetik. Dia bergantian dengan Kristina mengetik contoh yang diberikan oleh Trimartono Muliawan, anggota Bali Blogger Community (BBC).
Ketika Tri menyampaikan materi tentang cara menulis di program Word 2003, anggota BBC lainnya mendampingi peserta pelatihan teknologi informasi dan komputer (TIK) tersebut. Dian Ina, misalnya, mendampingi Kristina dan Eka selama enam jam kegiatan pada Minggu (7/6) itu.
“Kalau selesai mengetik satu kata, cukup tekan spasi satu kali saja,” kata Dian Ina pada Eka dan Kristina. Dua murid di Sanggar Anak Tangguh ini mengiyakan. Meski demikian, Kristina masih terlihat sangat kagok ketika mengetik. Dia harus mencari-cari terlebih dulu huruf yang hendak dia pencet ketika mengetik.
“Sudah pernah mengetik sebelumnya?” tanya saya. Kristina menggeleng.
“Ini pertama kali pakai komputer?” lanjut saya bertanya. Dia mengangguk.
Kristina tak sendiri. Sebagian besar murid, dari 23 murid, Sanggar Anak Tangguh di Banjar Wang Bung, Desa Guwang, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar itu belum pernah mengenal komputer sebelumnya. Inilah yang membuat BBC tertarik untuk mengadakan kegiatan pelatihan TIK pada anak-anak tersebut.
BBC sendiri adalah komunitas penulis blog di Bali. Komunitas dunia maya dengan anggota sekitar 300 orang ini rutin mengadakan pelatihan tentang TIK, termasuk internet dan blog, pada masyarakat.
Juni ini, kegiatan yang bertemakan “Berbagi Tak Pernah Rugi” itu diadakan di Sanggar Anak Tangguh. Sanggar di Desa Guwang ini sendiri merupakan semacam sekolah alternatif bagi anak-anak di desa tersebut. Komang Adiartha, pengurus sanggar, mengatakan bahwa sanggar ini lahir dari keprihatinan pada tidak sesuainya pendidikan dengan konteks desa setempat.
Karena itu, sanggar Anak Tangguh, pun memberikan pendidikan alternatif sesuai keadaan desa tersebut. Belajar bahasa Inggris, misalnya, diberikan langsung di sawah atau sungai di desa itu. “Jadi murid bisa langsung mempraktikkannya sesuai lingkungannya,” kata Adi.
Pendidikan yang diberikan di sanggar yang berdiri sejak dua tahun lalu itu pun lebih banyak tentang hal-hal yang tak pernah diajarkan di sekolah umum. Salah satunya adalah tentang TIK yang sekarang disampaikan oleh BBC.
Agus Sumberdana, koordinator kegiatan, mengatakan bahwa pelatihan ini diberikan sebagai upaya BBC untuk mengenalkan TIK pada anak-anak, terutama di kelompok yang selama ini kurang mendapatkan akses. “Kami yakin pengetahuan dan kemampuan untuk menggunakan teknologi informasi akan memudahkan warga memproduksi informasi. Dengan demikian warga tidak hanya mengonsumsi informasi tapi juga memproduksi lalu menyampaikannya melalui teknologi informasi,” kata Agus anggota BBC yang juga Koordinator Harian Sloka Institute, lembaga pengembangan media, jurnalisme, dan informasi.
Menurut Agus, sejak didirikan pada November 2007 lalu, BBC memang ingin berperan aktif untuk mengenalkan dan mengajarkan TIK pada masyarakat. Sebab, menurutnya, meskipun makin menjadi kebutuhan dalam hidup sehari-hari, TIK masih jadi sesuatu yang asing bagi masyarakat. “Karena kami sedikit tahu tentang dunia ini, maka kami merasa terpanggil untuk berbagi pada komunitas lain,” tambahnya.
Dalam setiap kegiatan, lanjut Agus, BBC lebih banyak menggunakan sumber daya mereka sendiri. BBC terbiasa berswadaya. Begitu pula dalam kegiatan pelatihan di Sanggar Anak Tangguh hari ini. Sekitar 20 komputer jinjing (laptop) yang dipakai pelatihan hari ini adalah komputer milik anggota BBC.
Begitu pula dengan koneksi yang digunakan. Selain menggunakan koneksi wifi dari salah satu komputer, peserta lain juga menggunakan modem yang mereka bwa masing-masing.
Materi yang diberikan dalam pelatihan ini secara garis besar terdiri dari dua hal yaitu dasar-dasar komputer dan internet. Pada dasar-dasar komputer, pemateri lain selain Trimartono adalah I Made Yanuarta. Keduanya mengajarkan hal mendasar seperti pengenalan hardware dan software. Materi kemudian agak fokus pada cara mengetik menggunakan Word 2003.
Selesai makan siang, Made Rahaji dan Demenyampaikan materi tentang internet. Siswa yang rata-rata kelas akhir SD dan awal SMP itu belajar membuat email. Sayangnya karena koneksi yang terbatas, maka kecepatan internetnya megap-megap. Jadilah pelatihan membuat email yang seharusnya bisa selesai dalam waktu 30 menit itu molor hingga sekitar 1,5 jam.
Koneksi yang lambat ini memang jadi masalah. Sebab untuk pelatihan internet, tentu saja panitia dan peserta sangat bergantung pada koneksi. Namun karena koneksi megap-megap, maka pelatihan pun tersendat-sendat. Beberapa peserta yang sudah membuat email terpaksa mengulang membuatnya akibat putus di tengah jalan.
Maka begitu ada yang berhasil membuat email, peserta dan panitia langsung bersorak saking senangnya.
“Saya senang karena sekarang sudah tahu bagaimana bikin email,” kata Kristina. [b]
SALUTE kepada anak2 BBC. Berbagi itu emang gak pernah rugi.
Minimal punya teman yang sama2 bisa mengembangkan kemampuan yang kita miliki….
Haha! Hebat banget BBC. Bravo!!
mohon informasi lebih detail tentang rumput laut
astaga…saya udah ketinggalan banyak agenda BBC nie.
acara terdekat kapan ya??
BBC memang TeOPe… Lanjutkan.. (bergaya kampanye..kekekeke)
*serius
Mohon maaf sementara hanya bisa dukung dengan doa..
bagusssssssssssss, dukung 100%
terus maju BBC
thats my baby, Si Onik. Bebagi tak pernah rugi emang manstab !!
Hanya bahasa hati yang dapat melakukan hal ini dan pasti akan berhasil, tentunya tidak seperti makan cabe.
Terima kasih atas infonya. Selamat berkarya. Yang pati Tuhan tidak tidur.
Halo mas anton apa kabarnya. Selamat atas kelancaran semua kegiatannya. Mas aku pingin bisa ikut bantu kegiatan yg ada.Sekiranya apa yg bisa saya sumbangkan ya..?
salam
Agus diana
kegiatannya sangat bagus sekali.
mudah – mudahan kegiatan seperti ini rutin diadakan.